Untuk pertama kali dalam hidupnya, akhirnya naya bisa mengerjakan lima soal grafik fungsi trigonometri tanpa sekalipun bertanya kepada Rafa. Entah ini adalah sebuah keajaiban atau musibah (karena jawaban yang masih diragukan kebenarannya).
Intinya naya merasa sangat senang karena ia bisa menjawab dan memahami soal tersebut, tanpa bantuan Rafa sama sekali.
Naya memberikan kertas jawaban nya dengan bangga. Rafa tidak langsung menerima kertas tersebut. Ia masih dengan posisinya seperti semula, menatap diam pada lembar halaman buku paketnya yang masih berada di halaman yang sama saat dia membukanya.Apakah Rafa sedang tertidur? Tapi matanya terbuka lebar, Naya khawatir Rafa mungkin sedang kerasukan sehingga dia memilih untuk langsung menepuknya.
"Rafa"
Rafa terkejut merasakan tangan seseorang dipundaknya, ia menoleh dan mendapati Naya menatapnya bingung
"Iya Nay?"
"Aku udah selesai"
Naya menunjuk kertas dihadapan Rafa yang ditanggapi nya dengan anggukkan pelan."Maaf nay, aku ga liat tadi"
"Iya, gak apa-apa"
Naya melirik sekilas pada Rafa,merasa khawatir dengan keadaan cowok itu, apakah dia baik-baik saja? Karena sejak tadi ketika ia sedang menjawab soal, sesekali naya memperhatikan Rafa lebih banyak melamun, seperti memikirkan sesuatu. Naya melihat Rafa sudah mulai mengoreksi jawabannya sehingga Naya memilih menunggu sambil bermain ponsel.
Rafa menatap pening kumpulan angka dan grafik dihadapannya. Dia tidak bisa memfokuskan diri pada penyelesaian dari soal ini, karena sejak sore tadi ada satu hal yang terus mengganggu pikirannya, yaitu ibu yang ternyata harus dirawat lebih lama di rumah sakit. Biasanya setiap kali ibu terkena serangan sakit mendadak di perutnya, beliau bisa langsung pulang setelah perawatan selama satu-dua hari. Namun, sore ini ia harus kembali kecewa ketika mendapati rumahnya kembali kosong seperti dua hari yang lalu.
Rafa khawatir terjadi sesuatu yang serius pada ibu, meskipun ia tahu bahwa ibu memang memiliki penyakit berbahaya. Tapi ia tetap percaya bahwa Tuhan pasti akan menyembuhkan ibu sepenuhnya. Rafa hanya tidak sanggup membayangkan jika ia sendirian, tanpa kehadiran ibu pada kesehariannya, karena Ravin sudah meninggalkannya.
Rafa melirik jam dinding, sudah pukul setengah sembilan malam. Masih ada setengah jam lagi sebelum waktu belajar mereka selesai, tapi otaknya sudah tidak mampu bekerja sama untuk menyelesaikan soal-soal ini.
"Nay"
"Iya?"
"Kalau belajarnya udahan sekarang gimana?"
Naya mengerjapkan mata bingung, apakah jawabannya tidak masuk akal hingga Rafa ingin cepat-cepat mengakhiri sesi belajar mereka?
"Kenapa?"
"Gak apa-apa, aku lagi ga bisa fokus"
Naya mengangguk memahami, mungkin Rafa sedang tidak enak badan karena terlalu sering belajar.
"Yaudah, aku beres-beres sekarang ya"
"Iya"
Naya memasukkan satu persatu barang nya kedalam totebag kecil miliknya. Dalam hati dia merasa sangat senang, karena akhirnya dia bisa memiliki waktu kosong yang tentu saja akan digunakannya untuk nonton dan main hp sepuasnya. Selesai membereskan barang, seperti biasa Rafa akan mengantar Naya pulang, sekalipun selalu dilarang oleh nya.Tidak ada pembicaraan selama perjalanan pulang. Naya hanya ingin segera sampai di dirumah, kembali ke kasurnya yg nyaman, menyalakan laptop, kemudian menonton semalaman. Membayangkan itu semua membuat Naya tanpa sadar tersenyum lebar. Ternyata semudah itu ya, bahagia versi dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angel or Devil
Teen FictionKetika kesabaran nya yg terus teruji mendadak habis, membuat Nayara Syifabella tanpa sengaja mengatakan sesuatu yg menghancurkan ketenangan di masa remaja nya. Kejengahan nya terhadap geng bucin (budak micin) yg secara sengaja mengatainya 'Tidak ca...