Chapter 30 - Mengulik Masa Lalu

6.4K 1.1K 63
                                    

Ali belum dapat memastikan waktu yang tepat bagi Netta untuk dapat bertemu dengan Sena dan Pelangi. Karena tak mudah mendekati Sena tanpa persiapan. Sudah tentu wanita itu akan curiga jika tanpa tedeng aling, orang lain ingin bertemu dengannya dan putrinya. Karena itu pula, Netta mengambil langkah awal untuk mendatangi Sena sebagai pelanggan di toko tempatnya bekerja.

Ia sudah mempersiapkan skenario terburuk andai Sena tak bersedia bicara dengannya. Namun melihat dari karakter Sena yang ia dapat dari informasi yang diberikan Ali, Netta yakin Sena adalah perempuan yang akan berpikir tenang dan matang. Ia yakin Sena akan bersedia bicara dengannya tanpa harus ada drama histerikal dalam pertemuan mereka nanti.

Hingga saat ini, Netta masih belum membeberkan rahasia yang ia ketahui pada Aditya. Kehidupan rumah tangga mereka masih tetap sama. Aditya yang masih bersikap sama saja. Tidak hangat namun juga tak bersikap dingin pada Netta. Hanya saja bagi Netta, Aditya terasa semakin sulit dijangkau. Jika seperti ini terus hubungan mereka, Netta tak yakin mereka akan bisa bertahan dalam rumah tangga yang sehat.

Ali yang kali ini tetap menemani Netta untuk misinya, tampak khawatir. Sedari tadi ia bisa melihat kegusaran dan kecemasan di wajah Netta selama perjalanan menuju lokasi toko Sena bekerja. Berkali ia meminta Netta untuk kembali, menyarankan sahabatnya itu untuk memantapkan diri lebih dulu sebelum bertemu dengan Sena. Ali tak ingin Netta merasakan tekanan saat bertemu dengan wanita yang memiliki masa lalu dengan suaminya tersebut.
Namun lagi-lagi Netta menolak saran tersebut. Ia tak ingin menunda lagi. Semakin cepat ia bertemu Sena, semakin cepat pula Netta dalam mengambil langkah selanjutnya.

Tak berapa lama mereka tiba di tempat Sena bekerja. Setelah memarkirkan mobilnya, Ali membukakan pintu untuk Netta. Wanita yang perutnya semakin membesar itu bergerak perlahan keluar dari mobil. Tangan Netta mengepal dengan jantung yang mulai berdetak cepat. Antara cemas dan takut jika Sena akan mengenalinya. Entah apa yang akan wanita itu pikirkan dengan kedatangannya yang tiba-tiba.

"Kamu yakin siap ketemu Sena?" suara Ali menyadarkan Netta dari kecemasannya.

"Siap."

Keduanya melangkah menuju pintu masuk. Tak banyak pengunjung yang datang hari ini. Beberapa pegawai yang tak melayani tampak hanya duduk sembari berbincang dengan rekan kerjanya. Namun melihat kedatangan Netta dan Ali, seorang wanita berseragam toko segera menghampiri menyambut mereka.

"Selamat siang, Bapak dan Ibu. Ada yang bisa dibantu?" sapa Riri pada kedua tamu yang baru tiba.

"Boleh sambil lihat-lihat dulu?" tanya Netta ramah.

Mendapat pelanggan yang seperti Netta, siapapun pasti akan dengan senang hati melayani. Seperti yang Riri rasakan saat ini. Meski tampilan Netta layaknya seorang Nyonya besar, namun cara berbicaranya yang ramah membuat Riri sebagai pekerja merasa nyaman.
Selagi melihat-lihat mata Netta mencari-cari keberadaan Sena. Sampai matanya menangkap satu sosok perempuan yang baru melewati sebuah pintu.

Sena!

Tatapan Netta langsung terpaku pada sosok yang ia cari sedari tadi. Sena tampak menyapa rekan-rekan kerjanya. Belum menyadari jika sejak kemunculannya, satu pasang mata tak lepas menatap wanita itu. Bahkan Riri yang sedari tadi mendampingi Netta dan Ali dibuat bingung dengan peralihan fokus Netta.

"Ibu?" panggil Riri beberapa kali. Namun Netta tetap tak menoleh padanya.

Sampai Ali menepuk pelan pundak Netta, barulah wanita itu tersadar. Netta menggumamkan kata maaf sembari tersenyum kecil pada Riri. Namun setelahnya, ia justru berjalan menuju ke arah Sena berada. Membuat Riri semakin bingung. Sementara Ali hanya bisa menggeleng kecil.

Bukan seperti ini harusnya. Harusnya Netta mengambil langkah perlahan. Bukan langsung mendatangi wanita itu. Ali ingin menarik Netta namun wanita itu sudah berada di hadapan Sena.

Senandung PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang