TST || 17. SEMALAMAN DI TOILET.

243 40 0
                                    

Topan dan Gempa sempoyongan mencari keberadaan Dewa yang hilang entah kemana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Topan dan Gempa sempoyongan mencari keberadaan Dewa yang hilang entah kemana. Hari sudah semakin sore, namun laki-laki itu belum juga sampai ke rumahnya. Erlangga juga sama, ia terus saja menghubungi Topan kalau adiknya juga hilang bersamaan dengan hilangnya Dewa di sekolahan.

“Pan, terakhir Dewa olahraga 'kan pas pulang sekolah. Apa jangan-jangan, dia masih di sekolah?” tanya Safira yang kini duduk di kursi ruang tamu.

Topan menggelengkan kepalanya. “Nggak mungkin di sekolah. Tadi gue udah cek keliling sekolahan, nggak ada dia sama sekali. Malahan Cia juga nggak ada, kata Erlangga juga pas balik sekolah dia izin ke toilet. Tapi pas di toilet nggak ada siapa-siapa.”

Senja mengigit bibir bawahnya takut. Terakhir ia bersama Cia berada di perpustakaan bersama Erlangga. Dan ia tahu, kalau Cia sedang sakit perut waktu itu. Tetapi Senja tidak menyusulnya ke toilet sebab ada Gempa yang menyuruhnya pulang lebih cepat.

“Mereka kemana sih, udah hampir malem loh ini. Apa kita lapor polisi aja?” Usul Safira yang mendapat gelengan dari ketiganya.

“Jangan.” Tolak Gempa yang berada di sebelah Senja. “Mamah sama Papah pasti khawatir kalau kita lapor polisi. Mending sekarang kita cari mereka di tempat lain, mungkin temen Cia atau Dewa diluar sekolahan.”

Mereka semua terdiam membisu. Benar juga apa yang dikatakan Gempa barusan, apalagi sekarang Raturana dan Jordan sedang berada di Bandung karena kesibukannya bekerja. Tetapi disisi lain mereka juga bingung harus mencari Dewa dan Cia kemana?

*****

Di toilet sekolahan, tepatnya di toilet laki-laki yang kini tengah di tempati oleh Cia dan Dewa sangat sunyi dan kedap suara. hanya bunyi burung saja yang mereka dengar dari ruangan kecil itu. Mereka sama-sama duduk berjauhan membuat Cia menggigil karena kedinginan.

Dari sore tadi Cia dan Dewa hanya tidur di ruangan yang sama, namun tempat duduk yang berbeda. Dewa menyalakan jam tangannya yang diisi oleh senter kecil. Dewa gelagapan melihat Cia yang memeluk lututnya akibat cuacanya yang dingin.

“Cia, lo tidur mulu, bangun dong.” Dewa mendekati Cia, berharap gadis itu membuka matanya.

Jujur saja Dewa takut Cia akan pingsan di toilet. Setelah dekat dengan tubuh Cia. Dewa segera menepuk-nepuk pipi gadis itu, namun Cia tak kunjung membuka matanya. Dan suhu tubuhnya pun menjadi panas. Apa dia sakit?

“Cia, badan lo panas?”

Tidak ada sahutan dari Cia. Gadis itu menyandarkan kepalanya di dada bidang Dewa. Mencari kehangatan di sana. “Dewa ... badan Cia lemes. Cia belum makan, perut Cia juga sakit. Popok Cia nggak di ganti. Nggak enak.”

Dewa meneguk salivanya gugup. “G-gue nggak tau lo kenapa. Tapi kalau soal sakit perut, itu mungkin karena menstruasi.”

Cia mendongakkan kepalanya dengan tatapan lemas nan sayu. Cia memeluk tubuh Dewa kerena dingin. “Dewa, izinin Cia buat peluk Dewa ya? Malam ini aja. Cia nggak kuat nahan dingin.”

Dewa mengerjap-ngerjapkan matanya kaget. Mustahil kalau Dewa tidak terangsang, ia malah ingin membalas pelukan Cia lebih erat. Bukannya apa-apa, tetapi suhu yang dingin ini sangat mendukung untuk merasa saling berpelukan. Tetapi Dewa juga takut, Cia salah paham atas tindakannya nanti.

Tubuh Cia semakin bergetar membuat Dewa tidak kuasa menahannya. Laki-laki itu memeluk tubuh Cia erat, Dewa memberikan tasnya kepada Cia untuk dijadikan pengganjal. Sedangkan baju olahraganya masih dipakai untuk menutupi rok Cia yang kini dibanjiri darah menstruasi.

“Untuk malam ini, biarin gue peluk lo kayak gini, gue takut lo kenapa-napa. Ini musibah buat kita Cia, bukan gue aja. Tapi lo juga yang akan kena getahnya.”

Cia tidak mengerti apa yang maksud dengan Dewa. Namun ia hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Cia menenggelamkan wajahnya di dada bidang Dewa. Sesekali ia tersenyum karena aroma mint dari badan Dewa yang dapat membuat Cia semakin nyaman berada disana.

“Dewa ... hangat,” cicit Cia tersenyum.

“Hmm.”

Dan pada malam itu. Mereka tidur dengan posisi berpelukan di dalam toilet yang tidak dikunjungi oleh orang-orang. Tetapi tidak dengan besok. Mungkin Dewa dan Cia akan mendapatkan masalah atas kejadian yang menimpanya semalaman.

°°°Three Stupid Twins°°°

°°°Three Stupid Twins°°°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

21:07:2021.

Three Stupid Twins [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang