Tangan kecil itu menggores kertas dengan sangat teliti. Akhirnya setelah hampir satu jam lamanya tugas Pelangi selesai juga. Gadis kecil itu seperti biasa merapikan peralatan sekolahnya. Memeriksa hingga tak ada satu benda pun yang tertinggal. Lalu menyimpan tas sekolahnya ke meja belajarnya.
Suasana rumah tampak sepi karena Sena bersama ibunya sedang berbelanja ke pasar. Akhir pekan ini tidak ada kegiatan apapun yang Sena janjikan padanya. Karena itu Pelangi memilih untuk mencari keberadaan Sekala.
Pelangi mengetuk pintu kamar Sekala namun tak ada jawaban darinya. Perlahan ia membuka pintu kamar, tetapi tak menemukan sosok pamannya di sana. Pelangi kemudian melangkah menuju ruang tv. Lagi-lagi tetap tak menemukan Sekala di sana.
“Om Kal di mana?” panggil Pelangi dengan suara yang cukup keras.
“Di beranda samping, sayang.”
Mendapat jawaban Pelangi bergegas menuju beranda samping. Di mana biasa mereka bersantai saat hari sedang sejuk. Sekala duduk di sofa dengan laptop di pangkuan. Tampaknya pria itu sedang mengerjakan sesuatu.
“Om Kal sedang apa?” tanya Pelangi ketika dirinya sudah duduk di sofa yang sama dengan Sekala.
“Sedang membaca berita, Nak. Pelangi sudah selesai mengerjakan PR-nya?”
Pelangi mengangguk. “Om Kal?”
Sekala menatap keponakannya dengan senyum yang tak lepas dari wajah. Setiap kali melihat gadis kecil itu, perasaan Sekala memang selalu melembut.
“Ada apa?”
“Pelangi mau jajan, boleh?”
“Tanya Mama dulu, ya.”
Pelangi mengangguk. Sekala lalu menghubungi Sena dengan ponselnya. Saat sudah tersambung, ia segera memberikan benda tersebut pada Pelangi. Sementara Pelangi sedang berbicara dengan ibunya, Sekala melanjutkan melihat-lihat berita online di laptopnya. Beberapa saat kemudian Pelangi menutup sambungan dan memberikan ponsel pada Sekala.
“Mama bilang apa?”
“Mama kasih izin. Pelangi boleh jajan tapi tidak boleh berlebihan.”
“Oke. Pelangi mau jajan apa?”
Anak itu tampak berpikir. “Siomay boleh, Om Kal?”
“Boleh. Ayo jajan siomay.”
Keduanya meninggalkan rumah dengan berkendara. Sekala sudah meninggalkan pesan pada Sena akan membawa Pelangi untuk berwisata kuliner berdua. Meski rumah terkunci ia tak khawatir karena Sena selalu memegang kunci cadangan.
Berkendara berdua bersama Pelangi tak pernah membosankan bagi Sekala. Keponakannya yang selalu ingin tahu dan banyak bertanya membuat perjalanan mereka tak pernah sepi. Sekala akui kadang meladeni pertanyaan gadis kecil itu butuh kesabaran besar. Pelangi adalah tipikal anak aktif yang selalu ingin tahu dan tidak bisa diam. Hanya saat diberi kegiatan seperti membaca dan menggambar baru anak itu akan duduk diam.
“Itu warung siomay-nya, Om Kal,” tunjuk Pelangi pada warung jajanan yang sering mereka singgahi.
“Sebentar kita parkir kendaraan dulu, ya.”
Sekala membantu Pelangi saat akan keluar dari mobil. Keduanya berjalan bergandengan memasuki warung. Sang pemilik yang cukup mengenal wajah keduanya menyapa ramah Sekala dan Pelangi.
“Mau pesan apa?” tanya sang pemilik warung.
“Siomay, Pak. Tidak pedas, ya.” pinta Pelangi membuat sang pemilik tersenyum pada anak itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/246517431-288-k359490.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandung Pelangi
Fiksi UmumMenyandang status sebagai ibu tunggal bukan hal yang mudah. Terlebih Sena mendapatkan status tersebut di luar hubungan pernikahan. Meski dunianya seakan hancur, tapi kehadiran Pelangi mampu membuat Sena berdiri tegak. Hidup boleh sulit, tapi Sena me...