Part 8 - Receive or Rebellious

18 1 0
                                    

Hari minggu adalah hari yg selalu ditunggu Ravin, karena di hari itu dia tidak perlu merasa kesepian. Dia bisa menghabiskan waktu bersama ibunya selama seharian penuh. Biasanya Ibunya selalu sibuk bekerja, berangkat pagi pulang malam dari senin sampai sabtu sehingga waktu yg dimiliki Ravin untuk bermain bersama ibunya sangat sedikit.

Hal paling menyenangkan lain nya di hari minggu yaitu Ravin bisa berjalan-jalan untuk keluar dari kontrakan kecilnya yg sesak. Ibunya tidak mengizinkan nya bermain terlalu jauh sehingga dia hanya menghabiskan waktunya dengan menonton tv seharian atau bermain dengan bayi dari kontrakan sebelahnya.

Teriknya panas matahari di siang bolong tidak menghentikan keceriaan Ravin setelah turun dari angktot. Mereka masih harus menunggu angkot selanjutnya. Angkot yg mereka naiki sebelumnya terpaksa menurunkan penumpang di jalan karena memiliki urusan mendadak. Ravin menunggu sambil melompat-lompat, tidak sabar untuk melihat mainan barunya.

"Bu kapan kita pulang?"

"Bentar lagi ya sayang, angkot nya belum ada"
Ravin melihat beberapa angkot yg melewati mereka, kemudian mengeluh kepada ibunya.

"Itu banyak angkot bu, kenapa kita ga naik itu aja"

"Angkot itu ga sampai rumah kita, nanti malah diturunin lagi, sabar ya Ravin"

Ravin memanyunkan bibirnya tidak suka, padahal penumpang lain yg sebelumnua satu angkot dengan mereka sudah menaiki angkot lain tapi mengapa mereka masih saja menunggu.

"Huaa aku ga sabar mau main"
Ravin merengek menarik-narik baju ibunya. Merasa diabaikan, Ravin memilih untuk memainkan batu kerikil di jalan. Dia mendribling, memutar-mutar kemudian menendang kerikil ke jalan raya. Jika sedang fokus bermain, Ravin seperti terbawa pada dunia nya sendiri. Hingga seseorang mendorong dia kesamping dengan kencang membuat kepalanya sempat membentur tanah keras berdebu dengan kerikil diatasnya.

Bersamaan dengan jatuhnya, Ravin samar-samar mendengar suara benturan lain dibelakangnya. Dia ingin melihat tapi kepalanya masih terasa pusing. Sinar matahari yg langsung mengenai wajahnya membuat pandangan nya semakin berkabut. Kemudian saat kegelapan sudah diujung mata, yg bisa didengarnya hanya teriakan panik orang-orang yg membawa tubuhnya entah kemana. Suara ambulan bercampur dengan klakson mobil terdengar semakin kencang membuat Ravin membuka matanya.

Ravin menegakkan kepalanya saat menyadari bahwa suara klakson tersebut memang nyata karena sebuah truk oren terlihat melewati jalanan sambil membunyikan klakson tanpa henti. Ravin mengusap wajahnya dan menyadari bahwa dia telah menangis sepanjang tertidur.

"Ckckc truk jaman sekarang makin sering aja bunyiin klakson, bikin ganggu"
Keluh bang Edgar sambil sibuk bermain ponsel.

"Dah bangun vin?"
Pertanyaan bang Edgar membuat Ravin terkejut, pikiran nya masih menyesuaikan diri dengan mimpi dan realita.

Ravin melirik jam di ponselnya, sudah pukul setengah dua siang, seingatnya tadi masih jam setengah satu. Ya ampun Ravin tidak sadar bahwa dia sudah tertidur selama satu jam! Sementara tidak ada yg berjaga di fotokopian.

"Udah, sori bang gua ketiduran"

"Iya gak apa-apa, untung siang-siang gini lagi sepi, tadi gua ngecek cctv ga ada yg maling kok"
Ravin merasa lega tidak terjadi apa-apa selama dia tertidur, lain kali dia harus lebih hati-hati, kalau bisa dia akan meminum kopi di siang hari untuk membuatnya tetap terjaga.

"Makasih bang, bang edgar nyampe jam berapa"

"Jam 1 an, gua dipulangin lebih cepet, terus langsung kesini, oh iya lo udah jaga dari pagi kan? Sekarang giliran gua aja, lo bisa pulang, biar malem gantian Bagas yg jaga"

Angel or DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang