TST || 28. BAPER.

181 40 1
                                    

Dewa berjalan mendekati Cia yang sedang sibuk bermain dengan berbagai boneka di dalam pangkuannya. Sekarang mereka berdua tengah berada di taman belakang rumah Cia. Sengaja Dewa bermain ke rumah Erlangga agar bisa mengajak Cia untuk liburan ke Bali.

Tetapi Dewa bingung ingin mengajaknya seperti apa. Sedangkan kakinya sudah sampai di belakang Cia yang berada di kursi taman. Tangannya terulur untuk menepuk pundak cewek itu, agar Cia membalikkan badannya menghadap ke arahnya.

“H-hey, lagi ngapain?” tanya Dewa basa-basi seraya menggaruk-garuk kepalanya bimbang.

Cia mengerjap-ngerjapkan matanya polos. “Dewa disini? Dari kapan? Sama siapa kesini? Kok Cia baru tahu, apa Cia terlalu fokus sama Pingki dan Jingga?”

Dewa mengernyitkan dahinya bingung. “Pingki? Jingga? Siapa tuh?”

Cia memeluk kedua bonekanya yang berwarna oranye dan pink. Lalu menatap manik mata Dewa yang kini menunggu jawaban darinya. Cia pun menunjukkan kedua bonekanya dihadapan laki-laki itu sambil berucap. “Ini Jingga, ini Pingki. Boneka kesayangan Cia, pemberian dari kak Langga, lucu-lucu 'kan?”

Dewa mengacak rambut Cia gemas. “Iya lucu, kayak lo.”

Pipi Cia bersemu merah mendengar pujian yang Dewa lontarkan barusan. Perlahan Cia menggeser, mengizinkan Dewa untuk duduk di sebelahnya. Seakan tahu apa yang di maksud oleh Cia, Dewa pun dengan santainya duduk di kursi tersebut dengan posisi menghadap ke arah Cia.

“Dewa kenapa lihatin Cia terus? Cia malu tau,” cicit Cia menutup wajahnya menggunakan kedua boneka yang berada di genggaman tangannya.

Dewa terkekeh pelan. “Gue lihatin lo, karena gue suka lihat pipi lo merah-merah kayak gini. Baper ya?” Goda Dewa mencolek dagu Cia.

“Ihhh Dewa, jangan pegang-pegang dagu Cia. Jantung Cia suka gemeteran, kayak jantungnya itu mau copot gitu, tapi Cia ngerasa nyaman juga. Tapi nggak tau kenapa ... pokoknya Dewa jangan deket-deket sama Cia, jantung Cia nggak bisa berhenti gemeteran,” cerocos Cia dengan wajah polosnya.

Dewa mematung mendengar cericosan Cia barusan. Apa itu artinya Cia telah jatuh cinta kepadanya? Tetapi kenapa rasanya sangat berbeda. Tangan Dewa meraba-raba dadanya sendiri, merasakan detak jantungnya yang menggila saat menatap manik mata Cia yang berwarna biru terang.

“C-cia---.”

“Ya Dewa, Dewa mau ngajakin Cia liburan ke Bali 'kan?” Potong Cia bersemangat.

“Kok lo tau?” tanya Dewa menganga lebar.

Cia tersenyum manis menanggapi keterkejutan Dewa saat ini. Cewek itu menatap Dewa serius. “Tadi Cia 'kan ketemu sama Senja di depan warung deket rumah Cia, terus Cia tanya. Senja mau kemana? Beli makanannya banyak banget. Terus Senja bilang. Katanya dia mau liburan ke Bali, diajakin sama Gempa. Dan katanya juga Safira ikut, dan kemungkinan Dewa juga sama. Dewa mau ngajak Cia liburan ke Bali 'kan?”

Dewa mendengkus sebal mendengar penjelasan Cia yang mengetahui lebih dulu, dan sialnya dia tahu itu dari orang lain, bukan darinya. Padahal Dewa ingin memberi kejutan untuk gadis itu, tetapi hadapannya kini telah pupus karena Cia sudah mengetahui segalanya.

“Dewa kok diem, Dewa nggak jadi ngajakin Cia ke Bali ya? Ya udah nggak papa. Cia nggak akan sedih, kok,” ucap Cia tersenyum manis ke arah Dewa.

“B-bukan gitu Cia, gue tuh cuma bingung aja. Ntar lo disana bakalan minta eskrim apa nggak ya?”

“Ihhh Dewa mah gitu. Ya udah Cia nggak ikut aja ke Balinya, medinh---.”

“Ehh nggak!” Potong Dewa cepat. “Lo harus ikut sama gue. Enak aja, ntar gue sama siapa kalau Senja sama Gempa, terus Topan sama Safira. Nah gue? Masa sama bule Bali,” ucapnya mendengkus sebal.

Cia memanyunkan bibirnya ke depan. “Ya udah, Dewa sama bule-bule Bali aja. Orang Bali 'kan cantik-cantik, jauh banget sama Cia yang kayak anak SD kayak gini.”

Dewa meneguk salivanya gugup. Sebenarnya ia tidak bermaksud untuk berbicara seperti itu, tetapi kenapa Cia menganggap ucapannya itu serius? Padahal Dewa hanya bercanda saja kepadanya.

“Siapa bilang orang Bali pada cantik? Dimata gue hanya lo yang paling cantik, Alicia.”

Kedua pipi Cia bersemu kembali. “Ihhh Dewa. Cia malu tau, jangan puji-puji Cia kayak gitu dong.”

“Kalau baper, baper aja. Nggak harus ditahan-tahan gitu,” ucap Dewa tersenyum tipis melihat wajah Cia yang memerah karenanya.

Cia mengerjap-ngerjapkan matanya polos. “Hah? Dewa?”

“Apa?”

“Baper itu apa?” tanya Cia dengan wajah cengo.

“ ... ”

°°°Three Stupid Twins°°°

Three Stupid Twins [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang