TST || 29. OTW BALI.

180 39 0
                                    

Keluarga Pradipta sudah berkumpul di halaman rumahnya, mereka sudah siap berangkat ke Bali untuk berlibur selama dua minggu penuh. Gempa sudah menyiapkan beberapa cemilan untuknya dan keluarganya selama di perjalanan.

Tidak lupa juga Raturana memberikan berbagai aturan yang harus anak-anaknya patuhi selama liburan ini berlangsung. Paham tidak paham  mereka hanya menganggukkan kepalanya, dan langsung bergegas menaiki mobilnya maisjg-masingnya.

Bukan hanya keluarga Pradita saja yang ingin liburan ke Bali. Namun keluarga Safira dan Erlangga pun juga ikut untuk menghilangkan rasa jenuhnya selama di Jakarta.

“Sudah siap?” tanya Jordan kepada anak-anaknya yang sibuk mengobrol di teras rumahnya.

“SIAP!” seru mereka serempak.

Jordan tersenyum melihat Keantusiasan Meraka saat akan berangkat. Tentu saja mereka sangat antusias, ini adalah liburan yang sangat dinanti-nantikan oleh Pradipta. Selain Raturana dan Jordan bisa berduaan, ketiga anaknya pun bisa berdekatan dengan orang yang dia sukai, contohnya Topan yang bisa mengambil hati Safira saat sudah di Bali nanti.

Hal itu sudah ia rencanakan dari semalam, ia akan kembali berjuang walaupun ditolak mati-matian. Tidak ada salahnya bukan kalau kita mengejar apa yang kita mau? Tentu saja tidak, karena perjuangan adalah suatu ambisi dimana kita bisa menjadikan yang tidak bisa menjadi bisa.

“Saf, kamu bawa apa aja? Gede banget tasnya?” tanya Topan melirik tas bawaan Safira yang menggembung akibat terlalu penuh yang dimasukkan olehnya.

Safira menggaruk-garuk kepalanya. “Nggak tau, kenapa bisa banyak ya? Padahal setau gue, ini cuma makanan ringan sama makeup doang. Kalau baju 'kan pakai koper.”

Topan menganga lebar. Ia kira baju Safira dimasukkan ke dalam tasnya, karena terlihat dari luar kalau tas tersebut memang bisa dimasukkan barang-barang banyak. Namun nyatanya tidak, baju Safira sudah ia masukkan ke dalam koper. Sedangkan di dalam tasnya hanya ada cemilan dan barang-barang makeup.

Emang dasarnya cewek ya, kemana-mana selalu aja ribet. --- batin Topan.

Topan memfokuskan kembali pandanganya ke arah jalanan. Sedangkan Gempa yang berada di sebelahnya sibuk bermesraan dengan Senja, lalu Dewa? Lelaki itu hanya diam dengan mata menyorot ke samping, memperhatikan Cia yang kini tengah memakan cokelat dengan lahap.

“Makan mulu, ntar gendut loh,” celetuk Gempa yang mendapatkan pelototan maut dari Cia.

“Ya nggak papa gendut, Cia jadi imut kalau gendut. Emmm apa jangan-jangan, Dewa mau cokelat Cia ya? Nih deh, Cia kasih. Tapi sedikit ya,” ucap Cia menyodorkan cokelat Silverqueen kepada Dewa.

Laki-laki itu menatap Cia datar. Melirik sudut bibir Cia yang belepotan seperti bocah berusia tiga tahun. Rasanya Dewa ingin melumat bibir pink yang dihiasi cokelat itu, namun Dewa tahan karena kalau ia melakukannya. Cia pasti akan sangat kecewa kepada kelakuannya yang bejat.

Perlahan Dewa mendekatkan wajahnya ke arah wajah Cia. Membuat Cia tersudutkan hingga ke jendela mobil, dengan cepat Dewa mengelap noda cokelat itu menggunakan ibu jarinya. Lalu setelah itu, ia menjilatinya tanpa ada rasa jijik sekalipun.

Cia terdiam membeku melihat perlakuan Dewa barusan. “Dewa, itu 'kan bekas Ci---.”

“Sstttt ... jangan berisik, ntar Mamah sama Papah gue denger,” bisik Dewa kepada Cia pelan.

Cia meneguk salivanya gugup, ia mengangguk-anggukkan kepalanya kecil seperti anak kucing yang baru saja diberikan makanan oleh majikannya. “Tapi itu cokelat bekas bibir Cia,” cicitnya menunduk.

“Enak--,” ujar Dewa menjeda ucapannya. “Manis, kayak cokelat.”

“Kan emang cokelat, isttt Dewa mah, nyebelin.” Cia memalingkan wajahnya ke arah lain, tidak ingin melihat wajah Dewa yang menurutnya menyebalkan.

Dewa terkekeh kecil melihat tingkah Cia yang seperti itu. “Yah, kok marah sih.”

“Nggak,” ketusnya jutek.

“Kalau nggak marah, kenapa lihatin jendela terus. Ganteng juga kagak tuh jendela,” ucapnya diiringi decakan sebalnya.

Cia menengok ke arah Dewa, memperhatikan wajahnya yang memang terlihat tampan, namun Cia tidak mau jujur saat ini. “Dewa jelek, makanya Cia bosen lihat Dewa.”

Dewa yang mendengar perkataan pedas dari Cia pun menganga lebar. Apa maksudnya ini? Dewa kira, Cia melihat-lihat wajahnya nantinya akan memuji ketampanannya, namun ternyata sebaliknya. Cia malah menyebut Dewa jelek, padahal kalau disamakan dengan jendela tipis itu, lebih gantengan Dewa kemana-mana.

“Gu---.”

“Udah sutttt! Cia pengen tidur,” ucap Cia memotong ucapan Dewa.

Huftttt ... sabar. ---- batin Dewa.

°°°Three Stupid Twins°°°

05-Agustus-2021.

Three Stupid Twins [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang