Part ini sangat-sangat-sangat light (ringan), biar sesekali istirahat dari part dark yg bakal muncul setelahnya :")
Happy Reading!
*****
Naya sengaja datang ke panti asuhan lebih awal dari waktu yg diberitahukan oleh Ravin. Tujuan nya untuk membantu persiapan sebelum pengajian dimulai. Naya sadar diri bahwa tidak mungkin dirinya yg datang tanpa membawa apa-apa langsung duduk manis sementara orang-orang di panti asuhan sibuk mempersiapkan semuanya. Meskipun ibu santika sudah menyuruhnya untuk duduk saja di ruang tamu, tapi dia tetap merasa tidak enak dan ikut membantu melakukan sesuatu yg sekiranya dia bisa.
Setelah menyapu ruang tamu, naya menyadari bahwa tempat untuk mengadakan pengajian belum digelari karpet, sehingga dia berinisiatif untuk mencari karpetnya. Naya berusaha keras untuk membawa karpet tersebut dari gudang menuju ruang tamu. Butuh tenaga ekstra untuk membopong karpet dengan tinggi yg melebihi badannya dan berat yg setengah dari berat badannya. Naya berhenti sejenak untuk mengistirahatkan lengannya sekaligus menghilangkan rasa pegalnya. Huft Tangannya terasa seperti akan patah jika harus mengangkat karpet ini lebih jauh lagi.
"Gua aja yg bawa"
Ravin mengambil karpet tersebut tanpa menoleh kepadanya"Makasih"
Belum sempat naya berterima kasih, Ravin sudah pergi membopong karpet tersebut dengan mudah menuju ruang tamu kemudian menggelarnya. Ckckc nyatanya di panti asuhan pun Ravin tetap saja bersikap cuek kepadanya. Sepertinya dia harus melarat pemikirannya yg membayangkan akan mendapatkan sikap baik dari Ravin. Meskipun begitu, setidaknya Ravin juga sudah menolongnya.Tidak ingin memikirkan lebih lanjut mengenai Ravin, Naya memilih menuju dapur untuk melihat kesibukan disana. Seingatnya tadi Sekar, atikah dan salwa sedang menyiapkan makanan di piring.
"Butuh bantuan ga Atikah?"
"Gausah teh Nay, ini udah mau selesai, teh nay duduk aja dulu"
Jawab atikah sambil memotong bolu dan menyusunnya di piring. Naya memperhatikan berbagai makanan ringan yg sudah siap di piring, ada cucur, kue putu, donat, lapis legit, papais. Naya tergoda untuk mengambil kue-kue ini, tapi dia ingat bahwa dia sedang tidak berada dirumah. Sehingga terpaksa naya harus menahan keinginananya itu supaya tidak mempermalukan diri sendiri.
Naya memilih duduk di kursi dapur yg paling terjauh dari makanan. Tujuannya untuk mencegah tangan nakalnya bergerak sendiri mengambil makanan."Sekar sama Salwa kemana atikah?"
"Mereka baru aja mandi teh, tadi rebutan dulu sama kirana"
Naya tersenyum membayangkan sekar dan salwa yg seumuran demgan adiknya bertengkar dengan anak umur dua tahun. Pasti sangat menyusahkan. Sepupunya saja setiap kali datang ke rumahnya selalu bertengkar dengan Nadia. Naya yg selalu menghindari konflik, lebih memilih mengurung diri ke dalam kamar daripada harus ikut berperang.
"Kalau disini ngerayain ulangtahunnya kaya gimana ?"
Tanya naya untuk memecah keheningan"Biasanya ada pengajian dulu, terus doa bersama, sama terakhir potong tumpeng, kadang ada ceramah juga dari pak ustad yg tinggal deket masjid, tapi kayaknya hari ini ga ada, soalnya pak ustad lagi pulang kampung"
"Oooh, kalau ulangtahun kamu kapan?"
"Kalau aku tanggal 28 oktober... hmm tapi jujur ya teh nay sebenernya aku ga tau kapan tepatnya tanggal ulangtahun aku, karena ibu bilang pas aku datang ke panti ga ada keterangan nama dan tanggal lahir, jadi ibu yg ngasih tanggal lahir aku di hari aku datang ke panti"
Naya terdiam, tidak tahu bagaimana harus merespon. Rasanya dia tidak bisa membayangkan seandainya dia yg berada di posisi Atiqah, sungguh naya merasa sangat malu. Selama ini dia selalu kesal kepada orangtuanya yg tidak pernah membelikan kue di hari ulangtahunnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angel or Devil
Teen FictionKetika kesabaran nya yg terus teruji mendadak habis, membuat Nayara Syifabella tanpa sengaja mengatakan sesuatu yg menghancurkan ketenangan di masa remaja nya. Kejengahan nya terhadap geng bucin (budak micin) yg secara sengaja mengatainya 'Tidak ca...