11. Winata Homies

4.6K 541 13
                                    

Pagi ini, seperti janjinya di aplikasi line beberapa hari lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi ini, seperti janjinya di aplikasi line beberapa hari lalu. Jaemin akan menemani Haechan untuk mencari buku di sebuah perpustakaan kota yang tak jauh dari kampus mereka.

Sekarang Jaemin tengah bersiap menjemput Haechan. Dengan hoodie favoritnya yang berwarna mint di padukan dengan training berwarna hitam dan topi berwarna putih, Jaemin melangkahkan kakinya keluar dari kamarnya.

Tak lupa Jaemin berpamitan pada ibu Jeno yang berada di dapur. Jaemin segera berjalan menuju motornya yang berada di garasi. Setelahnya ia mengendarai motornya membelah jalan raya.

Minggu pagi yang sedikit lenggang dari biasanya. Entah karena mendung atau memang hari ini semua orang lebih memilih bergelung karena takut hujan akan datang, tapi jalanan benar-benar tak seramai hari libur biasanya.

Hanya butuh beberapa menit untuk sampai di rumah megah milik keluarga Winata. Jaemin berdiri dengan tegap di depan pintu rumah Haechan. Sebelum menekan bel, Jaemin menarik napasnya beberapa kali untuk menenangkan degup jantungnya yang sempat menggila.

'ting tong'

Satu tekanan pada tombol bel rumah sepertinya cukup menggubris orang rumah yang berada di dalam. Terbukti Jaemin mendengar suara sahutan seorang wanita yang berada di dalam rumah megah bergaya sederhana itu.

Pintu terbuka, bisa Jaemin lihat seorang wanita cantik dengan gaun santai selutut polos berwarna lilac yang indah. Rambut sewarna langit malam itu di tata indah dengan sebuah jepitan berwarna hitam yang cantik.

"Ya? Cari siapa?" Tanya wanita itu pada Jaemin.

"Haechan nya ada Tante?" Tanya Jaemin pada wanita itu.

Terlihat wanita itu tersenyum, lalu mempersilahkan dirinya masuk ke dalam rumah megah itu. Sesampainya di ruang tengah, wanita itu menyuruh Jaemin untuk duduk di sofa sementara ia memanggil Haechan di lantai atas.

Jaemin mengamati ruang tengah dengan seksama. Beberapa lukisan terpasang di dinding sewarna gading di kanan dan kirinya. Kemudian ada dua buah bingkai foto besar yang masing-masing diisi oleh empat orang.

Bedanya, pada foto pertama terlihat dua anak kecil sedangkan di foto kedua terlihat dua pemuda di antara laki-laki dan wanita yang duduk di kursi. Jaemin yakin, wanita yang tadi ia temui berada di foto kedua. Tentunya bersama dengan Haechan.

Lalu matanya mengalihkan lagi pada salah satu bingkai yang berada di atas piano besar berwarna hitam legam. Foto seorang wanita yang berdiri di hamparan senja dengan mata yang terfokus pada kanvas setengah berwarna jingga.

"Jaem.."

Jaemin mengalihkan atensinya pada pintu yang terbuka. Terlihat Haechan yang sudah rapi dengan balutan sweater berwarna baby blue yang di padukan dengan levis berwarna hitam. Juga dengan wanita tadi yang menyusul Haechan di belakang.

"Maa, ini Jaemin. Yang waktu itu Echan ceritain ke mama." Kata Haechan setelah dirinya berdiri di samping Jaemin.

Jaemin memberikan senyum terbaiknya pada wanita yang di panggil 'mama' oleh Haechan. Wanita itu juga membalas senyum Jaemin.

"Halo, saya Tenny mama nya Haechan. Terima kasih ya waktu itu udah mau di repotin sama Haechan." Ucap Tenny.

Jaemin menggeleng, "Gak kok Tante, gak ngerepotin."

"Ah gitu. So, sekarang mau kemana nih? Date?" Goda Tenny membuat Jaemin menundukkan kepalanya.

Sedangkan Haechan pipinya menimbulkan rona menggemaskan yang terlihat kontras."Mama apaan si.. kan Echan semalem izinnya mau cari buku. Lagian, cuma temen ya Jaem." Bantah Haechan.

Perasaan Jaemin? Sakit tapi tak berdarah. It's okay dirinya masih dianggap sebagai teman oleh Haechan. Soon, Haechan akan jadi miliknya. Yahh, sekiranya begitu isi hati Jaemin saat ini.

"E-eh, iya tante.. cuma temen." balas Jaemin kaku.

Tenny yang melihat dua perbedaan pun langsung mengangguk dan berusaha untuk tidak bertanya lebih jauh. Ia tersenyum maklum pada Jaemin.

"Ah, gitu.. yaudah take care, Echan obatnya udah di bawa? Inhaler? Hoodie sudah? Mama gak mau ya echan pulang pucet." Pesan Tenny sembari mengusap Surai Haechan.

Haechan tersenyum sembari menganggukkan kepalanya. "Iya mamaaa, jaket Echan ada di kursi samping rak sepatu ma nanti echan pake." Ucap Haechan.

Tenny tersenyum, ia mengangkut pipi putra kecilnya itu dengan lembut. Kemudian ia mengecup kening putranya dengan sayang.

"Yaudah hati-hati..Jaemin, tante titip Haechan yaa"

Jaemin mengangguk, ia kemudian berpamitan untuk keluar bersama Haechan. Tenny hanya diam dengan senyumnya sembari menatap dua anak muda yang berlalu keluar. 

Putranya sudah hampir tumbuh dewasa sekali, sepertinya sebentar lagi putra bungsunya akan menikmati bagaimana rasanya memiliki pasangan seperti anak muda pada umumnya.

Ah, boleh kan dirinya menyebut Haechan sebagai putranya meskipun belum ada kejelasan dalam hubungannya dengan si ayah bayi beruang ini?

Ah, boleh kan dirinya menyebut Haechan sebagai putranya meskipun belum ada kejelasan dalam hubungannya dengan si ayah bayi beruang ini?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai hai hai sayang nya jeppo-!! How are you? Masih semangat menjalani Minggu ini?? Stay healthy buat kalian semua yaa.. anw buat chap kali ini, agak sedikit memberikan visualisasi rumah Echan yaa... Semoga nyambung sama chap sebelumnya dan chap berikut nyaa

Stop? Atau lanjut? Votement juseyoo

© hellojeppo_

─𝙉𝙞𝙜𝙝𝙩 𝙧𝙞𝙙𝙚 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang