Hampa
Sepi di luar. Sepi menekan mendesak.
Lurus kaku pohonan. Tak bergerak
Sampai ke puncak. Sepi memagut,
Tak satu kuasa melepas-renggut
Segala menanti. Menanti. Menanti.
Sepi.
Tambah ini menanti jadi mencekik
Memberat-mencekung punda
Sampai binasa segala. Belum apa-apa
Udara bertuba. Setan bertempik
Ini sepi terus ada. Dan menanti.-Chairil Anwar
Rafa membuka matanya saat Fajar mengakhiri pembacaan puisi dengan lembut. Intonasi pelan hampir berbisik yg digunakan nya sepanjang membacakan puisi membuat kehampaan terasa hingga seisi ruang kelas dan... ruang dihatinya.
"Waah bagus banget Fajar, sampai terhanyut aku dengernya, tepuk tangan semuanya"
Rafa memberikan tepuk tangan dengan semangat, sementara yg lain meneriaki Fajar memujinya. Fajar tersenyum merasa senang bahwa semua orang menyukai penampilan nya, dia sudah berlatih membaca puisi sejak lama, dan meskipun belum memenangkan perlombaan baca puisi dia tetap merasa senang jika teman-teman anggota gelis juga menyukainya."Terima kasih Fajar atas penampilan penutupnya, diingatkan lagi buat teman-teman yg belum membuat puisi untuk segera membuatnya dan dikirimkan paling lambat hari senin pukul 12 siang, kirimnya di kotak karya puisi ya, jangan lupa tulis nama kalian juga di kertasnya. Awas jangan sampai ga ngirim, karna nanti bakal ada hukuman"
Ucap Farra sedikit mengancam sambil menunjuk tersangka-tersangka yg sering terlambat mengumpulkan karya."Baiklah mari kita akhiri pertemuan hari ini dengan mengucap hamdalah. Alhamdulillah, sebelum pulang kita jargon dulu ya. Geeliiis..."
"Berkarya untuk membangun masa depan penuh makna"
Rafa membereskan barang-barangnya kemudian menhampiri Farra yg sedang membereskan kertas berisi puisi yg telah dibuat oleh anggota gelis. Sebagai ketua dari eskul gelis Rafa merasa tidak melakukan banyak pekerjaan karena Farra selalu mengerjakan hampir keseluruhan tugasnya."Butuh bantuan?"
Farra menoleh, tersenyum mengetahui Rafa disebelahnya."Gausah, ini udah selesai kok, oh iya nanti rapat buat open house kapan?"
Rafa berpikir sejenak sebelum menjawabnya. Bu Karisma memintanya untuk mengenalkan ekstrakulikuler gelis kepada seluruh siswa dengan mengadakan kegiatan open house. Meskipun menurut Rafa gelis sudah cukup dikenal oleh seluruh siswa di sma nya. Lagipula terlalu banyak anggota juga tidak menjamin gelis akan berkembang, namun bu karisma memiliki anggapan lain, menurut beliau gelis diharapkan dapat menjangkau seluruh siswa di sma insan cendikia, tujuan nya untuk meningkatkan minat mereka di bidang literasi."Hmm, senin mungkin, sekalian kita ngebagiin puisi dari kotak karya, kali ini minta tolong buat ajak seluruh panitia, kita bakal finishing untuk acaranya"
"Oh oke"
"Aku pulang duluan ya Far"
Rafa sudah melambaikan tangan untuk pergi ketika Farra mencegahnya."Eh tunggu Raf"
"Iya?"
"Eeh aku boleh balik bareng ga sama kamu?"
"Bukan nya rumah kita beda arah?"
"Iya, tapi aku mau mampir ke toserba di deket perumahan kamu, boleh ya?"
Farra menatap Rafa dengan senyum manisnya, membuat siapa saja yg melihatnya pasti luluh dan jatuh cinta."Iya boleh, tapi aku ke toilet dulu ya, nanti aku tunggu di gerbang depan"
"Oke"
Rafa berjalan meninggalkan kelas. Dia mengecek ponselnya dan melihat beberapa pesan yg masuk, dia memilih membaca beberapa pesan penting.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angel or Devil
Teen FictionKetika kesabaran nya yg terus teruji mendadak habis, membuat Nayara Syifabella tanpa sengaja mengatakan sesuatu yg menghancurkan ketenangan di masa remaja nya. Kejengahan nya terhadap geng bucin (budak micin) yg secara sengaja mengatainya 'Tidak ca...