Chapter 4

1.4K 188 15
                                    

DENIAL

.

.

.

Gun, New dan Chimon menghadap Namtan malam ini.

Ketiganya dipanggil Namtan perihal pernikahan mereka yang akan diadakan bersamaan serta Namtan yang sudah memilih calon untuk mereka. Yang jelas menentang adalah New, ia bahkan sudah merusak suasana makan malam hari itu. Gun sebenarnya antara menolak dan tidak ia memiliki pemikiran sendiri. Dan Chimon jelas ingin menolak karena ia memang tidak siap sama sekali.

"Bagaimana bisa nenek melakukan ini? Mencampuri hidup kami?" seru New tak terima.

"Aku melakukan ini untuk kebaikan kalian" balas Namtan Tegas.

"Jika nenek memikirkan kami seharusnya nenek berdiskusi dulu dengan kami" kali ini Gun buka suara.

Namtan menghela nafas, "Maafkan nenek soal itu. Tapi nenek memilih mereka juga bukan tanpa alasan".

"Lalu apa yang mereka miliki? Mereka anak dari pemilik perusahaan yang diincar nenek?" sahun New lagi.

"Jaga bicaramu New! Mereka bahkan tidak memiliki apapun." Kata Namtan

"Lalu?" tantang New

Namtan menghela nafasnya, "Apa pun yang akan aku katakana pada kalian sekarang jelas kalian tidak akan mempercayainya kan? Karna kalian membenciku!"

Gun, New dan Chimon tersentak mendengarnya.

"Aku mungkin punya segalanya, aku bisa mendapatkan segalanya di dunia ini dengan uang yang aku miliki. Tapi ada sesuatu yang tidak aku miliki dan mereka memilikinya. Kalian tidak akan mengerti maksudku saat ini tapi aku yakin kalian akan mengerti nanti." Kata Namtan putus asa.

"Bagaimana kalau kami menolak?" akhirnya Chimon bersuara.

Namtan mendengus, "Ucapkan selamat tinggal untuk satu sama lain."

New berdecak lalu melangkahkan kakinya keluar dari ruang kerja pribadi milik Namtan. Wanita tua itu menghela nafasnya, ia tidak mengerti kenapa di usia senjanya ia malah mengalami hal serumit ini.

"Aku permisi Nek" itu Chimon yang menyusul New keluar.

Tersisalah Namtan dan Gun di sana.

"Kau boleh mengatakan apapun atau menyusul mereka" sahut Namtan lelah.

"Nenek, apa jaminannya jika kami menikahi mereka bertiga?" Tanya Gun kemudian.

Namtan tergelak, ia tidak menyangka cucu tertuanya akan bertanya hal seperti itu. Jika diingat dia memang pantas menjadi cucu pebisnis hebat karena kecerdasannya. Namtan harus memilih kalimat yang tepat untuk mengembalikkan itu secara telak pada cucunya.

"Kebahagiannku dan kebahagiaan cucu-cucuku dimasa depan." Jawab Namtan setenang air sungai yang mengalir tanpa hambatan.

Gun terpaku di tempatnya, ia tidak menyangka akan mendapat jawaban sesederhana itu dari neneknya.

.

.

.

New mendengus malas, ia sedang bosan melihat ramainya orang di lantai dansa. Ia sedang ada di sebuah club terkenal di Bangkok dan ia biasa mengunjunginya hamper setiap hari. Mungkin karna New terlalu sering melihatnya maka terasa membosangkan. Pemuda manis itu bermaksud untuk menyegarkan pikirannya dengan music DJ dan segelas cocktail di tangannya. Tapi rasanya itu tidak berhasil sama sekali sekarang.

"Kau tampak buruk Phi" sebuah komentar meluncur dari seseorang yang duduk di meja yang sama dengannya.

New mendengus, "Aku sedang banyak pikiran Toptap."

DENIAL (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang