Part ini sedikit dark, jadi harap persiapkan mental dan fisik kalian ya!
Hehe canda, ga se-dark itu kokHappy Reading!
****
Rafa menggosokkan handuknya ke kepala sembari keluar dari kamar mandi. Aroma makanan yg sangat dikenalinya tercium saat dia melewati dapur. Mendekati meja makan, Rafa merasa takjub melihat berbagai lauk pauk sudah tersedia disana. Terdapat ayam ungkep dengan serundeng, tempe tahu bacem, sambal teri serta lalapan berupa labu rebus, selada dan timun. Tidak biasanya ibunya memasak makan malam sebanyak ini. Apakah akan ada tamu yg datang?
"Ibu tumben masak nya banyak"
Tanya Rafa kepada ibunya yg sedang sibuk mencuci alat masak."Rafa udah selesai mandi? Iya ini ibu tiba-tiba pingin masakin makanan kesukaan papa kamu"
Rafa terdiam mendengar jawaban ibunya. Tidak lagi. Rafa tidak sanggup menghadapi perasaan itu malam ini."Rafa makan sekarang ya bu"
"Iya makan sekarang mumpung masih anget, nasinya juga baru mateng, oh iya Ravin kemana?"
"Ravin belum pulang"
Rafa mengambil piring di lemari, kemudian membuka rice cooker, kepul asap dari aroma nasi yg disukainya langsung tercium."Ravin masih kerja di fotokopian?"
"Masih"
Rafa menuju meja makan kemudian memasukkan lauk pauk berupa ayam dan tempe kedalamnya."Ibu ga paham Ravin ini buat apa masih kerja disana, padahal papa nya tiap bulan udah sering kasih uang, apa uang jajan nya kurang? Kalau kurang harusnya bilang, biar ibu tambah lagi. Rafa kamu sekali-kali marahin kakak kamu itu, biar ga pulang malam terus"
"Mungkin Ravin mau bantuin bang edgar kali bu"
Rafa menyuapkan sesendok penuh nasi yg telah dicampur dengan serundeng dan potongan tempe bacem. Rasa familiar yg selalu disukainya memberikan perasaan senang tersendiru bagi Rafa."Bantuin kok setiap hari, kalau dia pulang malam terus, kapan sempat belajarnya"
Rafa tidak berkomentar lagi karena menyadari bahwa tindakan nya akan sia-sia. Ibunya telah selesai mencuci dan duduk dihadapan nya."Enak ga fa?"
"Enak banget bu"
Jawab Rafa dnegan mulut penuh makanan. Melihat anaknya makan dnegan lahap membuat ibunya merasa sangat senang."Kamu ga make sambal? Itu teri nya ibu banyakin loh"
Rafa tidak bisa menolak ketika ibunya menambahkan sesendok penuh sambal teri dia atas nasinya. Sejujurnya Rafa tidak terlalu suka pedas, meskipun sambal yg dibuat ibunya tidak terlalu pedas juga.
Kali ini Rafa mencampurkan sambal pada nasi kemudian menyuapnya, ibunya menunggu dengan cemas reaksi putranya."Terlalu asin ga ?"
"Ga bu, pas banget"
"Yaudah lanjut makan nya"
Rafa kembali melanjutkan makan dengan lahap, diambilnya lagi serundeng untuk menambah rasa di nasi nya. Tidak lupa lalapan timun untuk menetralisir minyak dari ayam goreng.
Rafa terlalu asik makan, hingga dia menyadari bahwa ibunya masih asik duduk dihadapan nya sambil bermain ponsel tanpa mengambil makanan."Ibu ga makan?"
"Ibu nunggu papa kamu pulang, masa nanti dia makan sendiri"
Rafa berhenti menyendokan nasi ke mulut. Tidak tahu bagaimana harus memberikan reaksi. Dia memilih diam dan melanjutkan makan. Lidahnya terasa kering memikirkan bagaimana dia akan menjelaskan kepada ibunya.
Penyakit gangguan psikotik yg diderita ibunya terkadang membuat beliau masih merasa seolah belum bercerai dari papa. Meskipun tidak sering terjadi, tetapi terkadang dapat muncul tanpa bisa diprediksi, dan jika sudah kejadian biasanya hanya tante Ani saja yg bisa menenangkan ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angel or Devil
Teen FictionKetika kesabaran nya yg terus teruji mendadak habis, membuat Nayara Syifabella tanpa sengaja mengatakan sesuatu yg menghancurkan ketenangan di masa remaja nya. Kejengahan nya terhadap geng bucin (budak micin) yg secara sengaja mengatainya 'Tidak ca...