DENIAL
.
.
.
Off memasuki ruang kerja Namtan Tipnaree.
Sebentar lagi ini akan menjadi ruang kerjanya di Mansion yang ia tempati sekarang. Sudah menjadi kesepakatan seluruh penghuni rumah ini untuk menjadikan ruang kerja ini sebagai ruang kerja pemimpin Sun Query Foundation. Pemuda tinggi itu memandang sekeliling sesaat, sebelum senyum lebar menghiasi wajahnya. Ia akan mengubah sedikit bagian ruangan ini seperti seleranya.
Namtan Tipnaree adalah seseorang dengan selera seni tinggi dilihat dari seluruh perabotan yang ada di ruangan ini. Tetapi Off lebih suka ruangan yang kasual dan nyaman, jadi ia akan merubah tempat tersebut di beberapa bagian dan memindahkan barang-barang sang nenek ke tempat lain.
Tapi sebelum perubahan itu dilakukan, Off ingin sekali mengenang sosok wanita kuat itu dalam ingatannya.
Ia berjalan perlahan menuju kursi kebesaran, senyumnya kembali terbit ketika ia bisa membayangkan Namtan duduk di atas kursi yang ia duduki, mengerjakan pekerjaannya dan sesekali melihat ke arah foto ketiga cucu manisnya.
Terdapat tiga laci di meja kerja itu, Off membuka yang pertama. Isinya segala bentuk barang yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan, seperti kacamata dan buku agenda. Laci kedua, ia mendapati beberapa kertas penting yang beruhubungan dengan perusahaan, Off melihatnya sebentar, gerakannya sempat terhenti karena ia menemukan sebuah kunci. Pemuda itu mengernyit, ia mengeluarkan kunci itu dari laci.
Off mencoba membuka laci ketiga, tapi ia terkejut karena laci itu terkunci. Setelahnya ia menyadari sesuatu, meraih kunci yang baru saja dikeluarkan dan membukanya. Sebuah buku catatan, Off belum pernah melihatnya. Ia mengintip sekilas, tapi ia terkejut karena itu sebuah buku harian.
"Buku harian Nenek?" gumam Off.
Ada sebuah tanda khusus di halaman tengah, ia membukanya. Membaca sekilas, dan kemudian Off tenggelam dalam ingatannya.
.
.
.
"Tumben mau mentraktir?" tanya Nanon, siswa tingkat pertama sekolah menengah atas itu agak terkejut karena sang kakak tertua mau mengajaknya makan enak padahal mereka harus berhemat.
Off tersenyum, "Menggunakannya untuk sedikit bersenang-senang. Aku dapat lumayan dari lemburku."
"Sepertinya pekerjannya lebih baik daripada yang lalu," komentar Tay kemudian.
"Begitulah, gajinya lebih baik. Mungkin akan sering lembur karena cafe ini memiliki banyak pelanggan. Tapi gajinya setidaknya cukup untuk makan kita bertiga. Kau tidak perlu khawatir Tay, fokuslah belajar untuk meraih beasiswa."
Tay mendengus, "Tak perlu khawatir, simpan saja uangnya untuk nanti. Otakku cukup pintar untuk meraih beasiswa itu."
Off menghela nafas, bukannya ia tidak percaya dengan Tay. Ia hanya ingin Tay menghemat tenaganya karena pemuda itu juga bersi keras untuk tetap bekerja sampingan setelah pulang sekolah. "Kalau begitu Nanon, bagaimana denganmu? Apa kau mau berhenti bekerja agar kau tetap sehat dan tidak sakit."
Nanon menggeleng, "Tidak Phi, simpan saja uang itu untuk nanti. Aku masih bisa bersekolah dan bekerja seperti Phi Tay. Kita bertiga masih bisa memanfaatkan otak kita yang pintar."
Off mengalah dengan kekeras kepalaan adik-adiknya. "Baiklah, berjanjilah padaku kalian harus tetap sehat."
Keduanya mengangguk.
"Hari ini aku pulang cepat, kalian juga sedang libur bekerja, jadi kita berbelanja dan makan di rumah."
Mereka meninggalkan cafe tempat Off bekerja beberapa saat setelah Off berganti pakaian dan berpamitan kepada atasannya. Mereka memutuskan berjalan kaki sebentar di trotoar menikmati sore hari Bangkok yang ramai, jadi mereka baru akan naik bus di halte selanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DENIAL (Completed)
Fiksi PenggemarBagaimana jika kau mempersembahkan segalanya bahkan kehidupanmu, tapi berujung pada sebuah penolakan? Sekali lagi sebuah penolakan! "Kau berhak bahagia" ~ Gun "Kau sempurna untukku" ~ Off "Kau tidak tahu apa apa tentangku!" ~ New "Aku bahkan lebih m...