Chapter 22- Iklas

268 38 4
                                    

-Terkadang seseorang harus merelakan suatu hal bukan karena menyerah, tapi mengerti bahwa ada hal yg tidak bisa dipaksakan-

______

"Tapi, jangan berharap gue bisa cinta dengan perempuan picik kayak lo."

Rey menghembuskan nafasnya berat, ia tidak mungkin bisa melupakan Naya. Hubungan yang dijalani nya sudah membuatnya sangat bahagia. Tapi, mana mungkin ia tidak bertanggung jawab jika ada hal yang memang diluar akalnya.

"Gue capek, lo bisa pergi dari sini." Usir Rey.

"Tapi Rey-." pembicaraan Cia kembali di jeda laki-laki itu.

"Apa lagi? Semua udah gue jelasin ke lo. Mau minta ap-?" Kalimat Rey pun juga terjeda saat ada suara deringan ponsel di handphone nya.

"Elin." gumam Rey. Saat melihat layar ponselnya sudah jelas tertera dengan nama wanita tersebut.

Rey sedikit menjauh dari Cia untuk mengangkat panggilan dari Elin. Sedangkan gadis itu hanya diam melihat Rey.

Call

"Halo, kenapa?" Tanya Rey.

"Lo dateng besok, di specta cafe jam 7 malam. Lo bawa cewe itu."

Tutt

Rey mengernyit, ada apa tiba-tiba gadis itu menelfon nya dan hanya mengucapkan hal tersebut. Kemudian, ia harus membawa Cia? Ada apa? Harapannya hanya satu yaitu ia bisa bertemu Naya, dan membicarakan hal baik-baik dengannya.

Rey kembali mendekati Cia yang masih di duduk di sofa ruang tamu nya, gadis itu terlihat sibuk dengan handphone nya.

"Gue tunggu di specta cafe daerah Jakarta Utara besok jam 7 malam." kata Rey kepada Cia saat gadis itu sudah mendongakkan kepalanya.

Cia mengernyit, Jakarta Utara? Itu daerah rumah Naya, fikir nya. Tapi beberapa saat Cia menganggukkan kepalanya tanda ia setuju untuk datang.

"Sekarang lo bisa pergi, gue capek mau istirahat." Kata Rey lagi, mengusir Cia. Ia sudah tak tahan lagi melihat gadis didepannya itu.

"Lo nggak mau nganterin gue?" Tanya Cia.

Rey tersenyum sinis sebelum menjawab pertanyaan itu "Lo bawa mobil kan? Lagian gue ga mau lagi nganterin lo. Dikasih hati minta jantung." Kata Rey, kemudian ia meninggalkan Cia di ruang tamu dengan wajah yang kesal.

🌸🌸🌸🌸

Keesokan harinya.
Jakarta Utara, 19.02 wib.

Specta cafe

Dua insan berlawanan jenis telah berada di tempat seperti yang di janji kan oleh Elin kemarin malam. Seorang pria yang sibuk memainkan handpone nya dan seorang wanita yang sering curi pandang melihat wajah pria yang ada didepannya.

Suasana cafe sangat sepi dan terlihat mencekam, bahkan hanya ada dia dan perempuan yang duduk disampingnya bersama dengan karyawan yang bekerja. Tidak seperti biasanya cafe ini sepi, Ia tau karena sebelumnya ia sudah pernah ditempat ini berkali-kali bersama gadis lain.

"Rey? Ini nungguin siapa sih?" tanya Cia, berani membuka suara untuk pertama kalinya. Karena 5 menit mereka berada disini, sama sekali tidak ada pembicaraan yang keluar dari mulut mereka.

Rey melihat Cia sebentar, kemudian mengalihkan kembali mata nya ke handphone yang ada ditangan pria itu. Sedangkan Cia yang diabaikan mendesah pelan.

10 menit kemudian

Suasana yang sedari tadi sudah tidak mengenakkan, kini bertambah. Saat tiga gadis masuk kedalam cafe tersebut dengan wajah yang sangat sulit diartikan. Suhu-suhu ruangan seperti terasa sangat panas yang membuat badan menegang.

NAYARA'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang