Sebuah aula gereja sudah disulap sedemikian rupa, hari ini hari baik bagi Johnny yang memutuskan untuk menunaikan janjinya dengan mendiang Windy dulu. Menikahi Tenny, serta mencintainya di hadapan Tuhan dan alam semesta.
Di atas altar, untuk kedua kalinya Johnny kembali mengucapkan janji sucinya yang sah tanpa sirih. Berjanji pada Tuhan akan menjadi lelaki setia, mencintai ciptaan Tuhan yang sudah ditakdirkan hidup bersamanya.
Disisi lain, Tenny tengah berjalan dengan tangan yang terapit pada lengan Hendery yang akan mengantarnya menuju sang ayah. Harusnya ayahnya ada disini, tapi ayahnya tak bisa.
Ayahnya pasti tersenyum bangga bersama Windy di atas sana. Menyaksikan secara perdana bagaimana keduanya mengikat hubungan serius yang tak akan pernah putus hingga maut memisahkan.
Pernikahan yang berlangsung sakral telah terlewati, kini acara resepsi semi formal diadakan di sebuah resort besar milik keluarga Winata yang berada di Bali.
Jangan salah, Johnny dan Tenny sudah berbulan madu sebelum hari pernikahan tiba. Makanya saat kejadian panas di ruang makan antara Haechan dan Jaemin, Johnny tak hadir menarik telinga Jaemin hingga putus. Jaemin sangat mensyukuri hal itu.
Kini keluarga Winata beserta Jaemin dan seorang lelaki lain yang merupakan kekasih Hendery -sebut saja Dejun- tengah duduk di sebuah meja bundar yang dikhususkan untuk keluarga besar. Duduk bersama dengan saling bercengkrama menikmati momen berkumpul yang jarang terjadi.
Sebenarnya Jaemin sedikit merasa diacuhkan, sebab Haechan nya tengah di monopoli oleh calon ayah nya dan juga ibu barunya. Sedangkan ia malah duduk di samping sepupu wanita dari Johnny yang sibuk mengunyel-unyel pipinya.
"Duh Chan, ini pacar kamu buat aunty aja ya. Lumayan nikah sama berondong." Ini Tiffany, keponakan nenek Haechan.
haechan menatap bibinya sembari mengunyah kue yang disuap kan Tenny tadi. Ia menggelengkan kepalanya hingga membuat surai gondrongnya mengenai mata sang ayah yang tengah memangku nya.
"Gak boleh ya! Aunty cari bule sini aja sana. jangan ambil pacar aku!" Balas Haechan setelah menelan kue di dalam mulutnya.
Jaemin tersenyum puas menatap kekasihnya yang mulai berjalan mendekati dirinya. Haechan terlihat menggemaskan dengan tuxedo baby blue nya, berlari dengan tangan yang direntangkan lebar dengan bibir mengerucut lucu. Tak lupa tatapan tajamnya yang masih mengarah pada Tiffany.
"Jaem peluk!!" Ucap Haechan dengan nada yang sengaja ia tekan.
Jaemin menurut, ia langsung bangkit dan menyampir kan tangannya di pinggang ramping haechan. Semua yang duduk di meja itu tertawa melihat kelakuan cucu bungsu di keluarga Winata. Ya, sudah anak bungsu, cucu bungsu pula. Nikmat mana lagi yang Haechan dusta kan?
----------------------------------------------------------------------------------------------------
Acara selesai ketika malam tiba. Masing-masing dari keluarga Winata sudah menempati kamar resort yang sudah disiapkan. Haechan dan Jaemin akan menjadi roommate. Sesuai kemauan Haechan yang tak mau jauh-jauh dari Jaemin. Takut kekasihnya itu di bawa pergi oleh bibi nya.
"Echan mau sama Jaemin aja! Kalo Echan sama mama ayah nanti Jaemin diambil aunty!".Jangan lupakan nada menggemaskan ala balita yang tengah merajuk, dan juga tangannya yang memeluk pinggang Jaemin dari samping dengan posesif.
Disinilah keduanya, tengah berdiri di balkon dengan Jaemin yang memberikan back hug pada kekasihnya. Menikmati angin malam yang berhembus dengan sejuk.
Haechan sibuk bersender di dada bidang kekasihnya, kepalanya bersandar pada bahu Jaemin. Bibirnya tak henti menyunggingkan senyum senang.
"Aku seneng deh." Ujar Haechan memecah keheningan. Nadanya kini lebih dewasa dari sebelumnya, suara Haechan yang sebelumnya memamerkan nada manja, kini berganti dengan nada tenang dan lembut yang biasa ia pamerkan ketika hanya berdua dengan kekasihnya.
Jaemin menundukkan kepalanya untuk melihat wajah Haechan. Wajah yang diterangi cahaya lampu balkon, pipinya tampak sedikit merona akibat dinginnya udara malam.
"Seneng kenapa?" Tanya Jaemin.
"Ya...mama sama ayah udah nikah, tinggal misi aku bahagiain kamu yang belum."
Jaemin melepaskan pelukannya, ia memutar tubuh Haechan yang sedikit terkejut dengan gerakan tiba-tiba Jaemin. Mata Jaemin menatap tajam pada kekasihnya, membuat Haechan sedikit menciut.
"Jangan ngomong gitu terus. Kan aku udah bilang, aku yang bakal bikin kamu bahagia. Sejauh ini aku udah bahagia sama kamu Chan. Bahagianya aku cuma butuh kamu, di samping aku, temenin aku ngelangkah. Jangan mikir aneh terus, aku gak suka."
Haechan menatap bahu Jaemin yang berlalu memasuki kamar mereka. Meninggalkan Haechan yang memegangi bahunya yang terdapat selimut tipis, sengaja disampirkan sebelum Jaemin berjalan masuk lebih dulu.
Haechan tersenyum, sedikit meringis ketika pening menghantam kepalanya. Tangannya langsung memegang hidungnya ketika merasakan cairan yang menetes.
Pandangannya cukup kabur, ia bisa melihat Jaemin yang tiba-tiba berlari mendekatinya. Kurva nya semakin melebar, sebelum tubuhnya ambruk di pelukan Jaemin yang berteriak.
Tolong, ia ingin beristirahat sejenak sebelum memulai misinya. Membahagiakan kekasihnya sebelum sang ibu menjemputnya untuk pergi...
Ini udah mewek sebenernya. Tapi maksa ngetik sambil nangis, mana besok PAS mtk:) hate bngt sama itu pelajaran satu. Jangan ditiru ya teman-teman tidak baik hehe. Sorry kalo ada typo guys, semoga sukakkk!!!!
Stop? Atau lanjut? Votement juseyoo
© hellojeppo_
KAMU SEDANG MEMBACA
─𝙉𝙞𝙜𝙝𝙩 𝙧𝙞𝙙𝙚 [END]
FanfictionSemua berawal ketika Haechan terpaksa ikut dengan sahabatnya yang akan melakukan night ride bersama club kekasihnya. Haechan yang pada dasarnya kudet masalah motor alias tidak bisa mengendarai motor pun pada akhirnya di jemput oleh teman satu club r...