TST || 20. SINGA BETINA.

207 44 0
                                    

Gempa memicingkan matanya curiga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gempa memicingkan matanya curiga. Entah kenapa akhir-akhir ini Senja suka mencuekinya, entah itu di sekolah, di rumah, dan bahkan di kantin pun sama. Karena kejadian malam kemarin, jarak Senja dan Gempa menjadi terbatas. Dan itu membuat Gempa uring-uringan tidak jelas selama dua hari terakhir.

“Kamu lihatin hp terus, kapan lihatin aku nya?” tanya Gempa sedih, seraya menopang dagunya di atas meja kantin.

Gempa dan Senja tengah menunggu Topan, dan Dewa yang sedang mengikuti ekskul basket. Sedangkan Gempa keluar dari team tersebut, karena kakinya yang masih cedera akibat turnamen kemarin yang tidak berhati-hati ketika bermain.

Senja menatap Gempa sekilas. “Gue udah bilang 'kan tadi, kalau nggak mau nungguin pulang aja duluan. Gue lagi nunggu Cia, dan balik sama dia.”

“Kenapa nggak sama aku aja sih? Lagian Cia 'kan bisa pulang sama Langga. Toh dia kakaknya, kamu pulang sama aku aja ya.”

Senja hanya mengembuskan nafasnya kasar. “Terserah lo deh, mau nunggu atau nggak. Tapi please, jangan komentar apa yang gue lakuin. Termasuk mainin hp tanpa respon pertanyaan dari lo.”

“Tap---.”

“Ngenbantah? Kita putus,” ketus Senja membuat Gempa mendesah pelan.

Senja berpura-pura memfokuskan pandangannya kepada handphonenya kembali. Padahal nyatanya dia memperhatikan setiap gerak-gerik yang dilakukan oleh Gempa saat ini. Ia hanya menakut-nakuti Gempa agar lelaki itu bisa diam, Tanpa banyak komentar.

Lama bergelut dengan pikirannya. Gempa pun mendekati Senja, berniat untuk melihat handphone gadis itu. Tetapi Senja lebih dulu menutup handphonenya dan menatap Gempa tajam.

“Yang, kenapa sih liatin aku kayak gitu? Udah kayak lihat setan aja tau,” ucap Gempa cemberut.

“Emang,” balas Senja tanpa menyaring nada perkataannya.

Gempa hanya bisa mengelus dadanya sabar. “Yang kamu jangan kayak cicak dong, suka mutusin ekornya tanpa penjelasan, padahal bisa diomongin baik-baik.”

Senja memutar bola matanya malas. “Jangan so-so'an jadi ahli quotes deh, drama queen banget.”

Gempa mendengkus sebal, ternyata tidak mudah untuk meluluhkan hati Senja. “Drama king kali ahh, aku 'kan laki-laki.”

“Bodo amat, sama aja. Sama-sama drama,” ketus Senja dengan nada juteknya.

“Oke Gem, dalam sejarah nggak ada laki-laki yang selalu benar. Emang cewek mulu yang benar, jadi mending lebih baik diam. Daripada entar salahnya berturut-turut,” gumam Gempa yang masih bisa terdengar jelas oleh Senja, karena jarak mereka yang berdekatan.

“Emang!”

*****

Mereka berada di parkiran SMA Wyita Dharma. Kegiatan ekskul basket sudah mereka laksanakan, sehingga kini mereka bersiap-siap untuk pulang ke rumahnya masing-masing.

“Cia, lo pulang sama gue 'kan? Gue udah nungguin lo lama loh,” ucap Senja ingin segera pulang dan menjauhi Gempa yang sedari tadi menempelinya kemanapun ia pergi.

Cia menggaruk-garuk kepalanya. “Kayaknya nggak bisa deh, aku pulang sama Dewa. Iya 'kan Dewa? Soalnya kak Langga ada urusan sama Bu Jurina.”

Senja mengerucutkan bibirnya kesal. “Ihhh, sama gue aja yuk. Gue pulang sendirian.”

“Siapa bilang sendirian? Kamu 'kan bisa pulang sama aku,” celetuk Gempa ikut nimbrung.

Cia yang hendak mengeluarkan suaranya pun mengacungkan jempolnya ke atas. “Baru aja Cia mau bilang. Ehhh Gempa udah ngomong aja he ... he .... Ya udah Senja. Lain kali kita pulang bareng ya, sekarang aku pulang sama Dewa dadah ...”

Cia berlari ke arah Dewa. Sedangkan Senja menatap Gempa jengkel. “Apa lihat-lihat? Seneng 'kan lo, bikin Cia pulang sama Dewa dan ujung-ujungnya lo yang nganterin gue.”

Gempa tersenyum manis ke arah Senja. “Ohh pasti dong sayang. Sangat, sangat senang.”

Senja meledek Gempa dengan bibirnya yang berkomat-kamit kesana-kesini membuat Gempa gemas melihatnya. “Mau pulang nggak?”

“Nggak, gue disini aja,” ketus Senja cuek.

“Yakin mau disini? Diculik om-om ntar nangis lagi.” Goda Gempa mencolek dagu Senja membuat gadis itu mendelik.

“Ngomong sekali lagi, gue tendang lo dari sini sampai sungai Ciliwung!” desis Senja berkacak pinggang.

Gempa yang melihat ekspresi wajah Senja yang seperti ingin menerkam mangsanya pun tertawa terbahak-bahak. Bukannya menyeramkan, Senja malah terlihat lucu di mata Gempa.

“Tendang aja, mungkin kaki kamu yang akan sakit nanti, wle ...”

Mendengar ejekan dari Gempa. Senja pun berkuda-kuda, hendak menendang tubuh Gempa. Tetapi sebelum itu, Senja berpikir-pikir dahulu, organ tubuh yang mana yang akan Senja tendang sekarang.

Gempa tertawa lepas melihat wajah Senja yang kian memerah. Tanpa di duga, Senja langsung melayangkan tendangannya mengenai ...

Bugh.

“AGHHH BURUNG GUE!”


°°°Three Stupid Twins°°°

°°°Three Stupid Twins°°°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

24-07-2021.

Three Stupid Twins [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang