Naya melirik jam ditangan nya, sudah sepuluh menit dia menunggu kehadiran teman baik nya freya, namun yg ditunggu tidak menunjukkan tanda-tanda akan segera tiba. Harusnya dia tidak menyutujui keinginan Freya untuk berbicara dahulu dengan teman satu fandom nya, karna jika sudah membicarakan tentang bias maka akan memakan waktu berjam-jam!
Naya justru curiga Freya mungkin saja telah lupa dengan tujuan mereka sepulang sekolah ini untuk menonton film sekaligus mengerjakan tugas makalah biologi.To : Freying pan
Frey lama banget siih lo, buruanSekarang Naya hanya bisa berharap semoga Freya segera membalas pesan nya, tapi dia sendiri tidak yakin jiwa Freya masih berada di dunia ini jika sudah menjadi fangirl bersama teman nya.
Getaran di ponselnya memberikan harapan baru bagi Naya, namun dia mengerutkan kening nya ketika pesan yg diterimanya bukan berasal dari Freya, melainkan dari seseorang yg tidak pernah diduganya.From : Alvan
Hai NayDia melebarkan matanya untuk membaca dengan jelas pengirim pesan tersebut. Apakah dia tidak salah lihat? Bahwa orang yg mengirimkan nya pesan adalah Alvan Gunadhya? Alvan ketua osis yg wajahnya sangat cerah hingga bisa menerangi dunia dan seisinya? Oke mungkin tidak, tapi setidaknya dia adalah Alvan! Seseorang yg selalu dinantikan Naya untuk dilihat setiap kali upacara bendera, dengan proporsi wajah sempurna, rambut hitam sedikit panjang menyentuh telinga, mata lebar dan kulit kuning langsat yg bercahaya setiap kali terkena sinar matahari, membuat Alvan terlihat sepergi idol kpop lokal dengan kualitas internasional.
Naya berusaha menetralkan degup jantungnya, dia harus tenang jika tidak ingin mengirimkan pesan gila kepadanya, tidak mungkin dirinya menanyakan kesedian Alvan untuk menikahinya di obrolan pertama mereka.
To : Alvan
Iya?Tanpa diduganya Alvan justru langsung membalas pesan yg dikirimkan
From: Alvan
Lagi apa?Pertanyaan dari Alvan justru sukses menjungkirbalikkan perasaan naya, berbagai dugaan tengah memenuhi kepalanya, menebak-nebak apaakh Alvan akan langsung mengajaknya jalan. Naya menarik nafas tenang kemudian menghembuskan nya perlahan. Tenang Naya, tenang, jangan terlalu kesenangan sekarang, siapa tahu Alva sedang bosan dan iseng mengirimkan chat kepadanya.
To :Alvan
Lagi nunggu temen, mau pulang, kenapa?From : Alvan
Gpp, aku mau nanya sesuatu, blh ga?To : Alvan
Boleh, ada apa?Entah kenapa Naya bisa merasakan jantung nya berdegup semakin kencang ketika pembicaraan mereka seperti mengarah ke sesuatu yg sedikit ia pahami.
Apakah Alvan akan ? Ah tidak mungkin, Naya menggelengkan kepalanya, mengusir semua pemikiran yg tidak masuk akal di sana.From : Alvan
Gua suka sama lo Nay, lo mau ga jadi pacar gua?Naya nyaris saja berteriak dan menjatuhkan ponselnya. Apakah ini sungguhan? Atau dia sedang berhalusinasi? Naya membuka matanya semakin lebar, membaca dengan teliti isi pesan tersebut, dia bahkan mengeja satu per satu kata yg tertulis. Jadi - pacar - gua - ? Apakah yg dimaksudnya menjadi pacar dia ? Atau pacar dari seseorang yg bernama gua? Naya semakin pusing dibuatnya. Tetapi, karna dia sedang tidak gila sehingga dia masih mampu mengartikan pesan tersebut dan menyimpulkan bahwa Alvan mengajaknya pacaran!
Oke Naya jangan terburu-buru, sejujurnya Naya merasa tidak suka jika hanya ditembak melalui chat, karena mungkin saja bukan Alvan yg mengirimkan pesan tersebut, meskipun dia tidak menaruh curiga apapun tentang pesan ini tapi akan lebih menyenangkan jika dia bisa mendengarkan secara langsung pernyataan cinta Alvan untuknya.To : Alvan
Maunya lo bilang langsung ke guaNaya pikir Alvan tidak akan menanggapi balasan pesan nya, tapi sebaliknya Alvan justru menyetujuinya.
From : Alvan
Oke, sekarang kita ketemuan gmna?Alvan mengajaknya ketemuan! Naya merapihkan rambutnya yg sudah kumal. Jika saja dirinya tahu Alvan akan menembaknya hari ini, maka dia sudah pasti membawa peralatan make up nya.
