Jaemin tidak tahu apa yang terjadi pada kekasihnya itu. Sejak insiden alerginya kambuh saat itu, Haechan jadi lebih sering menghindar darinya. Terhitung sudah 4 hari kekasihnya itu seolah enggan menemui Jaemin.
Telepon dari Jaemin juga hanya di balas seadaanya, chat dari Jaemin juga hanya dibalas dengan singkat. Jaemin benar-benar jengah melihat kelakuan kekasihnya yang memberi ruang cukup besar diantara mereka.
Seperti sekarang, keduanya tak sengaja berpapasan di lorong kantin fakultas Jaemin. Haechan tak hanya berjalan sendiri, melainkan dengan Renjun yang seperti hari-hari biasa akan menemui kekasihnya untuk makan bersama di kantin.
"Haechan." Panggil Jaemin ketika jaraknya sudah tak jauh lagi dengan kekasihnya.
Jaemin dapat melihat Renjun dan Haechan yang menoleh spontan kearahnya. Namun detik berikutnya ia mengernyitkan alisnya ketika Haechan langsung menarik tangan Renjun untuk berlalu.
Dengan inisiatif, Jaemin berlari mengejar Haechan yang mempercepat langkahnya di depan sana. Sudah cukup 4 hari dirinya di diami seperti ini, Jaemin ingin meluruskan segalanya agar kekasihnya itu tak lagi menghindari nya.
"Haechan tunggu.." panggil Jaemin lagi dengan tangan yang menarik pergelangan tangan kekasihnya yang menjuntai bebas.
"Apa?!" Jawab Haechan dengan nada tak santai nya.
Renjun yang berdiri di samping keduanya seolah paham, kedua temannya ini butuh uang sendiri untuk masalah mereka. Jujur saja Renjun lelah jika setiap hari melihat wajah murung Haechan yang tak jelas, Haechan ini seperti bukan kawannya dengan kelakuan yang tiba-tiba berubah menjadi pendiam. Ayolah, kawannya ini bukan tipe orang kalem seperti terkena tipes!
"Eeee, Chan gue duluan ya? Jeno udah nelepon. Jaem gue titip Haechan ya??" Ucap Renjun sembari menatap Haechan dan Jaemin bergantian.
Renjun memberikan tatapan pada Jaemin seolah ia mengatakan 'kelarin masalah Lo sama dia.' yang mana membuat Jaemin menganggukkan kepalanya.
Sepeninggalan nya Renjun diantara keduanya, hanya ada keheningan yang tercipta. Rasa canggung setelah hampir 5 hari keduanya tak berbincang membuat Jaemin sedikit enggan membahas masalah mereka.
"Kamu udah makan?"
Bukan.
Bukan ini yang ingin Jaemin tanyakan. Ada begitu banyak pertanyaan pada pikirannya saat ini. Menanyakan apa kesalahannya sampai kekasihnya itu menjauhinya, menanyakan kenapa kekasihnya ini acuh beberapa hari belakangan ini padanya.
"Belum" jawab Haechan dengan nada dinginnya.
Kan, Jaemin benar-benar bingung dengan sikap kekasihnya. Jadi setelah Haechan membalas pertanyaan nya tadi, Jaemin langsung menarik Haechan berjalan berlawanan arah dari kantin fakultas nya.
Tangan Jaemin menarik tangan Haechan lembut sembari melewati beberapa mahasiswa lain yang bergerombol dengan kelompok mereka masing-masing.
"Jaemin!!"
Jaemin menghentikan langkahnya ketika mendengar namanya dipanggil oleh seseorang. Ia menolehkan kepalanya ke kanan dan kiri mencari dimana si pemilik suara yang sangat familiar untuknya.
Sedangkan Haechan hanya diam, menunggu reaksi selanjutnya dari kekasihnya ketika melihat Lia berlari menghampiri mereka. Ah Tuhan, bisakah engkau menarik Haechan sejauh mungkin dari dua orang yang ingin ia hindari beberapa hari ini?
