Basecamp PANPAWA BLACK sedang ramai akan kehadiran Erlangga, Cia, Iwan, Safira dan Senja. Basecamp ini sudah lama di bangun oleh Topan, Gempa dan Dewa, maka dari itu basecamp ini dinamai PANPAWA BLACK yang berarti Topan, Gempa dan Dewa. Sedangkan kata 'Black' mereka ambil dari artian hitam, sebab ketiganya menyukai warna hitam. Letaknya pun tidak jauh dari sekolah SMA Wyita Dharma.
“Saf, gue boleh main nggak? di rumah lo. Udah lama banget gue kagak main ke rumahnya Tante Muan. Terakhir main waktu gue SMP. Itupun nggak jadi, karena lo timpuk gue pake panci.” Topan memanyunkan bibirnya kesal. Ia sangat ingat betul, waktu dirinya SMP kelas VII. Safira sering menganiayanya sampai-sampai Topan tidak bisa jalan selama seminggu karena Safira mendorongnya dari balkon kamarnya sehingga topan terjatuh ke bawah tanah.
Safira memutar bola matanya malas. “Sok cute lo, jijik gue lihatnya. Lagian rumah gue nggak nerima virus kayak lo.”
Topan mendengkus sebal. “Ck, bisa nggak sih kita runding dulu, sehari aja. Emang lo nggak ada niatan apa buat balikan lagi sama gue? Padahal gue udah keren loh sekarang, makin good looking, makin ganteng. Makin sexy dan satu lagi nih, gue sekarang lebih dewasa.”
Plak.
Safira menampar wajah Topan kesal, rupanya lelaki itu terlalu percaya diri akan dirinya yang jauh dari apa yang dikatakan olehnya. “Ganteng doang, makan seblak pake tangan.”
Sontak saja semua orang yang berada disana tertawa terbahak-bahak melihat wajah Topan yang cengo. Gempa menepuk-nepuk pundak kakaknya agar bersabar akan kelakuan mantannya yang bar-bar.
“Ya iyalah pake tangan, masa pake kaki!” Sarkas Topan menatap Safira sinis.
“Ampun deh gue sama kalian berdua. Lagian kenapa bisa putus sih? Bukannya dari SD bucin kalian selangit, malahan bucinnya Gempa aja lewat,” celetuk Erlangga yang di angguki oleh semua teman-temannya. Kecuali Gempa seorang.
“Gue nggak mau putus, noh dia. Yang ngebet minta putus, padahal gue udah jelasin itu salah sinyal bukan gue,” ketus Topan menyilangkan kedua tangannya di depan dada.
Safira mengernyitkan dahinya bingung. “Lah? Lo sendiri yang minta putus, malah nyalahin sinyal. Dasar bego.”
Brakh!
“Lo yang bego!” bentak Topan tidak terima. “Gue udah jelasin sinyalnya putus-putus. Ehh lo sendiri malah minta putus.”
Safira terdiam sejenak. Jadi, selama ini Topan berkata jujur? Putusnya mereka bukan putus tidak saling cinta, namun karena sinyalnya yang putus-putus saat mereka lagi teleponan?
“Lo ingat? Waktu itu gue liburan ke puncak sama keluarga gue. Dewa sama Gempa yang jadi saksinya, sinyal disana putus-putus. Dan gue dengan kata terakhir dari lo, 'kita putus' sebab sinyalnya putus-putus gue matiin dan sebulan setelah gue kembali. Lo malah gandengan sama Dion. Dan apa yang gue lakuin? Gue hajar dia, tapi lo malah bela dia tanpa dengerin penjelasan gue waktu itu.” Topan menceritakan kejadian putusnya saat di puncak dengan penuturan kata yang panjang lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Stupid Twins [SELESAI]
Подростковая литератураMengisahkan tiga anak kembar yang mempunyai karakter berbeda-beda. Kisah Topan yang tidak pernah mengenal kata lelah. Laki-laki ini terus saja mengejar mantannya yang sama sekali tidak mau balikan dengannya. Kenapa Topan tidak menyerah? Karena dia m...