From : Naya
Dimana? Gua ada di gerbang depanFrom : Alvan
Di kantin, lo bisa kesini ga?From :Naya
Bisa, tunggu yaNaya mematikan ponselnya dan hendak berjalan menuju kantin, namun sesaat benak nya merasa ragu untuk pergi kesana, haruskah dia melakukan ini? Bagaimana jika Alvan tidak benar-benar ingin mengajaknya pacaran? Tapi seandainya iya mungkin dia akan menyesal jika tidak pernah menemuinya? Siapa tahu Alvan ingin meberikan nya bunga atau treats lain, lagipula kantin sekarang sudah sepi jadi dia tidak perlu mengkhawatirkan jika ada orang lain yg akan melihat mereka.
Naya melangkah dengan riang sepanjang perjalanan menuju kantin, dia bisa membayangkan bagaimana kehidupan nya setelah berpacaran dengan Alvan. Kehidupan remaja nya yg tadinya hanya berisi warna abu-abu, mendadak berubah menjadi warna pelangi yg indah. Tidak ada lagi perasaan kesepian setiap malam minggu. Saat bosan, dia bisa menghabiskan waktu dengan bertelpon dengan Alvan dan masih banyak lagi skenario baru yg tengah disusun di kepalanya.
Naya sudah tiba di kantin, namun tidak menemui siapapun disana, penjual makanan juga tidak ada karna memang sudah waktunya pulang sekolah dan kantin telah dibersihkan oleh petugas kebersihan. Naya mengirimkan pesan untuk menanyakan keberadaan Alvan
To : Alvan
Gua udah di kantin, lo dmna?Naya merasa aneh melihat centang satu pada pesan nya, Alvan sedang tidak aktif, tiba-tiba dia merasakan perasaan tidak enak, apakah dia sudah ditipu? Naya melirik ke sekeliling nya, mungkin dia harus menunggu beberapa menit lagi. Sepuluh menit berlalu, pesan nya kali ini sudah berubah menjadi centang dua, dengan segera Naya mengirimkan pesan lain untuk memberitahukan keberadaan nya.
To : Alvan
Gua ada di kantin, di meja depanNaya menunggu dengan bosan kehadiran Alvan , memang benar kata orang bahwa untuk mendapatkan cinta itu membutuhkan perjuangan maka dari itu naya merasa dirinya harus tetap sabar demi menanti cinta nya datang.
Suara orang-orang yg masuk secara gerombolan membuat naya menolah, dan bukan nya mendapati Alvan disana dia justru melihat gilang, dhani, azam, Ezra dan Ilham yg tergabung kedalam geng bucin (budak micin) sedang menuju ke kantin. Naya merasakan firasat buruk, dia langsung berbalik untuk membelakangi mereka, kemudian dia mendengar samar-samar pembicaraan mereka yg diselingi tawa.
"Gila naya beneran percaya itu Alvan"
"Dari semua cewe yg gua chat cuman dia yg ngerespon serius"
"Kesepian banget keknya sampe di chat begituan aja percaya"
"Gak nyadar kali ya, wajah dia begitu mana mungkin Alvan mau"
"Bego banget jadi cewe, gampang banget ditipu"
"Weh itu beneran dia di kantin"
Naya merasa malu setengah mati ketika mengetahui dirinya menjadi objek pembicaraan mereka. Dia merutuki kebodohan nya yg dengan mudah mempercayai pesan dari Alvan, seharusnya dia bisa lebih selektif dengan mencurigai topik pembicaraan yg tidak biasa ďi chat pertama mereka, tapi bagaimanapun juga Naya tidak bisa menahan kesenangan nya saat itu, mengingat itu ada lah pertama kali seorang cowo mengirimkan nya pesan untuk menanyakan dirinya.
Dengan menahan rasa malu Naya segera bangkit dari duduknya kemudian beranjak pergi meninggalkan kantin. Naya berusaha mengabaikan keberadaan geng bucin ketika melewatinya dan berjalan menunduk untuk menutupi wajahnya.
Dalam hati dia merasa sangat menyedihkan karena sudah sangat berharap dengan pernyataan dari alvan. Pada akhirnya memang tidak ada yg pernah menyukainya karena penampilan nya yg tidak menarik dan dirinya yg gampang dibodohi. Poor you Naya...
KAMU SEDANG MEMBACA
Angel or Devil
Teen FictionKetika kesabaran nya yg terus teruji mendadak habis, membuat Nayara Syifabella tanpa sengaja mengatakan sesuatu yg menghancurkan ketenangan di masa remaja nya. Kejengahan nya terhadap geng bucin (budak micin) yg secara sengaja mengatainya 'Tidak ca...