Suasana di kantin hari ini sangat ramai dengan siswa-siswa SMA Wyita Dharma. Sehabis belajar mereka membutuhkan asupan makanan yang bergizi. Tetapi tidak dengan ketiga pemuda kembar ini, mereka malah memakan makanan ringan serta seblak tentunya.
Iwan menatap keempat sahabatnya yang sedari tadi hanya diam tidak mengeluarkan suara. Sedangkan Topan celingak-celingukkan mencari Safira yang belum datang menemuinya di kantin.
“Top, lo lagi nyari sapi ya?” tanya Erlangga menepuk pundak Topan.
“Ya iyalah, masa iya nyari domba,” celetuk Dewa yang dihadiahi tonjokan pelan dari kakak pertamanya.
“Diem! Sebelum gue bikin telinga lo bolong,” ketus Topan mendengkus sebal.
Dewa menganga lebar mendengar ancaman dari kakak tertuanya. “Dihh, emang dari dulu, telinga gue mah udah bolong. Sinting nih anak.”
Iwan menghela nafas panjang. Beginilah bila saudara kandung sedang bersatu, maka mereka tidak akan berhenti untuk berdebat, walau masalahnya sekecil biji kopi.
“Heran deh gue sama kalian, nggak dimana-mana doyannya ribut mulu, dan satu lagi nih yang buat gue bingung sampai sekarang. Mamah kalian salah cantumin nama apa gimana ya? Harusnya Dewa tuh anak pertama, bukan terakhir,” ucap Iwan yang mendapat geplakan maut dari Topan.
“Biadab lo,” ketusnya kesal. Erlangga yang mendengar perdebatan sahabatnya pun tertawa terbahak-bahak. “Haha ... Anjirt. Bener banget lo Wan, gue juga heran sama nih anak kembar. Gempa sama Dewa punya nama tengah dari mulai huruf Z. Gempara Zaelio Pradipta, terus Dewa, Zainlo Pradipta. Lah Topan? Sucipto Pradipta.”
“Nah iya, apa jangan-jangan. Lo anak pungut lagi Top?” timpal Iwan bertanya.
Brakh!
Topan menggebrak mejanya secara kasar. “Sembarangan aja lo ngomong. Dewa sama Gempa yang kasih nama tengah Papah gue sama Mamah gue. Lah nama tengah gue? Cuma di kasih sama nenek moyang. Puas lo!”
Iwan mengerjap-ngerjapkan matanya, lalu sedetik kemudian, tawa Iwan dan Erlangga pecah begitu saja. Berbarengan dengan itu. Cia, Senja dan Safira datang menghampirinya.
“Kalian lagi ngomongin apa sih? Rame banget kayaknya,” celetuk Safira menjatuhkan bokongnya bersebelahan dengan Topan yang sudah menyediakan kursi untuknya.
“Nggak ngomongin apa-apa, kok. Cuma main-main aja.” Bohong Topan agar Safira tidak ikut bertanya-tanya, mengapa nama tengah Topan berbeda dengan kedua adiknya.
Safira menganggukkan kepalanya dan langsung menyambar seblak miliknya yang tadi sudah dipesan oleh Topan. Sedangkan Senja sudah bermesraan dengan Gempa di salah satu meja yang cukup berjarak dari tempat duduk kedua saudaranya. Lalu bagaimana dengan Cia?
Gadis itu masih celingak-celingukkan karena tidak kebagian tempat duduk. Erlangga yang melihat adiknya kebingungan pun beranjak dari duduknya. “Kamu nggak kebagian tempat duduk ya? Duduk di tempat kakak aja.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Stupid Twins [SELESAI]
Teen FictionMengisahkan tiga anak kembar yang mempunyai karakter berbeda-beda. Kisah Topan yang tidak pernah mengenal kata lelah. Laki-laki ini terus saja mengejar mantannya yang sama sekali tidak mau balikan dengannya. Kenapa Topan tidak menyerah? Karena dia m...