Chapter 9

1.4K 170 14
                                    

DENIAL

.

.

.

Tay tahu kalau pemuda manis di sampingnya menatap begitu tajam sampai-sampai ia merasa ada yang berusaha mengulitinya dan menjadikannya sebagai babi guling. Tapi Tay tetap teguh dan tidak merasa terganggu dengan tatapan itu. Matanya menatap datar lurus ke depan sesekali melirik ke arah spion. Kecepatan mobil yang ia kendarai tidak main-main cepatnya tapi Tay mengendalikannya setenang air. Hingga ia berbelok memasuki pekarangan Mension Keluarga Tipnaree yang menjadi tempat tinggalnya dan pemuda manis yang masih menatapnya tajam.

"Nyonya Vihokratana! Kau mau turun sendiri atau aku menggendongmu?" Tay bertanya dengan nada datarnya.

New berdecih, ia membuka pintu mobil yang sudah dibuka kuncinya oleh Tay. Yang lebih muda juga ikut keluar dari mobil membiarkan seorang pelayan saja memasukkan mobil itu ke garasi.

Tay menyejajarkan langkahnya dengan New. Mereka memasuki rumah yang begitu hening dan hanya perabotan berkilauan yang terlihat. Pasti sebagian besar penghuni rumah mewah ini sudah tertidur. New masuk kekamar lebih dulu baru disusul oleh Tay.

Yang lebih tua mengunci pintu kamar tersebut yang lebih muda berbalik menghadap ke yang lebih tua.

"Apa maksudmu menyeretku pulang. Hah?" Tanya New dengan nada datarnya.

"Aku tidak suka kau melakukan hal-hal seperti itu," sahut Tay sama datarnya.

"Apa urusannya hidupku denganmu? Kalau kau tidak suka kau cukup biarkan aku melakukan apa yang aku suka. Itu mudah kan?"

"Tay mengepalkan tangannya erat, emosinya hampir naik ke ubun-ubun. Ia berusaha menahannya semoga saja tidak meledak seperti bom waktu.

New melirik sebentar ke arah Tay yang diam saja. Ia menunggu reaksi pemuda itu tapi tidak ada respon yang ia harapkan. Dan tanpa sadar ia menarik sebuah kesimpulan sendiri.

"Ah, apa kau tersiksa dengan melihatku seperti ini Tuan Vihokratana?"

Tay tersentak sesaat tapi ia segera menormalkan emosinya kemudian. Tidak tahukah New bahwa Tay sedang menahan dirinya untuk tidak meledak di depan pemuda manis itu. Jika pertanyaan itu harus di jawab dengan jujur maka jawabannya adalah iya.

Tapi Tay tetap bungkam meski telapak tangannya bisa saja terluka karna kuku-kuku jarinya. Kepalan tangannya semakin kuat.

"Aku berhasil kan Tuan? Padahal pernikahan kita belum seumur jagung."

Tay jelas kalah telak sekarang, memang emosinya mudah diaduk-aduk oleh pemuda manis didepannya ini. Terutama memancing emosinya sehingga naik ke ubun-ubun.

"Kau bisa menyerah Tuan Vihokratana!"

'Give up he said?'

"Kau bisa segera menyerahkan surat cerai kepengadilan dengan begitu kau tidak akan tersiksa Tuan!" kata-kata New mengalir lancar seperti air terjun.

Tay tidak tahu jika Tay menahan emosinya sejak tadi. Ia menyeringai kecil lalu melirik ke arah Tay yang sejak tadi tertunduk.

Tapi

Kejadiannya begitu cepat sehingga otak New menjadi begitu lambat untuk mencerna setiap kejadian yang barusan terjadi. Yang ia tahu bahwa tubuhnya sudah terbaring di atas kasurnya. Tay ada di atasnya, menindih tubuh kurusnya serta helaian lembut yang lebih muda menyentuh keningnya. Matanya melebar terkejut ketika ia sadar bahwa Tay membungkamnya dengan cara yang tidak biasa.

Bibirnya terasa hangat ketika bibir kissable Tay menempel dengan sempurna pada miliknya. Jantungnya hampir berhenti tapi kembali berdetak dengan kecepatan yang tidak normal kemudian.

DENIAL (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang