TST || 27. RENCANA LIBURAN.

187 42 0
                                    

Ketiga remaja kembar itu berjalan menuruni tangga menemui Raturana dan Jordan yang kini berada di meja makan. Gempa menepuk pundak Dewa agar duduk di sebelah Jordan, sedangkan dirinya duduk di sebelah Raturana. Dan yang terakhir Topan. Lelaki itu masih celingak-celingukkan mencari kursi yang kosong.

Dan yah, tatapannya jatuh di tengah-tengah kursi yang berada di antara Topan dan Dewa. Langsung saja Topan duduk disana dan menyantap makanannya tanpa berterima kasih kepada Raturana yang sudah menyiapkan segala sarapannya.

“Kalian nggak sekolah?” tanya Jordan kepada ketiga anaknya yang kini memakan makanannya dengan lahap layaknya anak yang tidak diberi makan selama seminggu.

Topan meminum air mineral yang berada di hadapannya. Lalu menengok ke arah Papahnya. “Kita libur Pah, lumayan lama lagi liburnya. Kalau nggak salah dua mingguan.”

“Kok lama banget,” ucap Raturana menaruh alat makannya.

Dewa mengangguk-anggukkan kepalanya pelan. “Nggak tau juga sih, tapi katanya emang dari pemerintahannya gitu. Ohh iya, tumben banget Papah sama Mamah belum berangkat kerja. Apa kalian juga libur?”

Jordan tertawa renyah mendengar ucapan polos dari Dewa. “Tidaklah, Papah 'kan bos nya. Ngapain harus ke kantor tiap hari. Nggak tau kalau Mamah kamu. Kenapa nggak ke kantor Mah?”

Raturana memutar bola matanya malas. “Mamah kerja di rumah Pah, bos nya juga lagi ke luar negeri ngurusin perusahaan-perusahaannya disana. Jadi para karyawan disini disuruh kerja di rumah aja.”

Terjadi keheningan saat mereka memakan makanannya masing-masing. Sehingga Gempa yang tidak suka keheningan pun mulai bersuara. “Mah, Pah. Mumpung kita libur dua minggu, terus Mamah sama Papah kerjanya di rumah. Mending kita liburan, jarang-jarang 'kan kita liburan kayak dulu lagi.”

Brakh.

Topan menggebrak mejanya membuat semua keluarganya berlonjak kaget. “Bener banget lo Gem, kita tuh udah lama nggak liburan. Gimana kalau besok kita liburan, tapi kemana?”

“Ke Kalimantan aja,” celetuk Dewa bersemangat, karena di Kalimantan adalah rumah Pamannya. Yah, Pamannya yang sangat suka dengan segala tingkah konyol dari Dewa. Namun jaraknya yang terlalu jauh sehingga mereka jarang-jarang bermain kesana.

Gempa menggeleng-gelengkan kepalanya tidak menyetujui. “Gue nggak mau, bosen. Mending ke Jogja aja. Banyak cewek-cewek cantik lagi.”

“No!” Dan kini, giliran Topan yang tidak menyetujui usul Gempa. “Mending ke Bandung aja. Udah deket, nggak ngabisin bensin lagi, dan disana kita bisa berhemat uang. Dan satu lagi nih, gue bakalan bawa Safira ke Bandung, seru 'kan?”

“Nga----.”

“KE BALI AJA!!” seru Raturana dan Jordan berbarengan.

Ketiga anaknya itu langsung melempar tatapan kebingungan kepada kedua orang tuanya. Sedangkan Jordan dan Raturana hanya menyengir kuda. “Kok, kalian samaan.”

“Kita 'kan sehati,” ucap Raturana mengedipkan sebelah matanya kepada Jordan.

Gempa yang melihat Mamahnya kecentilan pun rasanya ingin muntah dihadapannya. Sedangkan Dewa dan Topan hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, meskipun sudah tua, tetapi mereka masih saja bertingkah layaknya anak remaja pada umumnya.

“Bagaimana? Di Bali seru loh, kita bisa nikmatin keindahan pantai kapanpun yang kita mau. Kalian juga boleh ajak gebetan kalian kesana, tenang aja. Papah yang akan bayarin semua kebutuhan kalian,” ucap Jordan melipat kedua tangannya di depan dada.

“Beneran Pah? Boleh aja Senja dong?” tanya Gempa gembira. Jordan yang mendengarnya hanya bisa menganggukkan kepalanya, pertanda ia mengizinkan Gempa untuk membawa pacarnya liburan ke Bali.

Seakan tidak mau kalah, Topan pun ikut bersuara. “Kalau gitu, Topan juga mau bawa Safira ahh.”

Raturana tersenyum melihat kedua anaknya yang tampak bahagia akan berlibur ke Bali bersama perempuan yang disukainya. Namun satu yang membuat Raturana kembali murung, tatapan anak bungsunya.

Dewa hanya menatap keluarganya tanpa ekspresi. Entah kenapa Raturana menjadi sedih melihatnya. “Dewa, kenapa kamu diam saja. Kamu nggak mau bawa gebetan atau pacar kamu liburan ke Bali? Enak loh, disana kalian bisa menghabiskan waktu bersama. Tenang aja, Papah dan Mamah akan selalu mengawasi kalian.”

Dewa mendengkus sebal mendengar nasehat dari Raturana. “Bawa siapa mah? Boro-boro pacar, gebetan aja nggak punya.”

Topan dan Gempa tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan polos dari adik bungsunya itu. “Ngapain bingung. Lo tinggal bawa Cia aja.”

“Alicia bukan? Adeknya Erlangga? Yang imut itu? Astaga dia itu polos, kinyis-kinyis lucu. Kamu emang bener Topan. Kenapa Dewa nggak bawa Cia aja. Mamah suka banget sama anak itu, udah baik imut lagi.” Puji Raturana gembira.

Dewa terdiam sesaat. Membayangkan dirinya selalu bersama Cia membuat sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman manis. “Oke deh, Dewa bawa Cia aja. Lumayan, bisa bikin otak dia jadi dewasa.”

Jordan menatap Dewa horor. “Jangan macam-macam kamu sama Cia, atau Papah akan buat perhitungan buat kamu.”

“Canda kali Pah, elahh. Emosian amat jadi orang tua,” celetuk Dewa cengengesan tanpa dosa.

°°°Three Stupid Twins°°°

04-08-2021.

Three Stupid Twins [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang