TST || 23. KORBAN TIKTOK.

233 49 3
                                    

Erlangga berlari cepat ke arah kelasnya. Dari kejauhan terlihat Erlangga dan kedua saudaranya yang tengah berbincang-bincang ria, tanpa aba-aba Erlangga langsung memukul punggung Dewa, membuat lelaki itu meringis kesakitan.

Bugh.

“Tanggung jawab!” bentak Erlangga dengan tangan yang dikepalkan menahan emosi.

Dewa menyeka darah yang berada di bibir tipisnya. Ia menatap Erlangga kebingungan, tentu. Dewa bingung dengan Erlangga yang tiba-tiba memukulinya tanpa alasan yang jelas.

“Makhsud lo apa? Kenapa mukul adek gue gitu aja?” tanya Topan menarik kerah baju Erlangga bersiap untuk membalas perbuatannya tadi.

Erlangga berdecih sinis. “Gue nggak punya urusan sama lo, gue cuma butuh pertanggung jawaban dari Dewa.”

Semua orang yang berada disana saling menatap satu sama lain. Gempa menyenggol lengan Topan, sambil berbisik. “Pertanggung jawaban apa emang?”

Topan tidak menjawab ucapan Gempa. Ia hanya mengisyaratkan kepada Gempa agar merelai pertengkaran antara Erlangga dengan adiknya --- Dewa.

“Tanggung jawab apa sih Lang? Gue sama sekali nggak pernah ngerasa pernah ada salah sama lo,” ketus Dewa kesal karena Erlangga tidak menjelaskan kepadanya, mengapa ia meminta pertanggung jawabannya, padahal ia sendiri pun tidak tahu apa-apa.

Erlangga menarik nafas dalam-dalam. Lalu mengeluarkannya secara perlahan. “C-cia hamil, dan dia bilang. Lo pernah tidur sama dia di toilet.”

Semua orang yang berada di sana melebarkan matanya kaget. Apalagi dengan kedua saudaranya yang kini syok dengan apa yang Erlangga katakan barusan.

“Gu---.”

Bugh.

Bugh.

Bugh.

Belum sempat Dewa menjelaskan, kedua kakaknya sudah memukulinya habis-habisan. Dewa hanya pasrah dengan perkataan pedas yang teman-temannya lontarkan. Bibirnya robek karena tonjokan dari Erlangga yang bertubi-tubi, kakinya pun lemas akibat diinjak oleh Iwan dan kedua saudaranya.

“Lo nidurin Cia? Bocah polos yang belum tau dunia luar?!” bentak Senja menggeleng-gelengkan kepalanya tidak percaya.

Safira menarik kerah baju Dewa, lalu memberi bogemannya beberapa kali. “Lo punya otak nggak? Cewek itu dijaga, bukan dirusak!”

“Gue ngga-----.”

“KAKAK!!”

*****

Sekarang mereka tengah berada di rumah sakit dekat sekolahannya. Kenapa tidak di UKS? Sebab tadi Dewa pingsan di ruang UKS lama. maka dari itu, Topan tidak mau ambil resiko, lalu membawa adiknya ke rumah sakit, terlebih lagi Topan takut adiknya mengalami luka serius karena ulahnya sendiri.

“Sambil nunggu Dewa, mending kamu periksa kandungan kamu yuk,” ajak Senja kepada Cia yang menatapnya bingung.

“Hah? Kandungan? Aku nggak hamil,” ujar Cia menggeleng-gelengkan kepalanya tegas.

Erlangga mengernyitkan dahinya bingung. “Nggak hamil? Terus apa kemaren-kemaren mau ini mau itu, mana mual-mual terus lagi. Itu udah pasti kamu hamil, dan kakak akan buat pelajaran sama Dewa yang udah hamilin kamu.”

Rahang gempa mengeras. “Maksud lo apa? Bilang Dewa udah hamilin dia? Emang ada buktinya? Nggak 'kan?!”

Erlangga terkekeh sinis. “Lihat aja nanti. Saf, bawa Cia ke dokter kehamilan. Mumpung kita masih di rumah sakit.”

Safira menganggukkan kepalanya dan membawa Cia, walaupun Cia tidak mengerti apa maksud kakaknya tadi. Ia hanya menganggukkan kepalanya dan mengikuti langkah kaki Safira yang berjalan paling depan.

Tidak berselang lama, mereka berdua pun kembali dengan wajah masamnya membuat semua orang yang berada di sana saling menatap satu sama lain.

“Gimana hasilnya?” tanya Erlangga serius.

Safira mendengkus sebal. Ia menjambak rambut Erlangga sangat kuat, membuat Topan beranjak dari kursi yang didudukinya. “Gimana hasilnya lo bilang? Enak yah, nuduh adiknya hamil sembarangan.... Cia! Jelasin!”

Cia menatap kakaknya kesal. “Ihh kakak! Cia nggak hamil! Malahan dokternya aja sampe ketawa-ketawa denger Cia hamil.”

Erlangga menatap kedua gadis yang berada di hadapannya dengan tampang melongo. “Hah? Terus, dari kemaren minta ini-itu apa maksudnya? Terus kenapa sering mual-mual malam hari? Terus kenap---.”

“Ya karena Cia pengen. Kalau soal Cia minta yang aneh-aneh, itu Cia mau buat konten tiktokan. Ahh kakak mah, nggak gaul.”

Erlangga semakin menganga lebar. “Jadi, semua yang kamu suruh beli ini-itu hanya buat konten? Terus kalau mual-mual malam-malam itu kenapa?”

Cia menyipitkan matanya sinis. “Itu karena kakak yang jorok. Masa udah berak, tahinya masih ada di Kloset, jadi Cia suka mual-mual. Bau tau.”

Erlangga menatap Topan dan Gempa cengengesan. Ternyata ia hanya salah paham. “Bro---.”

Bugh.

Bugh.

Bugh.

“EHH ADA APA ITU RIBUT-RIBUT! BERHENTI!” teriak seorang perawat yang baru saja keluar dari ruang rawat Dewa.

Topan menghentikan pukulannya. “Ini balasan buat lo yang mukulin adek gue sampe babak belur. Makanya kalau cari informasi itu yang bener, salah paham 'kan jadinya repot.”

Erlangga hanya bisa terdiam menyangkal kebodohannya hari ini. Tatapannya terjatuh kepada Cia yang mengambil handphonenya secara diam-diam.

“Topan lanjutin aja dendamnya. Cia mau tiktokan dulu, ayok Saf.”

“Goo!” seru Safira merangkul pundak Cia, dan keluar dari rumah sakit untuk tiktokan.

Topan dan Gempa menggeleng-gelengkan kepalanya berbarengan. Sedangkan Erlangga memejamkan matanya merasakan tubuhnya yang remuk akibat tonjokan dari Topan yang bertubi-tubi.

Korban tiktokers emang meresahkan umat.---- batin Topan.

°°°Three Stupid Twins°°°

29-07-2021

Three Stupid Twins [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang