Chapter 6

1.4K 179 4
                                    

DENIAL

.

.

.

Matahari sudah bersinar dengan cerah.

Hingga sampai menyinari wajah seorang pemuda tampan yang masih tertidur dengan pulas dengan posisi yang aneh. Selimut yang digunakan sudah tak berbentuk dengan normal. Tapi pemuda itu sama sekali tidak terusik, masih asyik dengan dunia mimpi. Hingga bergerak dengan sangat cepat.

BRUK

"Aish, sakit!"

Nanon terjatuh dari sofa dengan pantat mencium lantai keras dan tentu saja itu lumayan sakit. Ia mengelus pantatnya sambil mengumpulkan kesadarannya yang sudah tiga perempat terkumpul akibat terkejut dengan cara terjatuhnya dari sofa. Ia menatap sekelilingnya, mengernyit mengingat sesuatu. Ia melihat seorang pemuda manis yang masih bergelung dengan selimut dan dengkuran halusnya. Mengingatkan dirinya akan suatu hal penting yang hampit ia lupakan.

"Oh astaga Non, kau lupa kalau kau kemarin menikah!"

Seiring dengan gerutan itu ia bangkit dari lantai lalu meraih selimut yang juga ikut terjatuh bersama dengannya. Ia merapikan sofa itu agar terlihat rapi, setelahnya melangkah dengan suara yang tenang menuju kamar mandi. Langkahnya terhenti ketika ia bisa melihat wajah Chimon yang terlihat damai. Ajaibnya, langkah Nanon membawanya kearah Chimon bukan ke kamar mandi.

Tangannya terangkat perlahan, seperti memiliki keinginan sendiri untuk membelai wajah mungil nan manis itu. Hanya berjarak satu inci dan tangannya berhenti begitu saja karena kerja saraf otaknya menghentikannya. Belum waktunya, dan Nanon harus mengingat janjinya untuk mengendalikan diri.

Nanon menghela nafas, "Aku memang yang terjatuh duluan meski dalam waktu singkat. Maafkan aku Chi, aku akan menanti waktu yang tepat!"

Akhirnya langkahnya benar-benar kembali ke tujuan awal yaitu kamar mandi. Nanon bergerk sepelan mungkin agar tidak membangunkan Chimon. Hanya mencuci wajah dan menggosok gigi, Nanon sudah menyelesaikan urusan pagi dengan kamar mandi lalu melangkah keluar untuk menghirup udara segar.

"Duh, punggungku!"

Gerutuan Nanon terdengar seiring tertutupnya pintu kamarnya dan Chimon, Well kamar itu memang miliknya dan Chimon 'kan?

Nanon merasakan ada yang tidak beres dengan tubuhnya, ia merasa sangat lelah. Tentu saja dengan tubuh yang lelah lalu memaksakan diri tidur di sofa adalah hal nekat yang efeknya tidak baik di pagi hari. Nanon harus tidur di kursi santai tepi kolam renang nanti siang untuk memperbaiki tulangnya yang hampir rontok.

"Nanon!"

Pemuda yang merasa terpanggil itu menoleh dan mendapati seorang pemuda yng lebih tua berjalan ke arahnya. Sepertinya Nanon memiliki teman untuk menuju tempat tujuannya, jadi kemungkinan ia tersesat semakin kecil. Well, Nanon belum hafal tata letak ruangan di rumah ini sepenuhnya.

"Kau terlihat sangan mengenaskan!"

Nanon memutar bola matanya malas, ia tidak heran jika kalimat pertama yang ia dengar dari sang kakak Tay Tawan adalah sebuah kalimat sarkas yang sayang sekali selalu tepat sasaran. Ia terlalu terbiasa sepertinya.

"Phi, terlihat lumayan."

"Jangan berfikir yang aneh-aneh."

"Jika kau melakukan hal yang 'iya-iya' aku yakin kamarmu sudah benar-benar jadi medan perang dunia ketiga," yah kadang Nanon memang bisa berbicara sarkas. Terima kasih pada Tay yang terbiasa mengajarkan hal itu.

Tay hanya menunjukkan wajah datarnya, hingga keduanya sampai pada ruangan yang mereka tuju, dapur. Seperti kebiasannya Tay akan minum air putih di pagi hari, untuk menjaga kulitnya agar tetap putih bersinar. Jika Nanon mengingat hal itu ia ingin sekali melempar Tay dari tepi jurang.

DENIAL (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang