TST || 32. PDKT.

158 34 0
                                    

Setelah lamanya berlibur, akhirnya mereka pun masuk ke sekolahnya kembali. Begitupun dengan ketiga remaja kembar ini yang sibuk mencari barang-barang sekolahnya yang tidak tahu letaknya dimana. Mungkin saat mereka liburan ke Bali, semua atributnya menghilang.

"Gem, lo lihat sarung kaki gue nggak?" tanya Topan mengubrak-ngabrik semua barang-barangnya yang berada di lemari kedua saudara kembarnya.

Gempa menatap kakaknya dengan tatapan datar. Kakinya menendang kaki Dewa agar adiknya itu jujur, kalau sarung kaki punya Topan sedang dipakai olehnya.

Dukh.

"Tayi! Sarung kaki gue!" pekik Topan berjongkok di hadapan Dewa yang kini terjatuh dari kursi tempat duduknya karena ulah Gempa barusan.

"Ehh enak aja. Ini punya gue!" sewot Dewa menjauhkan kakinya dari hadapan Topan.

Beranjak dari duduknya dan berlari ke arah meja makan, mendekati Raturana yang sedang mengolesi selai strawberry di atas sepotong roti untuk sarapan. Dewa bersembunyi dibalik punggung Raturana seraya menjauhkan dirinya dari amukan sang kakak.

"Aduh ... aduh, ada apa ini?" tanya Raturana berkacak pinggang.

Topan menunjuk ke arah Dewa. Sedangkan Dewa menunjuk ke arah Topan yang menunjuk-nunjuk kepadanya dengan tatapan sinis. Lalu bagaimana dengan Gempa? Laki-laki itu malah santai menyantap makanannya tanpa memperdulikan pertikaian di antara kedua saudaranya.

"Dewa tuh, main pakai-pakai kaos kaki Topan," adu Topan menatap adiknya sinis.

"Enak aja. Ini punya gue!" bantah Dewa tidak mau kalah.

"LO----."

Brakh!

Semua yang berada di meja makan berlonjak kaget akibat gebrakan meja yang berbunyi nyaring secara tiba-tiba. Bahkan Gempa yang sedang meminum susunya pun langsung tersedak, saking kagetnya.

"Nggak dimana-mana. Kalian bertengkar terus! Papah pusing denger kalian adu mulut mulu. Sekarang kalian duduk, dan makan dengan tenang. Masalah kaos kaki, tinggal minta sama Bi Ijah. Jangan kayak orang miskin deh, kalian lupa Papah itu kalian itu siapa hah?! Kaos kaki aja direbutin. Payah," ketus Jordan melipat kedua tangannya di depan dada.

Ketiga saudara kembar itu mendengkus sebal. Tetapi tidak dengan Raturana yang cekikikan, melihat ketiga anaknya yang sudah jengah dengan kesombongan yang Jordan miliki.

"Tuh denger. Emang kalian lupa, Papah kalian siapa?" celetuk Raturana menaik turunkan kedua alisnya.

"PAPAH SULTAN!" seru ketiganya dengan malas.

****

Safira mendengkus sebal karena mengetahui Topan yang akan mengantarkannya ke sekolah. Sejujurnya Safira ingin menghindar dari Topan. Namun, sepertinya Topan bukanlah manusia sembarangan, sehingga hati kecil Safira selalu menolak untuknya menjauh.

Dan kini mereka sudah sampai di dekat gerbang sekolahan. Dewa dan Gempa berpamitan kepada kakak pertamanya untuk memasuki kelasnya terlebih duluan, karena jengah menunggu Topan yang masih berada di parkiran, seraya menggoda Safira tanpa henti.

"Saf, entar malem. Lo ada waktu luang nggak?" tanya Topan berjalan beriringan dengan Safira menuju kelasnya.

Safira menoleh ke arah Topan sebentar, lalu mengalihkan pandangannya ke depan seperti semula. "Nggak."

Menghela napas sabar dan mengembangkan senyum palsunya. "Ouh oke deh, kalau lo emang sibuk. Mungkin lain waktu aja."

Safira mengernyitkan dahinya tidak mengerti. "Emangnya lo mau ngajakin gue kemana malem-malem gitu?"

"Open Bo," ceplos Topan tanpa sadar.

Plak.

Kedua bola mata Safira membulat sempurna, tangannya refleks menampar pipi Topan karena kaget atas jawaban laki-laki itu. Tersadar apa yang telah ia ucapkan, Topan langsung menampar bibirnya sendiri bertubi-tubi.

"Lo--."

"Maaf Saf, g-gue nggak maksud bilang gitu. G-gue nggak sadar. Sumpah!" Topan merasa bersalah karena ucapan laknatnya. Sudah dipastikan Safira akan berpikiran negatif tentangnya setelah ini.

Safira mendengkus sebal. Selain ucapannya yang dipotong begitu saja. Ia juga kesal dengan sikap Topan yang asal jeplak saja dalam bicara.

"Terserah," ketus Safira melangkahkan kakinya, meninggalkan Topan yang terdiam kaku.

Saat sudah berada di ambang pintu kelasnya. Safira membalikkan badannya, menatap Topan dengan tatapan lekatnya. "Jam tujuh malem, gue tunggu di rumah."

"Hah? Serius?"

Safira tidak menjawab pertanyaan Topan. Ia memilih meninggalkan lelaki itu tanpa berniat untuk menengok ke belakang kembali. Sebab ia tahu, pulang nanti pun Topan akan menghampirinya dan membicarakan soal yang sama.

---- TBC ---

05 September 2021.

Three Stupid Twins [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang