Part 17.2 Realita

12 2 0
                                    


Tidak waras, mungkin kata itulah yang tepat untuk menggambarkan pikiran naya sekarang. Karena entah ada setan apa yang membuat naya menyetujui saran dari Freya untuk datang ke panti asuhan, sendirian, di sore hari, tepat sepulang sekolah. Sebelumnya naya memang sudah mendapat banyak pesan dari atikah mengenai permintaan anak-anak panti yang menginginkan dirinya untuk mengajar ipa. Alasannya karena Atikah sendiri adalah jurusan ips sementara anak-anak di panti asuhan rata-rata berada di sd dan smp sehingga Atikah kesulitan untuk mengajarkan mereka ipa, maka dari itu dia meminta naya untuk mengajar mereka.

Naya merasa menyesal telah menceritakan perihal chat Atikah pada Freya, karna hal tersebut justru membuat Freya semakin semangat untuk membuatnya datang ke panti. Dan! Alih-alih ikut menemaninya, Freya justru meninggalkannya sendiri setelah mengantarnya dengan mobil jemputan milik nya. Sekarang, yang naya khawatirkan adalah cara ia pulang kerumah nanti, karena Naya yakin ia tidak akan bisa terbebas dengan mudah, paling lambat mungkin ia baru akan pulang setelah magrib. Naya menghela nafas berat begitu langkahnya memasuki teras rumah, bersamaan dengan itu terdengar suara teriakan anak-anak dari dalam ruangan memanggil namanya dengan riang.

"TETEH NAYAAA!"

"TEH NAAY"

"TEH NAYAAA!!"

Teriakan membahana menyambut naya beriringan dengan kemunculan tiga orang bocil yang berlari terburu-buru menghampirinya. Naya memejamkan mata berusaha menyabarkan diri atas cobaan yang akan dihadapinya. Ingatkan Naya bahwa dahulu dia sangat tidak menyukai anak kecil namun sekarang ia justru sering berinteraksi dengan mereka. Kewarasan nya meminta naya untuk segera kabur dari sini dan pulang kerumah. Tapi sisi malaikatnya menahan nya untuk melakukannya.

"Teh, tadi aku beli martabak telor enak banget teh, martabaknya segede gini, teteh mau ga? besok aku beliin"
Ucap nabila sambil memperagakan bentuk martabak yang dimakannya.
"Teh tau ga kemaren Arya ngompol dikasur"
Cerita sekar si tukang gosip dengan gaya berbisik namun suaranya terdengar seperti berteriak.

"Teh naya, teteh kesini mau ngajarin kita belajar ya?"
Pertanyaan terakhir tentu saja berasal dari sekar yang menatap nya dengan mata lebar penuh rasa penasaran.
Naya bingung harus menjawab pertanyaan siapa terlebih dahulu, tapi pertanyaan sekar sepertinya yang paling mudah dijawab.

"Iya, teteh diminta atikah buat ngajar"

"Yeay yeay"
Sorakan bahagia dari nabila langsung diikuti teriakan anak2 panti lain yang baru keluar untuk menyalimi dirinya. Belum mulai saja Naya sudah merasa kewalahan, bagaimana nanti jika ia sudah benar-benar harus mengajar? Mungkin dia akan segera gila.

"Eeh jangan dikerubutin gitu teh naya nya, nanti gabisa masuk"
Kedatangan Atikah membubarkan kerumunan anak-anak yang berkumpul mengelilingi nya. Dalam hati naya merasa bersyukur atas kehadiran atikah yang telah menyelamatkannya. Kalau tidak, mungkin dia akan berdiri disini terus hingga semalamaman untuk mendengar celotehan mereka.

"Assalamualaikum teh, maaf ya teh jadi ngerepotin"

"Waalaikumsalam, gak apa-apa kok"

"Teteh kesini sendiri? Teh freya mana?"
Tanya atikah sambil melirik kebelakang naya. Tentu saja dia tidak akan menemukan freya, karena sudah jelas bahwa freya telah membuangnya.

"Freya ga ikut atikah, cuman aku aja"

"Oalah, aku pikir teteh bareng teh freya, teteh gak apa-apa disini sendiri? Nanti teteh pulang sama siapa?"

"Gak apa-apa, nanti teteh bisa pulang sendiri"
Ucap naya sambil meringis dalam hati, semoga saja angkot masih tetap ada saat ia pulang.

"Teh gimana kalau pulangnya dianterin abang Ravin?"
Naya membelalakan mata mendengar usulan Atikah. Saran tersebut tentu saja tidak akan pernah dia ikuti, jangankan untuk pulang bersama nya, sekedar berjalan di sebelah Ravin saja naya tidak sudi untuk melakukannya.

Angel or DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang