Chapter 35 - Papa Pelangi

5.9K 755 86
                                    

Kebahagiaan tengah menyelimuti keluarga Sena. Arina, kakak iparnya kini sedang mengandung calon buah hati mereka. Meski usia kandungannya baru memasuki bulan kedua, tapi hal itu tidak mengurangi rasa bahagia yang mereka rasakan. Sekala yang sebentar lagi akan menjadi seorang ayah juga tak bisa menutupi perasaannya. Sebagaimana dulu ia begitu menjaga Sena ketika adiknya tengah mengandung Pelangi. Begitu juga Sekala kini menjaga istri dan calon anak mereka.

Arina tidak usah ditanya lagi. Tentu saja wanita itu senang bukan main. Setelah dinyatakan hamil, ia benar-benar berusaha menjaga diri dan kandungannya. Meski awalnya ada rasa ragu kala mengetahui kehamilannya. Mengingat usianya yang tak lagi muda.Ia juga tidak menyangka jika Tuhan memberikan kepercayaan pada mereka menjadi orang tua dalam waktu begitu cepat. Namun tetap apa pun yang diberikan Yang Kuasa pada mereka patut disyukuri.

Sempat terbersit keinginan Arina untuk mengundurkan diri dari tugas mengajarnya. Apalagi Sekala pun mendukung keputusan sang istri. Biar Arina lebih banyak waktu bersantai di rumah sekaligus menemani ibu mereka. Namun mengingat si kecil Pelangi yang menjadi salah satu muridnya, Arina kembali mempertimbangkan keputusannya.

Hanya saja Sena mendukung Sekala. Ia tak masalah jika Arina tak lagi mengajar. Pelangi pun sebentar lagi akan naik ke jenjang kelas dua. Putrinya itu sudah pasti akan semakin dewasa dan bisa menjaga dirinya. Terlebih mereka masih tetap bisa meminta bantuan guru lainnya untuk memantau Pelangi.

"Tunggu sampai Mama atau Om Kal datang jemput Pelangi. Selama Mama atau Om Kal belum datang, Pelangi dilarang keluar dari lingkungan sekolah, ya," pesan Sena saat mengantarkan Pelangi ke sekolah.

"Iya, Mama."

Setelah menyelesaikan ritual salam dan mencium pipi putrinya, Sena masih berdiri di tempatnya hingga sosok Pelangi tak lagi tampak di matanya. Barulah Sena melanjutkan perjalanannya ke kantor.

Pertemuan terakhir dengan Netta, tak lagi menjadi beban pikiran Sena. Beberapa waktu ini wanita itu pun tidak menjalin komunikasi apa pun dengan Sena. Mungkin karena Netta sudah merasa menuntaskan kesalahpahaman antara mereka. Namun apa pun alasannya, Sena justru bersyukur. Bukan karena dirinya tidak menyukai sikap Netta. Hanya saja Sena merasa inilah jalan terbaik bagi mereka. Kembali pada keadaan semula di mana mereka tak harus saling bersinggungan.

"Sena, hari ini tolong bantu susun laporan penjualan bulan ini, ya," pinta Manajernya pada Sena.

Memang beberapa waktu belakangan Sena lebih banyak bekerja di balik layar. Tidak lagi terlalu ikut andil dalam proses promosi dan penjualan seperti yang lain. Semua tentu saja tak lepas dari performa Sena yang dirasa bagus oleh atasannya. Sena lebih banyak membantu Ardi dalam menyusun laporan penjualan dan peningkatan toko mereka. Bukan tidak mungkin Sena akan diangkat menjadi staff di kantor pusat mereka nantinya.

Kesibukannya dalam bekerja dan mengasuh Pelangi perlahan membuat Sena mengesampingkan segala urusan lainnya. Termasuk urusan hatinya. Entah sudah berapa lama ia tidak lagi mendengar kabar dari Rian. Pria itu seakan menghilang ditelan bumi setelah perpisahan mereka. Bukan karena Sena ingin memberi secercah harapan baginya. Namun Sena hanya ingin tahu jika Rian akan baik-baik saja setelah perbincangan mereka terakhir kali.

Di tengah kesibukannya bekerja, ponsel Sena berdering. Membuat wanita itu menghentikan sejenak kegiatannya. Ia bergegas menjawab panggilan tanpa melihat siapa yang menghubunginya.

"Halo, dengan Senandung. Ada yang bisa saya bantu?"

Mendengar suara Sena melalui sambungan telepon, membuat sang penelpon tertegun sejenak. Tidak berbeda dari kakak lelakinya, ternyata Sena memiliki karakter suara yang lembut seperti Sekala yang ia tahu. Suara Sena kembali bergaung mengembalikan kesadaran Wisnu.

Senandung PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang