Chapter 13 - Akhirnya Bertemu

7K 1.1K 73
                                    

Sena sedang bersiap di kamarnya. Hari ini adalah hari pernikahan Yulia. Sesuai janjinya, Sena akan hadir di hari bahagia mantan rekan kerjanya tersebut. Setiap harinya Yulia tak henti mengirimi Sena pesan. Semua pesannya hanya untuk mengingatkan Sena akan janjinya untuk datang. Sena benar-benar tak bisa berkelit lagi dari permintaan temannya itu.

Sejak kembali bekerja make up menjadi sesuatu yang wajib bagi Sena. Meski di kesehariannya Sena hanya menggunakan make up seperlunya. Namun karena kali ini ia akan menghadiri pesta, Sena memoles tampilan make up yang cocok untuk acara tersebut. Banyak yang mengatakan Sena memiliki kontur wajah yang bagus. Terlebih jika diaplikasikan dengan make up, membuat wajah Sena akan semakin menarik. Karena itu ia ingin mencoba sesekali berpenampilan berbeda dari biasanya.

Saat tengah memoles wajahnya dengan kuas, Sena melirik pada sosok yang sejak tadi tak lepas memandanginya. Pelangi tampak terpukau kala menyaksikan Sena bertranformasi dengan make up. Terlebih lagi Sena mengenakan gaun pesta yang tak pernah Pelangi lihat. Mata gadis kecil itu terlihat berbinar melihat ibunya yang tampil berbeda.

“Kenapa lihatin Mama begitu?” tanya Sena akhirnya.

“Mama cantik,” puji Pelangi apa adanya.

“Terima kasih. Pelangi juga cantik.”

“Bukan, Mama cantik. Tapi sekarang lebih cantik lagi.” Senyum Pelangi melebar tanpa bisa ditahan.

Sena menyentuh ujung hidung putrinya. “Belajar memuji dari siapa sih kamu? Manis banget ucapannya,” balas Sena seraya tertawa kecil.

Pelangi ikut tertawa mendengar ucapan mamanya. “Memuji yang baik-baik kan nggak apa-apa. Pelangi suka lihat Mama cantik.”

Entah dari siapa gadis kecilnya menurunkan mulut manis seperti itu. Namun Sena benar-benar tersanjung atas pujian yang dilayangkan putrinya. Karena apa yang diucapkan anak-anak mengandung kebenaran. Mereka tidak akan berbohong di usianya yang masih kecil.

Sentuhan riasan terakhir Sena lakukan dengan memoles bibirnya dengan lipstik berwarna coral. Tak lupa ia memasang anting kecil berhias mutiara di telinganya. Mematut wajahnya di cermin rias, Sena tampak puas dengan keahliannya dalam merias wajah. Pelangi masih setia berdiri di samping Sena dengan mata yang tetap terpaku pada sang ibu. Membuat Sena akhirnya mengalihkan pandangan pada putrinya.

“Tidak apa-apa kalau Mama perginya sendiri, kan? Kali ini Mama belum bisa ajak Pelangi.”

Pelangi mengangguk. Ia mengerti jika kali ini ibunya akan menghadiri pesta tanpa dirinya. Sena hanya akan pergi seorang diri. Karena acara kali ini adalah milik teman lamanya. Dan Pelangi mengerti jika teman-teman Sena tidak mengenal dirinya.

“Iya. Pelangi di rumah sama Nenek dan Om Kal. Mama boleh pergi, kok.”

Sena menarik Pelangi untuk dipeluk. “Nanti, Mama akan kenalkan Pelangi sama teman-teman Mama, oke?”

“Oke,” jawab Pelangi lantang.

“Anak baik. Sekarang Mama minta tolong ambilkan tas Mama di kasur, dong.”

Pelangi langsung bergerak menuju ranjang untuk mengambilkan tas yang diminta Sena. lagi-lagi benda yang tidak pernah Pelangi lihat. Saat masih bekerja sebagai Sekretaris Aditya dulu, Sena memang memiliki beberapa benda mahal yang biasa ia gunakan untuk bekerja. Selain untuk menunjang penampilannya karena ia adalah cerminan sang atasan.

“Tas Mama bagus. Pelangi belum pernah lihat.”

“Bagus, ya?” ada nada miris dalam suara Sena yang pastinya tak disadari putrinya. “Nanti ulang tahun Pelangi, Mama belikan tas yang bagus juga untuk Pelangi. Mau?”

Senandung PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang