Rian terlampau sibuk belakangan ini. Bisnis keluarga mereka memang berkembang pesat. Ditambah lagi jalinan kerja sama dengan beberapa perusahaan yang baru Rian sepakati. Membuat waktu pria itu banyak tersita dalam pekerjaan. Hingga ia tak sempat menghubungi Sena sekadar bertanya kabar.
Namun hari ini Rian sudah memutuskan ia akan menemui Sena. Tidak peduli halangan apa yang nanti akan menghadangnya. Rian sudah memantapkan tekadnya untuk menemui wanita itu. Terlebih saat hari libur begini sudah pasti Sena tak memiliki kegiatan selain di rumah. Kesempatan ini akan Rian manfaatkan sekaligus untuk mengenal gadis kecil Sena.
Tak sulit menemukan tempat tinggal Sena. Rian memiliki alamat Sena dari Ardi, Manajer tempatnya bekerja. Datang tanpa pemberitahuan mungkin akan menyebabkan banyak masalah. Namun Rian juga ingin memberi kejutan pada Sena. Agar wanita itu tahu jika Rian memiliki niat yang serius.
Rian memarkirkan kendaraannya di depan kediaman Sena. Rumah yang ditinggali Sena tampak asri. Dengan beberapa pohon dan tanaman yang menghiasi pekarangan depan. Setelah mempersiapkan diri, Rian lalu menekan tombol bel yang terdapat di sisi gerbang.
Sena yang sedang merapikan rumah, langsung berhenti dari kegiatannya saat mendengar bunyi bel. Ia bertanya-tanya siapa kiranya yang datang berkunjung di hari libur seperti ini. Ia pun bergegas ke depan rumah untuk melihat tamu yang datang. Alangkah terkejutnya Sena kala melihat Rian yang berdiri di depan gerbang rumahnya.“Rian?”
Rian menampilkan senyum menawannya. “Halo, Mbak Sena. Maaf kalau kedatangan saya yang tiba-tiba mengganggu.”
Sena menggeleng. “Tidak mengganggu. Tapi, kenapa nggak kasih kabar dulu? Silakan masuk,” ajak Sena ramah.
“Terima kasih,” Rian menyerahkan bungkusan berisi kue yang tadi ia beli diperjalanan pada Sena.
“Kenapa repot-repot bawa bingkisan?”
Rian hanya tersenyum. Ia lalu mengikuti langkah Sena ke dalam rumah. Kediaman keluarga Sena memang tidak mewah. Namun pertama kali Rian menginjakkan kaki di sana, ia bisa merasakan kenyamanan.
“Silakan duduk, Rian. Saya buatkan minuman dulu, ya. Mau teh, kopi atau jus buah?”
“Air putih saja, Mbak.”
Sena mengangguk mengerti. Ia meninggalkan Rian seorang diri di ruang tamu. Kesempatan itu Rian gunakan untuk memerhatikan seisi rumah Sena. Ia juga melihat beberapa pigura yang tergantung di dinding. Foto-foto yang menunjukkan kebersamaan Sena dan keluarganya. Terutama dengan sang ayah yang Rian tahu sudah tiada. Rian juga bisa melihat foto keluarga Sena tanpa sang ayah namun dengan anggota keluarga yang baru. Yang tak lain adalah Pelangi.
“Mama …” suara Pelangi memanggil Sena terdengar nyaring di telinga Rian.
Ia tak melihat gadis kecil itu. Namun ia menduga bahwa anak itu sedang menyusul Sena ke dapur.
Di dapur, Pelangi memerhatikan ibunya sedang menyiapkan minuman dan makanan kecil. Penasaran, anak itu pun bertanya pada Sena untuk siapa semua itu disiapkan.
“Ada tamu di depan. Teman Mama yang punya restoran kemarin itu. Pelangi mau sapa Om Rian?” ajak Sena yang diangguki Pelangi.
Rian melihat Sena membawa nampan diiringi seorang gadis kecil di belakangnya yang tak lain adalah Pelangi. Senyum Rian tak tertahan kala melihat pemandangan tersebut. Siapapun mungkin akan ikut senang melihat kedekatan antara ibu dan anak. Terlebih Pelangi yang langsung memberikan senyuman ramahnya kala bertatapan dengan Rian.
“Halo, Om Rian?” sapa gadis kecil itu.
Pelangi menghampiri Rian dan menyalami pria itu. Sikap yang membuat Rian terkejut namun juga terkesan. Terlebih saat anak itu dengan nada akrab memanggil namanya. Membuat Rian semakin senang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandung Pelangi
Fiction généraleMenyandang status sebagai ibu tunggal bukan hal yang mudah. Terlebih Sena mendapatkan status tersebut di luar hubungan pernikahan. Meski dunianya seakan hancur, tapi kehadiran Pelangi mampu membuat Sena berdiri tegak. Hidup boleh sulit, tapi Sena me...