Serangkai acara yang mustinya mereka lakukan sebelum ijab qabul tentu saja dilewati. Menilik dari geladi bersih yang mereka lakukan di hari yang lalu, upacara adat dilakukan dengan durasi yang tidak begitu lama.
Setelah beberapa acara pembuka, kini acara memasuki prosesi panggih, dimana mempelai wanita akan bertemu suaminya.
"Parandene boten wonten ingkang piniji ing karya mkinangka sang duta pamethuk, kajawi namung Bapakㅡ" Pranata acara menyampaikan bahwa duta pamethuk untuk menjemput mempelai pria.
Siyeon dengan pakaian hitam dengan bawahan motif batik dan riasan sesuai dengan adat jawa berjalan bersama dua wanita yang mengapitnya menapaki jalan yang berlapis karpet merah, membawanya menuju suaminya yang juga berjalan mengampirinya.
Senyum terulas begitu matanya bertemu dengan Jeno yang cocok dengan pakaian tersebut, dan membuatnya kian gagah dengan keris yang terselip di belakangnya dan juga blangkon yang menghiasi kepalanya. Sebenarnya Siyeon bukan senyum sih, lebih tepatnya nahan tawa melihat Jeno yang sok cool malah memberi kesan lucu dan tampan dalam waktu bersamaan. Dan memang selama geladi bersih mereka sering ketawa hanya karna liat wajah masing-masing.
Mereka melempar sirih satu sama lain sebelum akhirnya kian mendekat dan Siyeon menyalami tangan Jeno yang dingin. Muka aja sok cool aslinya grogi.
Kemudian dilanjut dengan prosesi ngindak tigan dimana mempelai pria akan menginjak telur yang melambangkan awal hidup baru, mengharap memperoleh keturunan, simbol keluarga yang harus dijaga dan kesucian seorang wanita. Setelah Jeno memecahkan telur dengan kaki kanannya, Siyeon bersimpuh untuk membersihkan kakinya dengan air penuh kelopak bunga, yang memiliki makna bakti seorang istri kepada suami.
Dibantu oleh Jeno, Siyeon berdiri disampingnya untuk lanjut ke acara selanjutnya yaitu sindur binayang yang bermakna tali kasih yang erat dan tak terpisahkan. Kain berwarna merah putih tersebut dibentang oleh Mama dan membalut kedua mempelai untuk kemudian berjalan menuju pelaminan dan dituntun oleh Bapak.
Jeno mencuri pandangan pada Siyeon yang terlihat serius, tangannya pun tak kalah dingin saat tak sengaja bersentuhan. Diam-diam ia menggengam tangan Siyeon, membuat cewek itu sedikit menoleh dan tersenyum tipis.
Suasana begitu hikmat dengan iringan lagu khas jawa dan edan-edanan sebagai penolak bala yang mengiringi perjalanan mereka menuju pelaminan.
Sampai di pelaminan, acara berlanjut dengan prosesi pangkuan atau bobot timbang. Pak Suho memangku Jeno di paha kanannya dan Siyeon di paha kirinya. Kemudian Mama melempar pertanyaan, "Abot endi, Pak?" Yang dijawab "Podo wae." oleh Bapak. Prosesi ini melambangkan bahwa keluarga tidak membeda-bedakan antara anak dan menantupnya.
Selanjutnya ada acara tandur atau tanem, dimana Bapak memegang kedua bahu Siyeon dan Jeno untuk duduk kembali di pelaminan. Prosesi ini memiliki makna bahwa segala sesuatu masalah harus terbuka.
Pas banget lagi seret, akhirnya mereka minum rujak degan (semacam es kelapa gula merah) dan wedang tape setelah sebelumnya dicicip oleh Bapak dan Mama. Namanya kelapa mau enggak dingin pun tetap bakal nyegerin.
Dilanjut kembali dengan prosesi kacar-kucur. Jeno memegang kertas yang entah apa isinya, Jeno pun kurang tahu, tapi ia menebak mungkin itu semacam beras yang diberi pewarna. Kemudian dituangkan kepada benda semacam pocket yang Siyeon pegang, setelah itu Siyeon ikat dengan erat. Prosesi yang melambangkan simbol bahwa ia akan menafkahi istrinya. Lalu keduanya bangkit dan memberikannya kepada Mama sebagai makna dua keluarga menjadi satu, sekaligus minta tuntunan bagaimana cara memanjemen keuangan dalam keluarga.
Sudah minum, tinggal makan. Jujur aja, Siyeon sebenernya laper sih sejak pagi dan milih gak makan soalnya takut sakit perut yang berujung pengen buang air. Rasa gugup aja belum bisa teratasi terus ketambahan sakit perut apa kagak riweh tuh?
![](https://img.wattpad.com/cover/244278508-288-k733322.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] A Blessing In Disguise (completed)
Hayran Kurgufrom "friend" to 부부 (bubu). ㅡft. lee jeno x park siyeon ⚠🔞 ⚠non-baku