-perpisahan-

44.5K 2K 432
                                    

Happy reading!!!

☘️☘️☘️

Sore ini angin berhembus menerpa kulit halus kedua insan yang sedang duduk di kursi yang menghadap ke arah danau.
Langit sudah mulai menggelap matahari baru saja terbenam beberapa jam lalu.
Mereka berdua masih saling terdiam terhanyut dalam pikiran mereka masing masing, entah memikirkan masa sekarang atau memikirkan perpisahan.

"Om?" panggil si cantik, berusaha mengontrol air matanya yang siap kapan pun menetes untuk terjun bebas.

"Hm," jawab laki laki berkepala 2 itu dengan deheman.

"Tata mau ke Australia Minggu depan om"

Lidah Alex terasa kelu, pikirannya mendadak di penuhi dengan berbagai macam asumsi.
Menunggu sang lawan bicara selanjutnya untuk meneruskan apa yang harus di bicarakan.
Sedangkan telinga nya benar benar mendengarkan dengan seksama walaupun matanya tidak menatap sang lawan bicara.

Rematan tangan kecilnya pada ujung dress semakin terasa, menahan gejolak yang membuncah di dalam dada, menahan sesuatu untuk tidak turun terlebih dahulu sebelum semua kata katanya selesai.
"Om maaf, Tata mau sekolah di luar negri Tata mau kejar cita cita Tata buat jadi dokter spesialis supaya bisa nanganin pasien penyakit kanker biar bisa bantu orang orang nanti," ucapnya dengan senyum yang sangat di paksakan

Anettha menarik nafasnya dalam dalam sebelum kembali melanjutkan
"Om, kata mama jodoh ga akan kemana, terimakasih ya om sudah mau di repotin mau di ganggu walaupun sebenernya pasti om ga suka banget di deketin anak kecil kaya gini, makasih banyak ya om apalagi hari ini Tata seneng banget om mulai sedikit hangat, ga dingin kaya dulu yang kalau di ajak ngomong suka gak jawab, Tata sedikit bangga karena ada kemajuan, kata mama ga boleh pantang menyerah jadi Tata juga ga mau nyerah sebenernya tapi Tata gak mau egois om, bener kata mama om, om butuh pendamping buat nemenin om, om juga butuh seseorang buat nuntasin kebutuhan biologis atau kebutuhan pokok, tata pernah bilang buat nunggu tata 10 tahun kedepan kan om?

mulai sekarang lupain tata ya om?"

hancur sudah tembok pertahanan yang sudah Anettha bangun Anettha mulai menangis mengeluarkan kesedihan yang teramat pedih, hatinya benar benar sakit saat mengucapkan kata kata yang seharusnya dia sendiri tidak mampu mengucapkannya.
kata kata yang seharusnya tidak di ucapkan seorang anak yang baru saja berusia 8 tahun.

Alex masih terdiam dadanya tiba tiba sesak saat mendengar kalimat terakhir yang di ucapkan bocah berusia 8 tahun itu.
bukankah ini yang Alex mau? tidak terganggu oleh bocah yang selalu merepotkan dan sangat cerewet?
mengapa hati dan otak nya sangat tidak sinkron?
pikiran Alex mendadak blank dalam waktu singkat, otak nya tidak bisa lagi berfikir dengan jernih, pandangan matanya benar benar kosong seakan akan memiliki beban tanggung jawab yang besar, padahal hanya hal sepele bukan.

sebuah perpisahan?

"O-om Tata b-boleh peluk om kan?" ucap nya dengan gemetar suaranya bahkan nyaris tidak terdengar karena Anettha mati matian menangis tanpa suara.

Alex langsung menarik Anettha ke dalam pelukannya membiarkan Anettha sepuasnya untuk menumpahkan apa yang ia rasakan, membiarkan rasa sakitnya tersalurkan, karena hari ini yang yang patah bukan hanya satu insan tapi satu insan lainnya.

Karena mau bagaimanapun semua orang sangat membenci perpisahan bukan?
mungkin Anettha belum tau arti cinta yang sesungguhnya mustahil anak berumur 8 tahun merasakan cinta seperti anak berumur 17 tahun.
tapi bukankah anak kecil juga membenci perpisahan? membenci meninggalkan orang yang sangat di sayangi? bukankah seorang anak kecil juga memiliki perasaan layaknya orang dewasa? perasaan seorang anak kecil memang tidak bisa di bohongi bukan.

KETUA OSISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang