37.

1.8K 242 32
                                    

"Ada pertanyaan?"

"Saya, Kak." katanya setelah tangan mengacung.

Suasana rapat seperti biasanya. Guanlin memang benar-benar profesional. Dia bisa keliatan gak ada apa-apa saat memimpin rapat kayak biasanya. Di luar itu?

Ya biasa juga sih, tapi Siyeon bener-bener menarik diri dari cowok yang kini berstatus mantannya itu. Cuman kepentingan sesaat, seperti layaknya rekan kerja.

"Lu balik sama Jeno kan?" tanya Haechan begitu rapat telah ditutup. Cewek yang duduk di gak jauh dari Siyeon refleks meliriknya. Shit, sempet-sempetnya Siyeon liat ekspresi Karina.

Gak cuman itu, Karina yang biasanya mencoba mendekatinya kini seakan menjauh perlahan setelah mendapati Jeno sering menjemputnya.

Emang paling enak kalo kerja tuh gak perlu saling baper, jadinya ribet. Adem banget liat hubungan Siyeon kalo sama Haechan tuh.

"Kenapa dah emang?"

"Mau jemput Somi di stasiun."

Ah ya, cowok itu udah gak segila awal-awal pacaran sama Somi. Akhir-akhir ini Somi sering mampir ke tempatnya buat ketemuan sama Haechan, dan tentu saja ketemu Siyeon.

"Oh iya bener juga, nanti gue ke kontrakan deh." sahut Siyeon senang.

"Somi nginep di hotel, kan kontrakan atas udah ada yang ngisi."

Somi kalo kesini biasanya sih sewa tempat di atas kontrakan biar gak jauh dari Haechan. Jadi kontrakan Haechan itu sebenernya dua rumah, di lantai atas dan lantai bawah. Lantai atas tuh udah setaun kosong, tapi sekarang udah keisi lagi.

"Iya? Sejak kapan?"

"Udah seminggu keknya. Diisi Sunwoo sama temen-temennya."

"Nanti, kalo Somi main ke kontrakan chat gue yak. Entar gue mampir sama Jeno."

"Yo. Gue duluan ye." Setelah itu Haechan berlari meninggalkan ruang rapat.

Tanpa sadar mereka sedari tadi masih ada di ruang rapat, Siyeon menatap sekitar dan mendapati hanya dirinya yang tersisa.

"Yeon,"

Ah, berdua dengan orang ini.

Tubuh Siyeon menjadi kaku tanpa sadar mendapati sosok tinggi di hadapannya ini. Senyum tipis terulas di bibir Siyeon.

"Boleh ngomong sebentar?"

Well, tiga tahun bukan waktu yang sebentar bagi Siyeon. Ibarat kalo udah nyicil motor tuh udah lunas. Jadi, masih gak percaya aja orang yang duduk di sampingnya ini udah selesai kontrak masa kontribusinya dalam hidup dia.

"Aku cuman mau bilang makasih ya atas waktunya. Jodoh emang rahasia Tuhan, ya? Aku kira aku kecolongan, kalah cepet dari orang lain. Tapi, omongan kamu  bener itu masalah takdir dan itu di luar kendali manusia. Gak apa-apa asal kamu bahagia, aku juga disini lagi berusaha cari kebahagiaan lain yang Tuhan takdirin buat aku." Siyeon cuman nunduk. Gak ada keberanian untuk natap mukanya.

"Aku cuman mau ngasih ini. Rencananya emang mau aku kasih hari ini, pas anniv kita ke tiga tahun."

Sebuah kotak kertas polos berwarna cokelat buram tersodor di hadapannya. "Aku gak pantes nerima ini." kata Siyeon menolak.

"Itu milik kamu, Yeon. Dari awal aku beli itu jadi milik kamu. Terserah mau kamu apain, yang penting aku udah kasih barang ke pemiliknya."

Guanlin mengambil tangan Siyeon dan menaruh hadiah itu di telapak tangannya. Membuat perasaannya gak karuan. Gimana ya, gak enak aja gitu.

[1] A Blessing In Disguise (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang