17. 3 Realita

11 2 0
                                    

"Nay hari ini lo ke panti lagi ga?"
Naya berhenti menyendok makananya saat mendengar pertanyaan tersebut. Doa sedikit tidak menduga bahwa Freya akan menanyakannya.

"Hmm mungkin iya"
Jawab naya sedikit ragu, karna dia sendiri masih mempertimbangkannya. Setelah sebelumnya mendapat pesan dari atiqah yang memintanya untuk datang lagi ke panti, naya sebenarnya berencana akan menolak, tapi justru dia membalas sebaliknya. Sehingga jadilah dia harus tetap datang karena telah menyetujui permintaan Atiqah.

"Wiih tumben banget lo nay mau datang tanpa perlu gua paksa, ada apa niich..."
Tanya freya dengan nada curiga, membuat naya mendadak gugup tanpa alasan.

"Gak apa-apa kok, gua cuman dateng karna di suruh aja, kebetulan Atikah nyuruh gua dateng lagi"
Jawab naya berusaha terlihat natural, tunggu dulu mengapa pula ia harus merasa seperti ini, dia juga sedang tidak menyembunyikan alasa apapun dari freya... atau sebenarnya iya?

"Eh iya, kemaren lo pulang nya gimana? Gua lupa tadinya mau gua jemput, tapi malah ketiduran"
Naya berdecak melirik Freya sebal, dasar teman tidak tahu diri, disaat dirinya sedang berjuang mati-matian mengajar bocil. Freya dengan santainya rebahan dikamarnya yang nyaman. Benar-benar sahabat yang sangat peduli dan pengertian.

Rasanya naya ingin menjitak freya ketika dia teringat lagi perjuangan nya untuk mengajar anak2 panti kemarin. Bisa-bisa nya Freya membuatnya menderita sendirian, ckck sabtu nanti naya akan menyuruh mereka belajar bersama freya.

"Parah bgt lo frey, gua jadinya harus pulang bareng Ravin kan"
Keluh naya sambil menyuapkan sebuah bakso bulat utuh.

Selanjutnya terdengar suara terbatuk yang tentu saja bukan berasal darinya melainkan dari freya.

"LO PULANG BARENG RAVIN NAY!!!??"

Naya membelalakan matanya mendengar freya hampir berteriak sambil menyebutkan nama Ravin, dia dengan sigap menutup mulut jahanam Freya menggunakan telapak tangan nya sebelum satu sekolah mendengar apa yang dia ucapkan. Yah meskipun tindakan nya tidak sepenuhnya berguna, karena saat ini kantin sedang dipenuhi oleh orang-orang yang sedang berlalu lalang mencari makanan, dan teriakan freya barusan membuat lalu lalang orang2 sempat berhenti sejenak untuk menatap ke meja mereka.
Apalagi naya bisa merasakan orang-orang di meja kantin sebelahnya mulai melirik ke arah meja nya.

Sungguh jangan sampai mereka bergosip tentang dirinya, karena tentu saja tidak akan ada untungnya bagi mereka , mengingat dia bukanlah siswi populer di sekolahnya untuk dihancurkan reputasinya. Tapi tetap saja naya merasa khawatir seseorang akan mengenali Ravin sebagai topik pembicaraan mereka, karena Ravin termasuk cukup populer dikalangan anak perempuan.

"Gua ga jalan sama dia"
Ucap naya berbisik untuk mencegah orang-orang mendengar percakapan mereka.

"Tapi lo pulang bareng sama doi Nay!! Dan itu adalah hal yang ga bisa terjadi ke semua cewe"
Naya terdiam, merasa bingung menjawab pernyataan Freya. Karena sejujurnya perkataan Freya memang ada benarnya. Jangankan berboncengan dengan cewek, melihat Ravin dekat dengan cewek disekolahnya pun sepertinya sangat jarang. Karena Ravin terkenal sangat jutek kepada semua cewek yang mendekatinya (termasuk Naya dahulu). Bahkan cewe populer seperti Farra yang dulu sempat terlihat menemani Ravin latihan basket pun mulai kelelahan sendiri karena tidak pernah digubris olehnya.

Sekarang Naya mungkin bisa sedikit memaklumi reaksi Freya. Seharusnya dia juga merasa terkejut bahwa Ravin bisa dengan mudahnya menawarinya pulang bersama. Tapi... dirinya sendiri juga merasa bingung, mengapa dia mulai berpikir bahwa Ravin sekarang tidak sejutek sebelumnya. Entah ia harus merasa senang karena usaha nya mendekati Ravin tidak sia-sia, atau khawatir karena mungkin Ravin hanya bersikap baik kepada dirinya ketika sedang dipanti saja?

Angel or DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang