Jakarta, April 2019
Aku tidak bisa menghubungi Satria atau Aleric.
Semua pesanku tidak ada yang dibaca. Dan yang kumaksud dengan pesan, aku menghubungi mereka menggunakan semua media sosial yang aku punya. Telponku tidak diangkat. Aku bertanya pada semua orang, dan memang tidak ada yang bisa menghubungi mereka berdua sejak hari terakhir UN.
Perutku mual. Aku takut.
Amara: Tian
Tian: ya?
Amara: tau alamatnya Satria?
Tian: tau, pernah main gue
Tian: kenapa?Amara: minta
Tian: mau kesana?
Tian: telpon lo masih nggak diangkat?Amara: iya
Tian: gue anter aja
Tian: shareloc Mar, gue lupa rumah loAku tidak mau banyak berdebat, jadi aku langsung melakukan apa yang disuruh Tian. Hanya butuh setengah jam, Tian sudah ada di depan rumahku, duduk di atas motor. "Hai," ia tersenyum menyapa, dan aku hanya tersenyum sekilas sebagai balasan.
"Are you okay?" tanyanya sebelum menjalankan motor.
"Nggak apa-apa, ayo, keburu sore."
Rumah Satria ternyata cukup jauh. Pagarnya tinggi, ada satpam yang berjaga. Dia melarang kami masuk, katanya para majikannya sedang tidak ada di rumah, padahal dari celah pagar aku bisa melihat mobil Satria.
"Boleh titip pesan aja, Pak?" Tian akhirnya bertanya, setelah lama kau berdebat dengan pak satpam keras kepala ini.
"Kan saya bilang, nggak ada orang di rumah!"
"Iya, siapa tau nanti Satrianya pulang. Boleh ya Pak?"
Pak satpam itu menghela napas kasar. "Yaudah apa? Jangan panjang-panjang, nanti saya lupa."
Tian melirikku, aku melihatnya balik. "Dicariin Amara sama Tian. Tolong bilangin kalo ada masalah, dia bisa cari kita."
"Tian," aku menyandarkan dahiku di bahunya. Motornya sudah kembali jalan, meninggalkan komplek elit perumahan Satria. "Ya?" balasnya agak keras.
"Salah nggak sih kalo gue mau jagain temen?"
Ada sedikit jeda sebelum Tian kembali membalas. "Nggak, Mar." katanya. "Nggak salah juga kalo lo luapin emosi ke temen. Lo kalut banget, dan gue nggak tau harus apa."
Sore itu, di jok belakang motor Tian, aku mulai terisak.
KAMU SEDANG MEMBACA
all type of love
Художественная прозаDelapan tahun lalu, di Jakarta. Amara, Satria, dan Aleric.