2. Kebetulan

7.4K 909 39
                                    

Biasanya, kalau acara night ride itu kebanyakkan dari anggotanya pasti hanya membawa uang yang bisa mencukupi mereka ketika ingin membeli keperluan yang di butuhkan di jalan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Biasanya, kalau acara night ride itu kebanyakkan dari anggotanya pasti hanya membawa uang yang bisa mencukupi mereka ketika ingin membeli keperluan yang di butuhkan di jalan.

Agak sedikit berbeda dengan Haechan yang baru pertama kali mengikuti night ride. Meskipun atas paksaan dari Renjun yang mengiming-iming Ps 5 keluaran terbaru seperti milik Jeno saat kemarin mereka bertandang ke rumahnya.

Bukan Haechan sih sebenarnya, tapi lebih ke ayahnya yang mulai sibuk memasukan beberapa snack dan beberapa obat-obatan yang biasa di konsumsi.

"Yah... Echan tuh mau night ride bukan mau kemping!!" Gerutu Haechan sebal melihat Johnny yang sibuk memasukan banyak barang ke dalam tas ransel milik Haechan.

Johnny menatap putra bungsunya dengan tatapan seperti biasa, tegas namun tetap meninggalkan kesan lembut agar putra bungsunya itu tak mengalami tremor seperti beberapa karyawan baru yang waktu itu interview langsung dengannya.

"Iya ayah tau. Tapi Echan coba pikir, berapa banyak bahaya yang bisa kapan aja bikin Echan luka? Kalo Echan mual? Masuk angin? Tiba-tiba sembelit? Gimana? Kalo nanti tiba-tiba kambuh terus gak ada ayah gimana?Emang bisa panggil dokter terus periksa sambil naik motor?Kan pasti Echan butuh itu semua, sayang..."

Haechan menggeleng kan kepalanya pelan. Sebenarnya yang di ucapkan ayahnya benar, hanya saja ia tak ingin repot-repot membawa banyak barang yang bisa menjadi beban untuk bahunya.

"Tapi ayah, ini berat banget. Pundak Echan encok nanti.." tak habis akal, Haechan terus merengek dengan berbagai macam alibi yang tercipta di otak cerdiknya.

Terdengar helaan nafas dari Johnny, ia menatap putranya pasrah. Sedangkan Haechan yang mendengar helaan nafas dari Johnny bersorak dalam hati.

"Yaudah, tapi obat kamu jangan lupa di bawa. Minyak kayu putihnya juga jangan ditinggal." Ujar Johnny sembari menunjuk beberapa barang yang tersimpan di atas kasur.

"Iya ayahh... Echan nanti sekalian mau beli, ada yang abis soalnya." Johnny mengangguk, tak banyak berucap karena ia juga tak ingin putranya berpikiran aneh.

Johnny berjalan mendekati Haechan. Sebuah pelukan ia layangkan untuk putra bungsunya. "Janji sama ayah ya gak sakit?" Ucap Johnny sembari mengecupi kepala putranya itu.

Haechan mengangguk samar, ia benar-benar merasakan rasa khawatir yang tersirat melalui ucapan ayahnya. Haechan tahu betul ayahnya tak ingin ia berakhir seperti ibunya.

"Kok pelukannya gak ngajak Abang si?"

Pasangan ayah dan anak itu menoleh kearah pintu kamar Haechan yang terbuka dan menampilkan seorang lelaki bersurai cokelat madu. Hendery, putra sulung di keluarga sekaligus kakak Haechan satu-satunya.

"Sini bang.." ucap Johnny sembari merentangkan tangannya lebar-lebar. Bersiap menyambut tubuh putra sulungnya.

Pada akhirnya ketiganya saling memeluk, dengan Haechan yang berada diantara Johnny dan Hendery. Mereka benar-benar menikmati bagaimana pelukan keluarga yang jarang mereka lakukan. Rasanya memang berbeda, tak ada kehadiran ibu yang menjadi penutup di lubang besar yang tercipta.

----------------------------------------------------------------------------------------------------

Haechan saat ini tengah berada di salah satu apotek terbesar di daerahnya. Seperti yang ia katakan tadi, ia berniat membeli vitamin yang biasa ia konsumsi di apotek tersebut.

Ia mendengus lelah saat namanya tak kunjung di panggil-panggil. Matanya mengedar ke seluruh ruangan apotek yang penuh. Beberapa diantaranya lansia dan balita, Haechan juga melihat seorang wanita berpakaian khas dokter tengah duduk di sebuah meja khusus.

'Wah bagi bagi obat cacing, Sabi kali ya gue minta buat Renjun.' ucap Haechan dalam hati. Ia sedikit terkekeh dengan pemikirannya yang terkadang nyeleneh.

Ia sadar kok. Hanya saja jika berada di lingkungan temannya, ia tidak mau mengakui pemikirannya yang kadang tak masuk akal dan terbilang melenceng. Lucu memang bayi beruang satu ini.

"Haedar Chandrawinata.."

Haechan tersenyum senang ketika mendengar suaranya di panggil. Akhirnya penantiannya tak sia-sia. Ia bangkit lalu menghampiri penjaga apotek. Setelah mengambil obat miliknya dan membayar dengan sejumlah uang, ia berlalu meninggalkan apotek.

Haechan berjalan kaki di trotoar. Dengan senandung pelan sembari menatap jalan raya yang terbilang sepi. Matanya memicing ketika melihat seorang lelaki yang terduduk di trotoar dengan motor yang tergeletak di sampingnya.

"Kenapa itu?" Dengan penuh penasaran, Haechan menghampiri orang yang di duga mengalami kecelakaan kecil itu.

"Kang.." panggil Haechan ketika dirinya sudah dekat dengan orang itu.

Orang itu menolehkan kepalanya, menatap Haechan bingung. Terdengar ringisan ketika kepalanya menoleh secara spontan. Membuat Haechan sedikit terkejut dengan luka panjang yang tercipta di leher kanan laki-laki itu.

"Duh kang, itu berdarah gitu..." Panik Haechan. Orang itu hanya diam sembari menyeka darah yang merembes menggunakan tangannya.

"Mau ke rumah sakit kang? Ayo saya anter." Kata Haechan. Namun orang itu menggelengkan kepalanya. "Gak usah, ini gapapa kok." Ucap nya.

Haechan semakin di buat bingung dengan darah yang tak berhenti. Dia berinisiatif bangkit dan berjalan meninggalkan lelaki itu dengan tergesa. Membuat lelaki itu menatap bingung kepergian Haechan yang tiba-tiba.

 Membuat lelaki itu menatap bingung kepergian Haechan yang tiba-tiba

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hae hae hae. Semoga suka ya-!!

Lanjut? Atau stop? Votement juseyoo

© hellojeppo_

─𝙉𝙞𝙜𝙝𝙩 𝙧𝙞𝙙𝙚 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang