Bunyi klik kamera tak berhenti sejak tadi. Sena rasanya belum puas mengabadikan putrinya yang hari ini akan memasuki jenjang pendidikan TK. Hari pertama yang biasanya akan membuat anak-anak gugup justru berkebalikan pada Sena. Putrinya terlihat tenang kala akan memasuki dunia sekolah. Bebeda dengan Sena yang justru berdebar-debar.
Melihat Pelangi tampil cantik dengan balutan seragam sekolah membuat Sena tak henti berdecak bangga. Putrinya terlihat sangat manis dengan topi berwarna biru yang menghiasi kepalanya. Sena seakan tak pernah puas memandangi penampilan Pelangi. Tentu saja aksinya menjadi pusat perhatian para orang tua lainnya.
“Sen, sudah foto-fotonya. Kelas Pelangi sudah mau dimulai itu.” Ibunya mengingatkan Sena.
Tak ayal Sena pun menghentikan kesenangannya mengabadikan Pelangi dengan kamera. Hari ini memang Sena ditemani sang ibu mengantarkan Pelangi di hari pertamanya bersekolah. Andaikan Sekala tak memiliki rapat penting di kantor, pria itu pun akan bergabung dengan ibu dan adiknya. Hari pertama Pelangi di sekolah, mereka sangat tak ingin melewatkan momen bersejarah tersebut.
Sebelum akhirnya mengambil keputusan untuk memasukkan Pelangi ke Taman Kanak-Kanak, Sena sempat memiliki pertimbangan yang panjang. Sedikit ketakutan pun melandanya. Tak ingin status Pelangi sebagai anak yang dilahirkan tanpa pernikahan menjadi beban bagi gadis kecil tak berdosa itu. Namun Sena beruntung, sekolah yang dipilihnya memiliki pemimpin dan tenaga pendidik yang tak mempermasalahkan status kelahiran Pelangi. Bagi mereka memberikan pendidikan yang baik bagi anak-anak menjadi hal utama.
“Para Ibu dan pendamping, mohon pengertiannya untuk tidak berada di sekitar kelas ya. Agar anak-anak kita mulai membiasakan diri dengan suasana kelas dan mandiri tanpa orang tuanya. Para Ibu dan pendamping silakan bersantai di taman selagi menunggu anak-anak menyelesaikan hari pertamanya. Terima kasih.”
Salah seorang pengajar memberikan instruksi pada para orang tua. Sena dan orang tua murid lainnya pun segera mematuhi peraturan. Mereka harus bisa bekerja sama dengan pihak sekolah demi memberikan lingkungan belajar yang kondusif pada anak-anak.
Selama menunggu, Sena dan ibunya berbincang dengan ibu-ibu lainnya. Mereka saling berbagi pengalaman seputar cara mendidik anak-anak di rumah. Selama berbincang, perasaan Sena cukup tenang. Ia merasa lega memilih sekolah tersebut untuk Pelangi. Karena tak satu pun orang tua yang ia temui saling mengenal satu sama lain sebelumnya. Meski konsekuensi jarak yang jauh harus mereka hadapi. Namun ketenangan Sena dan Pelangi bisa terjamin dengan tak adanya orang-orang yang mereka kenal dari lingkungan tempat tinggal. Walau begitu Sena juga cukup merasa bersalah pada putrinya karena harus berangkat ke sekolah lebih awal dari anak-anak lainnya.
Tiga jam berlalu tanpa terasa. Ketika mendengar suara gemuruh dari arah pintu ruang kelas, para orang tua pun bersiap menyambut anak-anak mereka. Di tengah kerumunan anak-anak yang berhambur, Sena langsung menemukan keberadaan Pelangi. Wajah mungilnya tampak berseri. Menunjukkan bahwa Pelangi begitu menikmati hari pertamanya di sekolah. Tak ayal senyum Sena dan ibunya pun merekah.
“Mama, Nenek, Pelangi sudah selesai belajar,” ungkap gadis kecil itu dengan nada riang kala mengahmbur ke pelukan Sena.
“Bagaimana sekolah? Pelangi suka, tidak?”
“Suka. Pelangi suka sekolah.”
Sena dan ibunya mengembuskan napas lega. Melihat bagaimana reaksi Pelangi terhadap hari pertama sekolah, kecemasan mereka sirna. Karena selama ini Pelangi tak banyak berinteraksi dengan anak seusianya, mereka sempat takut Pelangi tidak bisa beradaptasi dengan lingkungan baru. Namun melihat Pelangi yang begitu ceria dan bersemangat di sekolah, mereka tak perlu lagi merasa takut akan perkembangan sosial gadis kecil itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandung Pelangi
General FictionMenyandang status sebagai ibu tunggal bukan hal yang mudah. Terlebih Sena mendapatkan status tersebut di luar hubungan pernikahan. Meski dunianya seakan hancur, tapi kehadiran Pelangi mampu membuat Sena berdiri tegak. Hidup boleh sulit, tapi Sena me...