Chapter 22

1.2K 167 18
                                    

DENIAL

.

.

.

Chimon khawatir.

Ini sudah hampir tengah malam tapi Nanon sama sekali belum menampakkan batang hidungnya di rumah ini. Meski yang lebih tua sudah mengatakan alasan kenapa ia pulang terlambat. Tapi tetap saja Chimon merasa tidak tenang jika sang suami belum ada di sampingnya.

Chimon melirik ponselnya dan ia akhirnya menyerah dengan rasa khawatirnya. Segera ia menekan dial nomor satu.

Tersambung.

Seketika Chimon tersenyun.

"Kau di mana???!!!! "

Chimon tidak sadar bertanya dengan nada kesalnya. Selanjutnya terdengar suara kekehan menenangkan dari seberang.

'Aku sedang perjalanan pulang. '

"Astaga, Phi ada di mana sekarang? "

Chimon kembali bertanya dengan nada khawatirnya.

'Entah, mereka mengajakku makan di pinggiran Bangkok. '

"Jauh sekali!!!! " Chimon merengek seperti akan kecil tapi ia tak peduli asal Nanon cepat pulang

Kembali terdengar sebuah tawa menenangkan di seberang ponsel Chimon, 'Kenapa menelepon? '

"Merindukanmu! "

Chimon mengatakannya dengan tegas.

Nanon terkekeh kembali dan itu bisa didengar Chimon, 'Aku akan segera pulang! '

Terdapat jeda yang cukup lama membuat Chimon kembali khawatir bagaimana jika Nanon tertidur. Padahal pemuda itu sedang menyetir.

"Phi Non, kau masih di sana? "

Tidak ada sahutan

"Phi Non! " Chimon kembali memanggil nama yang lebih tua.

'Chimon! '

"Iya? " Chimon sebenarnya tidak terlalu yakin dengan suara Nanon yang terdengar bergetar panik.

'Aku tak bisa mengendalikan mobilku! '

"Maksudnya? "

'Remnya tak berfungsi! '

"PHI NON!!! "

Seketika ia ikut panik, berkali-kali ia memanggil nama Nanon tapi tidak ada sahutan dari Nanon. Ia hanya bisa mendengar ringisan dari sang suami dan entah apa yang terjadi di sana

'Maafkan aku Chimon! '

Chimon sungguh tidak tahu kenapa Nanon meminta maaf, yang jelas perasaannya tidak tenang.

'BRAK'

'BRAK'

'BRAK'

Terlalu jelas untuk Chimon, ketika ia mendengar dentuman keras benda-benda keras di seberang teleponnya. Sejelas ia mendengar suara tembakan yang ditujukan untuk kedua orang tuanya.

PRAK

Seketika ponselnya jatuh dari tangannya yang bergetar, kemudian ia menatap tak percaya pada ponsel tersebut yang masih mendengungkan nada telepon yang putus sebelum kembali menunjukkan wallpaper berupa fotonya dan Nanon di hari pernikahan.

"Phi Non! "

Seketika ia berlari keluar kamarnya dan menuju kamar yang tidak jauh letaknya dari kamarnya dan Nanon. Chimon dengan tidak sabarnya menggedor pintu kamar itu.

DENIAL (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang