Senja berjalan cepat meninggalkan Gempa yang kini mengejarnya sampai parkiran. Gempa menahan tangan Senja agar menghentikan langkahnya. Karena Senja tidak bisa berhenti, akhirnya Gempa pun memeluknya dari belakang.
"Senjataku!" teriak Gempa seakan-akan tidak ingin Senja pergi dari rengkuhannya.
Senja memberontak, memukul kepala Gempa berkali-kali dan mencubit perutnya dengan cubitan yang kecil membuat Gempa meringis kesakitan.
"Gempa bumi! Ngapain lo meluk-meluk gue? Dasar mesum!" teriak Senja kesal dengan perlakuan Gempa kepadanya.
"Aw ... Aw! Sayang, aku 'kan pacar kamu, masa nggak boleh peluk sih. Kamu mah gitu," ucap Gempa mengerucut bibirnya kesal.
Senja menatap Gempa bodo amat. "Alah so romantis lo. Kemarin aja kencan sama selingkuhan lo, siapa aja lagi? Sama Anjing, Bunga bangkai? Atau Babi?"
Gempa menghela nafas panjang. "Bukan Anjing sayang, tapi Jingga. Terus ini yang cantik, namanya Bunga aja nggak pake bangkai-bangkai segala. Nah ini apalagi hadeuhh ... Babi? Namanya Gebi, astaga."
Senja menye-menye mengejek setiap ucapan yang Gempa lontarkan barusan. "Terserah mau anjing, babi, kuntilanak, genederewo. Gue nggak peduli. Pokoknya gue minta pisah!"
Gempa melotot tidak terima. "Y-ya nggak bisa gitu dong, kalau kamu cerai-in aku kayak gini. Fasilitas yang aku kasih ke kamu balikin sekarang. Nih ya, kamu tuh banyak maunya. Mulai dari bedak, lipstik, jepit rambut, seblak, es krim nggak ke itung---."
"Nggak jadi cerai," ketus Senja menyilangkan kedua tangannya dengan bibir yang dimajukan ke depan.
Gempa tersenyum bangga, tidak sia-sia juga ia menjadi anak terkaya seantero sekolahan. Ternyata Senja yang notabenenya anak pintar mempunyai beasiswa sekolah ini bisa ditaklukkan dengan gampang oleh Gempa.
"Nah gitu dong, jadi makin sayang deh uchhh," ucap Gempa meniup-niup poni Senja yang terlihat manis dan imut.
Bibir Senja berkomat-kamit mengsumpah serapahi pacar playboy-nya yang terlalu gila. "Gini nih, nasib anak pinter pacaran sama orang bodoh tapi kayanya di atas rata-rata. Mana buaya darat lagi, hadeuh."
Gempa merangkul pundak Senja antusias. Sesekali ia mencium aroma harum shampoo strawberry yang dikenakan oleh Senja, begitu wangi dan membuat Gempa tidak ingin menjauh darinya.
"Jangan ngumpatin aku terus sayang, ntar kamu mau apa? Pas kamu sekaratul maut, bibirnya monyong kayak bebek, akibat banyak ngumpatin orang?" Goda Gempa mulai melangkahkan kakinya menuju parkiran, untuk mengambil motornya disana.
Senja memukul kepala Gempa kesal. "Kenapa nggak mati sekarang aja sih, jujur gue nggak tahan sama lo, Gem. Kalau bukan karena hutang gue yang sebejibun. Ogah banget gue pacaran sama buaya darat kayak lo."
Gempa tersebut bangga, mengacak rambut Senja gemas. "Kalau aku mati, ntar kamu nangis lagi, sayang dong, air mata nenek sihir 'kan langka."
Peletak!
Senja menjitak kepala Gempa kesal, setelah itu ia menatap Gempa dengan tangan mengepal. "Emang dasarnya pacar goblok ya lo, Gem. Sekalinya disayang, malah minta ditendang."
*****
Gempa memarkirkan motornya di warung yang biasa Gempa tempati bersama kedua saudaranya, Topan dan Dewa. Kini mereka tengah memakan seblak rame-rame dengan Senja duduk di sebelah Gempa, dan Topan yang berada di sebelah Safira. Lalu apa kabarnya dengan Dewa yang tidak mempunyai gandengan atau gebetan?
Tentu saja lelaki itu lebih memilih bermain game daripada memperdulikan celotehan dari kedua kakaknya yang menggombali para pacarnya serta gebetannya. Gempa memainkan rambut panjang Senja lembut.
"Kamu pake shampoo apa sih? Wanginya kayak ruchika tau, mengalir sampai jauh gituh." Gempa tidak henti-hentinya menciumi rambut Senja yang wangi.
"Pake semur jengkol, Gem," ketus Senja memutar bola matanya malas.
Gempa terkekeh kecil. "Kamu mah, bercanda mulu Sen, jadi makin sayang 'kan ... huh!"
Senja menatap Gempa tajam, saat memakan seblak, sepertinya bibirnya terasa panas. "Ehh Gem, beliin gue minuman dong."
Gempa menganggukkan kepalanya patuh, ia beranjak dari duduknya, lalu memesan minuman untuk pacarnya. Saat berada di warung ia melihat-lihat sekitar. "Bang, beli minuman dong, satu."
"Oh oke, ini," ucap pedagang tersebut menyerahkan minuman kepada Gempa.
"Saya beli minuman, bukan larutan cap kaki banteng," ujar Gempa menerima minuman tersebut.
"Sama-sama air 'kan? Ya udah." Pedagang tersebut merasa tidak peduli dengan minuman yang akan dibeli oleh Gempa, sebab mau minumannya aqua gelas, larutan cap kaki tiga, es teh manis, jus jambu. Semuanya sama saja, sama-sama air.
Gempa menggaruk-garuk kepalanya bingung. Lalu tangannya memperongoh saku celananya. "Ini Bang, makasih."
Pedagang tersebut menganggukkan kepalanya. Namun setelah dibuka ternyata bukan uang, melainkan kertas contekan dari Senja saat ulangan tadi pagi. "Ehhh Dek! Ini bukan uang!" serunya keras.
Gempa menoleh kebelakang dengan senyuman menyebalkannya. "Sama-sama kertas 'kan? Ya udah."
Seketika pedagang tersebut menganga lebar, ia menepuk jidatnya sambil mengucapkan astaghfirullah beberapa kali. Senja yang melihat interaksi antara penjual air minum dan Gempa -- sang pacar sablengnya pun menggeleng-gelengkan kepalanya takjub.
"Nggak gitu juga konsepnya. Bambang!"
°°°Three Stupid Twins°°°
15-07-21
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Stupid Twins [SELESAI]
Fiksi RemajaMengisahkan tiga anak kembar yang mempunyai karakter berbeda-beda. Kisah Topan yang tidak pernah mengenal kata lelah. Laki-laki ini terus saja mengejar mantannya yang sama sekali tidak mau balikan dengannya. Kenapa Topan tidak menyerah? Karena dia m...