Hari ini anak-anak mengadakan kegiatan luar ruangan. Pelangi akan mengunjungi kebun sekolah di mana mereka akan bersama-sama memanen dan menanam sayuran. Sekolah Pelangi memang memiliki beberapa fasilitas seperti kebun, kolam ikan bahkan kolam renang. Meski tidak seluas dan semewah sekolah bergengsi lainnya. Namun sarana pendidikan yang tersedia cukup untuk menunjang pembelajaran para murid.
Kali ini giliran kelas Pelangi yang akan melakukan pembelajaran di ruang terbuka. Untuk pembelajaran kali ini guru kelas akan dibantu oleh guru pendamping untuk mengawasi anak-anak.
Setiap anak diminta berpasangan dengan satu orang teman. Pelangi berpasangan dengan teman sebelah meja bernama Ririn. Setelah tiba di kebun, guru masing-masing kelas mengumpulkan anak-anak kelasnya untuk memberi penjelasan lebih lanjut akan kegiatan apa yang akan mereka lakukan hari ini.
“Anak-anak, hari ini kita akan memanen buah timun juga menanam bayam. Ibu akan bagikan masing-masing satu bibit untuk ditanam ya,” Lila, guru kelas Pelangi kali ini menjelaskan.
Lila pun mulai membagikan satu persatu benih untuk masing-masing anak. Setelah itu ia mengajak anak-anak ke lahan yang telah dipersiapkan. Mereka diminta untuk membersihkan rerumputan yang sengaja disisakan untuk dicabut. Kemudian Lila menunjukkan cara menanam benih sayur ke dalam tanah. Anak-anak memerhatikan dengan seksama.
Anak laki-laki tampak senang bermain dengan tanah. Namun beberapa anak perempuan terlihat enggan untuk melakukannya. Namun hal itu tidak terjadi pada Pelangi. Ia yang terbiasa membantu neneknya merawat tanaman meski sekadar menyiram, tak ragu untuk memegang tanah.
Pekikan dan seruan mewarnai kebun hari ini. Bahkan beberapa anak lelaki yang menjaili anak perempuan dengan menunjukkan cacing tanah yang ditemukannya. Suasana benar-benar ramai. Hingga jeritan dan tangis anak perempuan terdengar. Membuat Lila dan guru pendampingnnya segera mengamankan anak-anak.
“Rio, tidak baik menakuti teman seperti itu,” tegur Lila sembari menenangkan anak yang ketakutan.
“Kan cuma main, Bu,” jawab Rio tanpa rasa bersalah.
“Yang namanya main, semua orang harus ikut senang. Kalau ada temannya yang tidak senang saat bermain bersama, itu bukan main namanya tapi mengusili. Mengerti?”
Rio akhirnya mengangguk kemudian meminta maaf pada teman-teman yang dijailinya. Setelah anak-anak mulai tenang, proses belajar dilanjutkan. Kali ini anak-anak diminta untuk menyiram tanaman bergantian. Sembari Lila menjelaskan tentang mengapa tanaman perlu disiram dan dirawat.
“Sekarang kegiatan terakhir, kita akan sama-sama memetik timun, ya. Nanti setelah selesai, anak-anak boleh dapat satu timun masing-masing untuk dibawa pulang, oke?”
Anak-anak diberi gunting untuk memotong buah dari batangnya. Selama proses tersebut Lila dan guru pendamping harus benar-benar siaga agar tidak terjadi kecelakaan pada anak-anak. Semua berlangsung aman sampai ketika sebuah teriakan terdengar. Lila dan yang lainnya begitu terkejut kala melihat Pelangi sudah terduduk di tanah sambil memegangi lututnya.
“Pelangi!” pekik Lila panik bergegas menghampiri anak itu.
Sekuat tenaga Pelangi berusaha menahan agar dirinya tak menangis. Namun rasa sakit dilututnya membuat anak itu akhirnya terisak pelan. Air mata pun tak dapat ia tahan lagi.
“Ada apa, Nak?” tanya Lila.
“Friska dorong Pelangi, Bu Lila. Lutut Pelangi terbentur batu jadi berdarah,” ucap Pelangi sambil terisak.
“Friska? Kenapa?”
Sang anak yang ditanya hanya diam tak menjawab. Bahkan memalingkan wajah dari gurunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandung Pelangi
Ficción GeneralMenyandang status sebagai ibu tunggal bukan hal yang mudah. Terlebih Sena mendapatkan status tersebut di luar hubungan pernikahan. Meski dunianya seakan hancur, tapi kehadiran Pelangi mampu membuat Sena berdiri tegak. Hidup boleh sulit, tapi Sena me...