Haechan jadi semakin insecure ketika mendengar desas-desus dari mahasiswa-mahasiswa yang bergerombol di sisi kanan dan kirinya. Membicarakan kecantikan Lia dan bagaimana ketika Lia tersenyum dengan manis kearah Jaemin.
"Lo kuliah disini Li?" Tanya Jaemin pada Lia.
Lia mengangguk, ia mengambil dua langkah ke depan semakin mendekati diri dengan Jaemin. "Ya gitu deh, bosen di Jakarta. Lagian keluarga gue disini semua, jadi lebih mudah aja kalo mau kumpul sama keluarga." Jawab Lia dengan nada lembut nya.
Sial, Haechan membenci suara wanita itu!
Lia mengalihkan tatapannya pada Haechan yang sedari tadi berada di belakang tubuh tinggi Jaemin. "Oh Lo sama Haechan?"
Jaemin menganggukkan kepalanya, "Iya, kebetulan gue sama dia mau makan siang di kedai luar."
"Gue boleh ikut?"
"Bol-"
Haechan mengeratkan genggaman tangannya pada tangan Jaemin. Sungguh, ia tahu niat kekasihnya mengajak dirinya makan siang bersama adalah untuk meluruskan masalah mereka. Tapi jika wanita satu ini ikut bergabung, rencana awalnya pasti akan kacau.
Tolong jangan sebut merk! Haechan tidak suka menyebutkan nama wanita itu!
"Itu Li..gue sama Haechan mau ngobrolin sesuatu. Terlalu privasi, mungkin lain kali aja kita makan bareng ya?"
Lia memasang wajah murungnya yang membuat Haechan berdecih pelan. Dalam hati ia merutuki wanita didepannya yang sangat pandai bermain akting.
'ini bukan teater anjing!' batin Haechan sarkas.
Haechan makin panas ketika Jaemin memasang wajah bersalahnya. Bahkan kekasihnya itu melepaskan genggaman tangannya untuk menepuk bahu Lia sebentar dengan suara yang mengalun lembut memberikan janji-janji menyebalkan pada wanita yang notabenenya adalah mantannya.
Jaemin ini benar-benar!
"Gue duluan ya Li, sekali lagi sorry banget gak bisa ajak Lo."
Kali ini wajah wanita cantik itu tak lagi murung, ia mengangguk antusias sembari menatap Jaemin dengan lembut. "Oke Jaem gapapa, tapi lain kali tepatin janji Lo tadi sama gue ya?"
Najis, Januar Minotokusumo!
"O-"
"Duh buruan deh, jadi gak? Kalo gak jadi gue ada kelas nih..."
Jujur saja, Haechan sudah muak melihat senyum menggelikan dari wanita di depannya.
"Iya iya ayo."
Haechan bersorak dalam hati ketika Jaemin kembali menggenggam tangannya untuk melewati Lia.
Hei Lia! Gue lebih unggul daripada Lo!
Sebenarnya ini chapter pengalihan aja haha. Otak ku sedang bekerja keras membuat konflik agar menarik. Semoga gak ada kesalahan di story kali ini. Semoga juga setiap chapter nya nyambung. Jujur aja aku orangnya pelupa, jadi kalo ada yang mirip-mirip sama chapter sebelumnya, atau ada yang beda di tiap chapter, mohon dimaafkan ya teman-teman.
Stop? Atau lanjut? Votement juseyoo
© hellojeppo_
KAMU SEDANG MEMBACA
─𝙉𝙞𝙜𝙝𝙩 𝙧𝙞𝙙𝙚 [END]
FanficSemua berawal ketika Haechan terpaksa ikut dengan sahabatnya yang akan melakukan night ride bersama club kekasihnya. Haechan yang pada dasarnya kudet masalah motor alias tidak bisa mengendarai motor pun pada akhirnya di jemput oleh teman satu club r...