71.PENGHUJUNG KISAH[END]🔱

5.8K 404 386
                                    

HAPPY READING🔱

2 tahun kemudian...

Rain berlari dengan tergesa-gesa di koridor rumah sakit. Perasaan campur aduk dan pikiran negatif kini menggerogoti kepalanya.

Saat ia sedang berada di kampus, orang tuanya menelponnya dan memberitahu bahwa Lala kembali drop. Memang, selama dua tahun ini penyakit itu tak kunjung membaik. Bahkan semakin memburuk.

Setelah sampai didepan UGD, Rain menentralkan napasnya yang kini tak beraturan. Jantungnya berdegup dua kali lebih cepat dari biasanya.

"Pah, Mah, gimana keadaan Lala? Dia baik-baik aja kan?" tanya Rain.

Dani, Vani, Radit dan Rani menatap Rain sendu. Mereka tau pasti Rain sangat khawatir dengan kondisi Lala. Apalagi Lala sering drop dan selama ini Rain selalu setia mengurus Lala.

"Lala masih diperiksa sama Dokter nak. Kamu tenang dulu ya. Lala pasti baik-baik aja." Vani memeluk putranya.

"Mah, aku takut Lala nyerah." Rain memejamkan matanya. Orang tua dan mertuanya sudah menangis apalagi Rani yang sejak awal sudah tak bisa membendung air matanya.

"Nggak. Lala pasti gak bakal ninggalin Rain." Vani mengusap punggung Rain dengan lembut.

Ceklek

Pintu UGD terbuka dan menampilkan seorang Dokter yang sedari tadi mereka tunggu. Rain segera berdiri dari duduknya dan menghampiri sang Dokter.

"Gimana Dok? Istri saya gakpapa kan?" tanya Rain tak sabaran.

Dokter Vincent menundukkan kepalanya. "Maaf Rain, kali ini Lala sudah memilih berhenti untuk berjuang. Dia memilih pergi,"

"GAK LUCU DOK! PASTI DOKTER MAU NIPU KITA LAGI KAN?!" Rain menarik kerah Dokter Vincent. Persetan dengan sopan santun, ia tak mau nyawa istrinya dipermainkan seperti ini.

"Kali ini saya gak lagi bercanda Rain. Saya juga ngerti perasaan kamu. Tapi tolong, ikhlaskan Lala, agar dia bisa beristirahat dengan damai." Dokter Vincent mengusap pundak Rain yang berubah lesu.

"Dok, anda sedang bercanda kan?" tanya Radit dengan suara bergetar.

"Ini nyata, dan kalian harus belajar melepas Lala. Dia sudah berjuang beberapa tahun ini, dan mungkin dia sudah lelah."

Rain mendorong Dokter Vincent dan masuk kedalam ruangan itu dengan cepat. Ia memelankan langkahnya saat tubuh lemah itu sudah terlihat oleh matanya.

Rain berjalan perlahan, tak ada lagi alat bantu pernapasan yang terpasang disekujur tubuhnya. Bahkan kain putih sudah menutup tubuhnya hingga seleher.

"La-Lala?" Rain menyentuh wajah pucat Lala yang sudah mulai mendingin.

"La? Gak lucu tau gak?! Ayo bangun. Tadi pagi kamu masih sehat-sehat aja, kamu masih siapin sarapan buat aku, dan tadi kita masih nganterin Kai main kerumah Raka La." Pertahanan Rain hancur seketika. Air matanya mengalir deras membanjiri wajah tampannya.

Rain mengecup wajah Lala berkali kali, ia tak menyangka ini semua akan terjadi. Tadi gadisnya masih baik-baik saja. Kalau ia tau akan seperti ini, ia akan memilih untuk berada disamping Lala sepanjang hari.

"Aku harus ngomong apa ke Kai kalo dia nanyain kamu? Aku harus jawab apa La? Ayo sayang bangun, apa perjuangan kamu sampe disini aja? La tolong, buka mata kamu..." Rain memeluk tubuh dingin itu dan menangis sejadi-jadinya. Tangisan pilu itu berhasil menyayat hati orang tua RainLala bahkan Dokter Vincent dan beberapa perawat yang berada di pintu ruangan.

"Kamu kok tega ninggalin aku La? Kita udah hidup sama sama tiga tahun. Gimana aku bisa hidup kalo kamu gak disamping aku lagi?"

Rain tau ini berat, tapi benar kata Dokter Vincent, ia harus melepas Lala agar istrinya itu bisa beristirahat dengan damai.

RainLala [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang