Gempa memanyunkan bibirnya melihat Senja yang berbelanja ini-itu. Gempa tau kalau Senja adalah wanita pintar dan matre, tetapi kenapa Gempa masih bersamanya hingga saat ini? Mana Gempa suka kalah sama kata-kata maut Senja lagi.
Rasanya Gempa ingin melempar Senja ke Antartika karena gadis itu berbelanja, tetapi dirinya yang membawa semua belanjaannya. Apakah rata-rata seorang pacar laki-laki harus seperti itu? Tetapi kenapa? Apa karena wanita harus dimuliakan?
Gempa mendengkus sebal melihat Senja yang masih setia memilih-milih makanan yang akan dibelinya. “Yang, beli yang dibutuhin ajalah. Nggak harus semuanya.”
Senja menatap Gempa dongkol. “Kenapa emang, kalau gue beli makanan banyak? Lo nggak mau bayarin? Ya udah nggak papa, gue tinggal cari sugar dedy aja buat jajan setiap hari. Udah enak, untung banyak lagi.”
Gempa memalingkan wajahnya ke arah lain. Membiarkan belanjaan Senja dibawa oleh gadis itu secara paksa. Senja berjalan meninggalkan Gempa tanpa mengatakan sepatah katapun.
Gempa yang melihat kelakuan pacaranya yang seperti itupun menggelengkan kepalanya, sabar. “Senja, dengerin aku dulu. Bukannya aku nggak mau jajanin kamu, tapi kam---.”
“Udah deh Gem, kalau lo emang mau putusin gue. Putusin sekarang, gue ikhlas lilahi ta'ala. Lagian capek juga kalau pacaran lama-lama sama fakboy kayak lo,” ketus Senja memotong ucapan Gempa barusan.
Senja mengeluarkan dompetnya, hendak membayar semua belanjaannya. Tetapi sebuah tangan menggenggam tangannya erat, membuat gadis itu refleks memelototinya, galak.
“Lepas!” sentak Senja sinis.
“Biar aku yang bayarin ya. Aku minta maaf soal tadi, beneran yang, aku nggak ada niatan buat ngomong kayak gitu, tadi.” Gempa mengenggam tangan Senja membuat Bu kasir yang berada di hadapannya berdehem pelan.
Senja tidak menyahuti ucapan Gempa. Ia hanya membawa barang-barang belanjaannya, dan pergi begitu saja, meninggalkan Gempa yang masih membayar jajanan Senja di kasir.
Sesudah membayar semuanya. Gempa segera berlari keluar minimarket, berniat mengejar Senja yang sudah berada di parkiran. Gempa memanggil Senja beberapa kali, tetapi tidak ada sahutan darinya membuat Gempa menggeram kesal.
“Sen---.”
Ucapan Gempa berhenti, setelah melihat Senja bertabrakan dengan Om-om yang berpakaian rapi, yang membuat Gempa kesal adalah laki-laki itu memandang Senja lekat. Tanpa pikir panjang, Gempa segera menarik tangan Senja kasar dari genggaman tangan Om-om yang sudah menolongnya, saat Senja terjatuh mengenai ban mobilnya.
“Nggak usah pegang-pegang gitu, 'kan bisa?” ketus Gempa menatap keduanya dengan tatapan datar.
“Ishhh apaan sih. Harusnya lo yang nggak usah pegang-pegang sama gue!” balas Senja sewot.
Gempa tertawa renyah menanggapinya. “Apa? Nggak usah pegang-pegang. Hey sayang, aku pacar kamu loh.”
Senja berdecih jijik. “Cuih, pacar mata lo tahi babi. Orang kita udah putus kok. Ehh Om, makasih ya, udah nolongin saya tadi.”
Gempa melebarkan matanya kaget. “Apa maksud kamu Sen?!”
Senja menatap Gempa sinis, sedangkan kepada Om-om yang berada di hadapannya, ia tersenyum manis. Laki-laki itu mendengkus sebal, dan menarik tangan Senja agar berjauhan dengan Om-om tadi. Ia tidak mau kalau Senja malah fokus kepada Om-om ketimbang dirinya.
Mereka berdua sudah berada di parkiran, lebih tepatnya di dekat mobil Gempa. “Makhsud kamu apa sih? Aku nggak mau putus sama kamu ya, apalagi ninggalin kamu sama Om-om tadi. Yang bener aja.”
Senja tersenyum miring mendengar ucapan Gempa yang teramat kesal. Tetapi Senja juga kesal dengan Gempa yang tidak mau mentraktirnya, padahal Senja tidak akan membuat pacarnya jatuh miskin, seperti wanita-wanita diluaran sana.
“Kalau nggak mau putus sama gue, lo harus turutin kemauan gue dong,” ucap Senja meremehkan.
Dengan sigap Gempa menjawab. “Aku selalu turutin kemauan kamu, dari mulai belanja, beliin kamu ini-itu, nganter jemput kamu setiap hari. Kurang apa lagi coba?”
“Berapa pacar lo sekarang?” tanya Senja datar.
Gempa mengetuk-ngetuk dagunya berpikir. “Seratus ... Eh, nggak tau, lebih mungkin.”
Terdengar helaan nafas panjang dari Senja, membuat Gempa Jang berada di sebelahnya sedikit was-was karena takut diomelin dari malam sampai subuh. Tetapi mau bagaimana lagi? Inilah kenyataannya.
“Putusin semua pacar lo,” ketus Senja tersenyum smirk.
“Hah! Putusin? Semua?” beo Gempa membuat Senja menganggukkan kepalanya mantap.
“Y-ya nggak bisa dong sayang, 'kan---."
“Putusin mereka semua, atau gue yang mutusin lo saat ini juga.” Potong Senja melipat kedua tangannya di depan dada.
“Eh-eh, iya sayang. Aku putusin mereka, cukup kamu aja deh yang jadi pacar aku,” ujar Gempa mengeluarkan handphonenya dan segera memutuskan hubungannya dengan beberapa pacarnya yang berada di luar jangkauannya.
Senja tersenyum manis melihat Gempa yang cemberut seperti itu. Senja mengenggam tangan Gempa, sambil berkata, “Nah, gini dong. Sekali-kali nurut sama pacar.”
Tobat jangan ya? --- batin Gempa.
°°°Three Stupid Twins°°°
23-07-2021.
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Stupid Twins [SELESAI]
Novela JuvenilMengisahkan tiga anak kembar yang mempunyai karakter berbeda-beda. Kisah Topan yang tidak pernah mengenal kata lelah. Laki-laki ini terus saja mengejar mantannya yang sama sekali tidak mau balikan dengannya. Kenapa Topan tidak menyerah? Karena dia m...