49.Titik Akhir.

2.9K 231 27
                                    

Datang akan pergiLewat 'kan berlaluAda 'kan tiadaBertemu akan berpisah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Datang akan pergi
Lewat 'kan berlalu
Ada 'kan tiada
Bertemu akan berpisah.

Sebait lirik dari lagu yang dibawakan oleh Endank Soekamti ini mungkin menjadi penggambaran bagaimana sebuah pertemuan yang berakhir dengan perpisahan. Entah itu maut, ataupun takdir lain yang tuhan telah skenario kan dengan sebegitu detailnya.

Hampir seluruh insan tentunya akan memilih jalan terbaik, jangan ada tangisan, jangan ada yang hilang. Pengharapan dengan segala doa doa pada Tuhan sang pencipta lah yang menjadi patokan hidup setiap manusia.

Pusara merah itu masih menguarkan harum mawar melati yang baru ditaburkan. Sebuah nisan berwujud salib tertancap sempurna di bagian ujung pusara itu.

Tak ada tangisan, tak ada jeritan. Semua yang di sana sibuk mengingat janji mereka pada yang berpulang, tak ada air mata ketika mengantarnya menuju dunia abadinya.

Tak terlewat, sepertinya burung-burung ikut merasakan kesedihan yang terjadi di samping pohon Kamboja itu. Bagaimana juga awan merubah putihnya menjadi kelabu, menikmati masa berkabung dengan segala kekuatan hati.

Berat memang, kehilangan seseorang yang menjadi sumber kebahagiaan bukanlah suatu hal biasa. Haru merelakan tanpa bisa bernegosiasi agar tetap dipersatukan.

Perlahan bumi meneteskan tangisannya. Semua yang berdiri sudah beranjak meninggalkan tanah tempat dimana pusara berisi orang-orang tercinta yang telah berpulang kepangkuan pemilikNya. Menyisakan seorang anak Adam yang tengah menundukkan kepalanya dengan tangan yang terkepal erat.

Menghiraukan air hujan yang perlahan membuat tanah-tanah merah di bawahnya bercipratan. Menimbulkan noda pada celana satin berwarna hitam yang dikenakannya.

"Kamu kenapa gak bilang dulu?" Suara itu parau, disertai dengan gemetar yang terdengar.

Tak ada sahutan, hanya angin yang setia berhembus menerpa apa saja. Tak perduli sedingin apa udaranya, tak perduli setipis apa kemeja hitam yang ia gunakan, Jaemin tetap bersimpuh di samping pusara milik sang terkasih.

Haedar Chandrawinata, telah memilih menyerahkan hidupnya. Menutup matanya setelah berdoa kepada Tuhannya untuk di lelapkan. Tak dipungkiri, banyak yang kehilangan.

Ayahnya, mamanya, kedua saudaranya, dan tentu saja si orang asing yang menciptakan geleyar menyenangkan ketika pertama kali mengetuk hati nya untuk singgah.

Jaemin terkekeh kecil, air matanya disamarkan oleh rintik hujan yang menghujam tubuhnya. Lesu, tak mampu bangkit untuk menyusul kedua orangtuanya yang sudah menunggu diparkiran pemakaman.

"Kenapa kamu gak kasih tau aku kalo kamu capek? Kenapa kamu malah milih untuk ikut ibu kamu? Kenapa kamu cuma bilang tidur sebentar ke aku?"

Masih sama, lirih tanpa ada jawaban.

"Chan, harusnya kamu bangun. Harusnya kamu tahan aku untuk kuliah kemarin, kamu bahkan gak kasih aku pelukan sebelum kamu tidur."

"Boleh gak si aku egois? Aku mau marah sama kamu. Untuk kali ini, biarin aku marah ke kamu ya Chan? Maaf kalo perkataan ku bikin hati kamu sakit."

Nyatanya, lain ucapan lain juga perbuatan. Jaemin tak pernah bisa marah pada sosok yang selalu mengisi hari nya menjadi lebih berwarna itu.

Jaemin menghela nafasnya sebentar, mengusap air hujan yang mengalir di wajahnya sebelum mengubah posisinya yang tadi bertumpu pada lutut kini menjadi duduk bersila.

Nyaman, mungkin Jaemin merasakan kenyamanan pada figura dengan foto seorang lelaki yang tersenyum lebar. Itu Haechan, Haechan nya yang kini mengikuti langkah mendiang ibunya.

"Maaf aku nangis, harusnya aku gak nangis kan? Harusnya aku senyum di depan kamu. Kamu pasti marah ya? Gapapa kalo gini kita jadi impas."

"Chan, kalo Tuhan itu baik seperti apa yang selalu kamu bilang ke aku. Maka kali ini aku mau minta satu pada Tuhan. Tolong kembalikan milikmu yang kau titipkan untukku. Tolong jangan ambil dia dariku."

Hujan tak berhenti, malah semakin deras dengan angin kencangnya. Jaemin tak hirau, tetap memeluk nisan salib dan figura itu secara bersamaan. Melupakan celananya yang kini berganti keruh.

Hei, sampai jumpa di lain hari
Untuk kita bertemu lagi
Kurelakan dirimu pergi
Meskipun ku tak siap untuk merindu
Ku tak siap tanpa dirimu
Kuharap terbaik untukmu.

Haechan, mari bertemu kembali di takdir yang lebih indah. Tunggu aku pulang ya? Love u sayang.

Belom kok belom end

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Belom kok belom end. End nya chapter depan aja biar asik. Semoga ngefeel mantemannn

Stop? Atau lanjut? Votement juseyoo

© hellojeppo_

─𝙉𝙞𝙜𝙝𝙩 𝙧𝙞𝙙𝙚 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang