Pesta Sekala dan Arina terus berlanjut. Para tamu berdatangan silih berganti. Beberapa memang bertanya perihal Sena dan Pelangi yang mereka jawab hanya dengan senyuman. Meski begitu sama sekali tak mengurangi kemeriahan pesta.
Pelangi pun tetap menunjukkan tawa dan kegembiraannya. Para kerabat yang suka membicarakan Sena di belakangnya pun melihat gadis kecil itu yang sama sekali tak terganggu. Mereka semakin mencibir kala melihat Pelangi tampak dekat dengan seorang pria yang tak lain adalah Wisnu. Berbagai spekulasi mulai bermunculan di kepala mereka. Salah satunya adalah dugaan jika Wisnu adalah ayah kandung Pelangi.“Mungkin laki-laki itu memang Ayahnya Pelangi. Kalau benar, apa mungkin akhirnya dia mau tanggung jawab. Bukannya terlambat ya, kalau mau tanggung jawab sekarang?”
Bisik-bisik tersebut tak sengaja terdengar di telinga Sena. Ia menggelengkan kepala melihat sikap para kerabatnya. Mengapa mereka selalu saja sibuk mengurusi masalah orang lain.
“Dia bukan Ayahnya Pelangi. Dia sahabatnya Mas Kal. Tolong jangan menduga yang bukan-bukan. Kasihan orang lain kalau sampai ucapan kalian jatuhnya menjadi fitnah.” Sena berucap tegas. Tak peduli jika para kerabat tersebut menganggapnya tak sopan. Ia hanya tak ingin mereka membicarakan hal buruk terhadap Wisnu.
Salah satu kerabat memandang Sena dengan tatapan mencibir. “Lalu, ke mana Ayahnya Pelangi? Kenapa kamu terus diam. Kamu nggak kasihan sama anakmu yang mungkin nanti akan bertanya di mana Ayahnya? Enggak kasihan lihat dia dicibir anak lainnya karena nggak punya Ayah? Dikatain anak ha –”
“Diam!” potong Sena keras sebelum kata itu terucap. Ia menatap marah pada kerabatnya. “Jangan sekali-kali mengatakan hal itu pada Pelangi. Bahagia atau tidaknya Pelangi, bukan menjadi tanggung jawab kalian. Saya bisa pastikan dengan atau tanpa Ayah, Pelangi akan jadi anak paling bahagia di dunia ini dengan caranya sendiri. Berhenti ikut campur dalam masalah orang lain. Selama ini saya diam karena saya masih menghormati hubungan kekerabatan yang terjalin antara keluarga kita. Jadi tolong, belajarlah untuk diam dan menghormati orang lain.”
Wajah para kerabat Sena memerah mendengar ucapannya. Selama ini mereka mengenal Sena sebagai pribadi yang tenang dan tak banyak bicara. Namun siapapun pasti akan bereaksi seperti Sena jika batas toleransinya diusik.
“Sena, jangan pikir karena kamu sudah berhasil membesarkan Pelangi lantas kamu sudah menjadi perempuan yang benar? Hah, mana ada perempuan baik yang punya anak di luar nikah?”
Suara yang cukup keras untuk dapat di dengar orang yang berada tak jauh dari mereka. Emosi Sena memuncak. Ia ingin membalas ketika dirasakannya seseorang menarik pergelangannya. Sena dan para kerabat langsung menoleh pada Wisnu yang entah kapan sudah berada di dekat mereka.
“Pelangi butuh sesuatu katanya,” ucap Wisnu tenang. Seolah pria itu tak mendengar perdebatan yang terjadi barusan.
Seketika Sena menyadari sekelilingnya. Sena menarik napas panjang untuk menenangkan diri. Wanita itu merasa bersalah karena emosinya sudah terpancing dan membuat suasana pesta tak nyaman. Hanya saja ia benar-benar tidak dapat lagi membiarkan orang-orang yang berbicara buruk tentangnya. Beruntung Wisnu datang tepat waktu untuk menghentikan pertengkaran tersebut. Jika tidak pesta Sekala benar-benar akan rusak karena sikap Sena yang lepas kendali.
“Tolong segera pergi dari tempat ini kalau kalian hanya bisa membuat keributan!” usir Sena sebelum pergi meninggalkan para kerabat yang kini terperangah.
Mendapat pengusiran secara terang-terangan mereka pun langsung angkat kaki. Tidak ingin berlama-lama lagi di pesta tersebut. Walau suasana sejenak tidak kondusif, namun dengan kepergian para tamu tadi keadaan menjadi lebih tenang.
Sena tak menyusul Pelangi. Ia justru beranjak ke pelaminan. Menghampiri Sekala dan Arina. Lalu meminta maaf atas sikapnya yang justru merusak suasana di hari bahagia mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandung Pelangi
Fiction généraleMenyandang status sebagai ibu tunggal bukan hal yang mudah. Terlebih Sena mendapatkan status tersebut di luar hubungan pernikahan. Meski dunianya seakan hancur, tapi kehadiran Pelangi mampu membuat Sena berdiri tegak. Hidup boleh sulit, tapi Sena me...