17 - DAMAR

536 73 0
                                    

Begitulah.

Gue langsung bawa Sara pulang ke Yogya buat ngenalin dia sama nyokap. Dan tentu aja nyokap nerima Sara dengan tangan terbuka, meski sebelumnya gue udah ngasih tahu dia perihal cerita keluarga Sara yang mengenaskan. Nyokap sama sekali gak keberatan. Dia bukan ibu yang mau ngorbanin kebahagiaan anaknya demi status dunia yang gak kekal ini.

Sara berhasil ngerebut hati nyokap gue---gitu kata nyokap---dengan sikapnya yang apa adanya dan gak neko-neko. Apalagi, Sara pinter masak. Tipe seperti Sara gak akan banyak nuntut, kata nyokap Bener, dia emang gak pernah minta ini-itu selama kami nikah. Bukan karena gak butuh, tapi karena dia bisa memenuhi semuanya sendiri. Sara terlalu mandiri. Jujur, sebagai cowok, kadang harga diri gue agak sedikit terinjak.

Proses pernikahan berlangsung cepat. Sara, biar gimana pun gue ngebujuk dia buat nemuin bokapnya, tetap bersikukuh nolak. Dia anggap bokapnya udah mati. Akhirnya kami pakai wali hakim daripada terjadi prahara yang bikin Sara stres kalau ketemu bokapnya.

Bokap Sara ada di Bandung---lokasi yang gak terlalu jauh dari tempat asal Sara---bareng cewek selingkuhan yang sekarang jadi istrinya. Sara tahu itu dari kabar keluarganya di sana, yang ngasih tahu kalau beberapa kali bokapnya pernah berkunjung ke rumah nenek Sara. Sayang, Sara udah merantau ke Jakarta dan neneknya udah meninggal.

Entah apa maksud kedatangan sang bokap, Sara gak mau tahu dan gak merasa perlu nyari tahu. Dia bener-bener udah patah hati karena cowok yang semestinya jadi cinta pertamanya, telak membuatnya terluka. Poor Sara.

*

Gue ngedarin pandangan ke sekitar. Sejauh mata memandang cuma ada pohon-pohon cokelat yang mulai berbuah. Budidaya tanaman cokelat termasuk gampang-gampang susah. Cokelat dapat tumbuh baik di dataran rendah, kurang lebih sekitar 300 meter dari permukaan laut. Selain itu, daerah tersebut paling tidak harus punya curah hujan 1.000 sampai 3.000 mm per tahunnya.

Dalam satu tahun, varietas tanaman cokelat bisa menghasilkan 50-120 buah per pohonnya. Itu pun kalau tanaman ini tumbuh tanpa gangguan hama dan pemupukannya benar. Gak hanya itu, setelah dipanen prosesnya juga masih panjang. Cokelat-cokelat yang dipajang di display-display supermarket, yang lo kasihin ke cewek lo pas valentine, bukanlah hasil sulapan. Ada proses yang harus dilalui si cokelat buat jadi selezat itu. Kaya cinta, makin ditempa, makin kuat ikatannya. Anjaay!

Pertama, setelah panen ada yang namanya pemeraman buah. Pemeraman ini dilakukan sekitar 5-7 hari di tempat teduh, gunanya buat memudahkan pengeluaran biji kakao. Selain itu, dengan pemeraman, lo jadi gampang nyeragamin kematangan buahnya.

Kemudian kakao ini bakal dipecah buat dapetin bijinya, baru setelah itu difermentasi. Fermentasi kakao makan waktu sampai sekitar enam harian, dan di proses ini cokelat mengalami penurunan bobot. Kalau fermentasi udah selesai, dilakukan yang namanya pencucian buat ngebersihin biji kakao dari lendir-lendir yang masih tersisa. Pencucian ini juga bakal ngehilangin rasa asam dari sisa fermentasi tadi di bijinya.

Masih ada lagi proses pengeringan biji, penyortiran biji yang udah kering berdasarkan mutunya, dan yang terakhir adalah penyimpanan. Sebelum diolah jadi cokelat, biji kakao yang udah disortir ini dimasukin ke karung goni dan disimpan selama kurang lebih tiga bulanan. Capek gak lo, ngebayanginnya? Capek, kan? Makanya, gue ogah ngurus ini kebun!

Sinar matahari menerpa wajah gue lewat celah-celah dedaunan pohon cokelat. Sayang gue gak bawa kamera. Pemandangan natural kaya gini pasti bakal jadi mood booster banget kalau sempet diabadiin. Gue lihat jam tangan, udah pukul setengah sembilan. Pantas aja perut gue udah keruyukan. Cacingnya pada demo karena setelah pertengkaran hebat semalem, gue gak nafsu makan. Padahal, Mbok Nah masak gudeg kesukaan gue yang gue kangenin banget.

Childfree Marriage (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang