2. [Lee Hangyul] Love ½

815 52 4
                                    








Work by

®_Wind™





















“Dalam diamku, aku berdoa. Aku berharap. Dan aku terus mengutarakan rasa kecintaanku padamu sekuat mungkin dalam hati.
Aku bodoh. Memang, bagai seorang pecundang yang hanya bisa melakukan sesuatu tanpa orang tersebut tahu.
Maaf, aku hanya bisa mendoakan segala hal-hal baik untukmu seterusnya hingga aku menyerah dengan perasaan sepihak ini.”




****




Lee Hangyul, namanya. Sebuah nama yang berhasil memporak porandakan isi hati serta keseharianku. Pria tampan yang rendah hati dan ramah pada siapapun tak membuatku bertindak lebih seperti para pengagumnya yang tersebar di penjuru kampus. Aku bukan tipikal orang ekstrovert. Sangat sulit rasanya mengatakan setidaknya ‘aku mengagumimu.’ Lebih baik aku memendamnya untuk diriku sendiri.

Kami dekat sebatas teman, tak lebih tak kurang, hanya saja kami selalu bersama. Hal itu yang membuatku mendapat sedikit keberanian untuk menaruh rasa padanya. Hingga teman-teman di kampusku menyangka bahwa kami memiliki hubungan spesial, aku senang? Ya, dalam lubuk hatiku. Tapi aku menampik dan mengatakan jika kami hanya teman. Hingga ia memintaku untuk mendengar curahan hatinya jika ia sedang jatuh hati, seketika harapanku pupus. Aku mundur perlahan, dan aku rasa aku tak akan mengatakan apapun tentang perasaanku. Biar saja seperti ini, biar aku saja yang tersiksa. Aku tidak mau kamu merasa tidak nyaman dan sungkan akan perasaanku ini, aku tak ingin menahan hatimu yang berdebar karena pujaanmu.
Biar saja seperti ini, hingga aku benar-benar lelah dan berhenti.



****






Selasa, 29 Desember 2016

Hangyul melangkahkan kakinya cepat sembari menyusuri setiap sudut kampus, keningnya berkeringat mengingat sekarang sudah pukul sebelas lebih lima belas dan kelas paginya sudah berakhir. Hanya satu nama yang sedang dia cari hingga maniknya menangkap seseorang yang sedang duduk sambil menulis di temani segelas cup es cokelat di depannya. Sudut bibirnya membentuk kurva lengkung hingga matanya menyipit sejenak, dan segera mendekati gadis sawo matang itu.

“Woyy!! Kelar kelas bukannya tunggu gue malah ngeluyur keluar ninggalin gue. Gue kira lo setan.” Cerocos pria bersurai cokelat itu sambil menyambar cup es cokelat milik gadis itu. Inderect kiss.

Mata gadis itu membola beberapa detik sebelum akhirnya menetralkan kembali rasa keterkejutannya.

“Beli minum ngapa! Jangan asal serobot.”

“Sekali kali lo kudu beramal sama orang ganteng kayak gue.”

“Ganteng? Ganjelan genteng kalo lo sih..” Hangyul mengulir matanya malas.

“Sialan lo! Eh! Pinjem catatan lo dong? Gue abis ini mau jalan sama Mirranda.” Dengan gampannya Hangyul mengucapkan keinginannya tanpa melihat jika gadis di hadapannya telah menahan sesak yang sebentar lagi menguar.

“Maen terus! Jadi mahasiswa abadi tahu rasa lo!” Ucapnya berusaha mengabaikan perasaan.

“Yaelah... Gue jarang maen pendek! Keluar juga jalan sama Mirranda sambil diskusi skripsi.”

Imagine With IdolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang