Hal yang paling mengejutkan dalam hidup adalah, ketika kita merasa hidup kita sudah sempurna dan bahagia. Tapi nyatanya tersimpan sebuah kesedihan besar yang kapan saja bisa memporak-porandakan kata sempurna di dalamnya.
Haechan merasakan hal itu untuk saat ini. Mendudukkan dirinya di dekat pusara tanah yang tak lagi merah. Menatap Lamat pada batu nisan dengan rentetan huruf bercetak emas yang terdapat di atas permukaan nisan.
Tangannya mengusap permukaan nisan makam mendiang sang ibu dengan lembut. Diiringi dengan setitik air yang mengalir di pipi gembil nya.
Hawa dingin tidak membuat Haechan beranjak, ia malah makin mendekatkan diri pada makam sang ibu ketika hujan perlahan turun membasahi bumi. Menghiraukan celana nya yang mulai kotor dengan noda tanah.
Satu hal lain, Haechan menyukai hujan. Selain harum air dari langit yang bertubrukan dengan tanah, hujan mampu menyamarkan air mata yang mengalir di pipinya.
Pikirannya berkecamuk, memikirkan hubungannya dengan Jaemin yang makin merenggang setelah percakapan terakhir mereka saat itu. Dan juga tiap kalimat yang Lia ucapkan beberapa waktu lalu.
"Ibu kenapa gak kasih tau Echan kalo ayah punya keluarga lain?" Tanya Haechan dengan suara bergetar menahan tangis.
Meskipun tak mendapatkan jawaban, Haechan terus menceritakan segala masalahnya pada pusara sang ibu. Menangis dengan air mata yang menyatu bersama tetesan air hujan yang membasahi dirinya, berharap ibunya mampu menjawabnya.
Bibir bergetar nya perlahan membiru, telapak tangannya juga ketiput karena terlalu lama terkena air. Pakaian yang di kenakan sudah basah. Beruntung tas nya berbahan waterproof, Haechan jadi tak memusingkan barang-barang nya yang akan basah terlebih lagi ponselnya yang bisa saja mati.
Puas berkeluh kesah tanpa jawaban, Haechan bangkit dengan tubuh menggigilnya. Berjalan keluar dari area pemakaman sembari memeluk dirinya sendiri demi menghalau udara dingin yang menusuk tulang.
Sesampainya di rumah, Haechan disambut dengan pekikan Tenny yang membuat Johnny dan Hendery harus menghentikan sejenak obrolan mereka.
Johnny yang panik langsung mengangkat tubuh putra bungsunya memasuki rumah, tanpa menghiraukan pakaiannya yang akan ikut basah karena menggendong Haechan dari pagar rumah.
"Ten, tolong siapin air anget buat Haechan mandi ya? Der tolong ambilin adek kamu selimut." Perintah Johnny setelah menidurkan tubuh Haechan di sofa ruang tengah.
Kedua orang yang diberi perintah langsung saja berjalan meninggalkan Johnny yang tengah memangku tubuh putra bungsunya. Johnny mengusap-usap punggung Haechan dengan bibir yang sesekali mendarat di kening putranya yang tertutupi surai basah.
KAMU SEDANG MEMBACA
─𝙉𝙞𝙜𝙝𝙩 𝙧𝙞𝙙𝙚 [END]
FanficSemua berawal ketika Haechan terpaksa ikut dengan sahabatnya yang akan melakukan night ride bersama club kekasihnya. Haechan yang pada dasarnya kudet masalah motor alias tidak bisa mengendarai motor pun pada akhirnya di jemput oleh teman satu club r...