Haechan dilarikan ke rumah sakit dengan cepat. Jangan tanya siapa yang membawanya, tentu saja Jaemin yang mengendarai mobil miliknya dengan membabi buta pada malam itu. Diiringi dengan mobil Johnny yang menyusul di belakangnya.
Ketika di rumah sakit, mereka langsung membawa Haechan ke ruang IGD. Mereka menunggu di depan, menunggu dengan harap cemas. Raut wajah Johnny sudah tak terbendung lagi, sangat kacau.
Sejam lebih mereka menunggu. Begitu pintu IGD dibuka dengan lebar, mereka langsung bangkit dan mendekati brankar yang di dorong dengan cepat.
Sekelebat bayangan ketika mendiang Windy mengalami hal serupa pun terlintas di memori otak Johnny. Dua kali, ia mengalami hal serupa. Semoga tak mengalami bagian paling menyakitkan nya.
"Dok, gimana anak saya?" Johnny langsung mendekati seorang wanita dengan jas dokter nya yang menangani Haechan tadi.
Dokter itu menatap Johnny, "Kondisi pasien tidak mengkhawatirkan, hanya pengaruh kelelahan dan telat meminum obat saja. Apa pasien memiliki riwayat sebelumnya?"
"Anak saya pengidap thalasemia dok, beberapa bulan yang lalu baru didiagnosis oleh dokter pribadinya." Jawab Johnny.
"Kalau begitu, tolong diperhatikan konsumsi obatnya. Jangan sampai pasien telat berjam-jam, apalagi dengan keadaan tubuh lelah. Penderita thalasemia memang mudah pingsan jika sudah lelah." Jelas dokter itu.
Johnny mengangguk, mengucapkan terimakasih pada dokter yang berpamitan. Ia membalik tubuhnya menghadap Tenny, lalu menjatuhkan pelukannya pada wanita yang sudah menjadi istrinya itu.
"Gapapa, nangis aja. Aku tau kamu lelah, gapapa mas..." Ucap Tenny dengan nada harunya.
Jaemin melihat itu, bagaimana bahu bergetar Johnny dalam dekapan Tenny. Jaemin juga ingin menangis, tapi ia tak memiliki sandaran cukup kuat untuk menyembunyikan tangisnya. Biasanya, hanya Haechan yang akan menjadi tempatnya bersembunyi.
"Jaem, kamu ke ruangan Haechan duluan ya? Mama mau bawa om dulu biar tenang."
Jaemin mengangguk, ia berjalan meninggalkan pasutri itu didepan pintu IGD. Berjalan menghampiri ruangan Haechan yang berada di lantai 3 rumah sakit.
Sesampainya di kamar inap Haechan, Jaemin disuguhkan dengan pemandangan Haechan yang sudah siuman. Pemuda tan itu tampak kebingungan ketika tak mendapati siapapun di sisinya.
Jaemin langsung berjalan cepat mendekati brankar. Ia menarik kursi yang disediakan di ruangan kelas satu dengan fasilitas lengkap itu. Terdapat dua brankar yang salah satunya diisi oleh Haechan, sedangkan yang satunya lagi kosong.
"Hey, udah bangun?" Tanya Jaemin.
Haechan menganggukkan kepalanya, ia memejamkan matanya merasakan usapan lembut Jaemin pada kepalanya. Pentingnya berangsur hilang, digantikan dengan perasaan senang yang agak membuncah akibat perlakuan kecil dari Jaemin.
"Ada yang sakit? Mual? Pusing? Atau ada yang nyeri?"
Haechan, bukannya menjawab pertanyaan Jaemin yang tengah khawatir. Ia malah tertawa kecil melihat raut wajah kekasihnya. Menggemaskan, itu menurut Haechan.
Jaemin sendiri langsung mengerutkan keningnya bingung. "Kok ketawa?" Tanya Jaemin lagi.
Haechan menggelengkan kepalanya, tawanya berubah menjadi senyum manis yang sedikit ketahan dengan nassal canula yang menempel apik di bawah hidung bangir nya.
"Gapapa, kamu lucu..." Jawab Haechan, tak lupa tangannya yang terbebas dari infus dengan jahil menarik pipi Jaemin.
"Lucu banget sayangnya aku, khawatir banget ya?"
Jaemin berdecak kesal, segera melepaskan tangan Haechan dan menjauhkan wajahnya. "Ya iya lah, kamu aneh aja kalo mikir aku gak khawatir. Jantung aku sampe mau mental pas kamu pingsan gitu, mana mukanya pucet banget. Itu darahnya lagi gak berhenti-henti di idung kamu. Panik aku Chan." Jawab Jaemin dengan nada dinginnya.
Haechan menatap kekasihnya yang tengah menolehkan kepalanya tanpa mau menatap dirinya. Senyuman kembali terukir di wajahnya.
Jaemin nya itu sangat cheese.
"Maafin dong, kan aku gak tau bakal gini... Maaf ya jaem?" Mohon Haechan dengan kedua tangan yang ditangkup di depan dadanya.
Jaemin meringis kecil melihat selang infus Haechan yang bergerak ketika sang empu sangat brutal menggerakkan tangannya. Tangan Jaemin langsung memegang kedua tangan Haechan agar berhenti bergerak dengan penuh energi.
"Nanti copot infusnya." Ujar Jaemin dengan nada tegasnya. Haechan menurut, ia langsung meletakkan tangannya secara perlahan setelah Jaemin melepaskan pegangannya.
"Aku maafin kamu, tapi aku mohon ya. Jangan diulang lagi, minum obat yang rutin jangan pake di omelin dulu. Kalo cape tuh langsung istirahat jangan nunggu pusing dulu. Yang sayang sama kamu banyak, bukan cuma aku ataupun keluarga kamu. Aku mohon ya ? Turutin untuk kali ini."
Haechan menganggukkan kepalanya semangat, ia langsung menggeser tubuhnya untuk memberikan space pada Jaemin. "Aku ngantuk, temenin bobo yaa? Mumpung ayah gak ada..." Ajak Haechan dengan puppy eyes yang menggemaskan.
Jaemun langsung mengambil ancang-ancang memeluk kekasihnya sembari tiduran di atas brankar berukuran queen size itu. Namun sebelum dirinya berhasil memeluk Haechan, sebuah tangan terasa menarik telinga kanannya yang mana membuat Haechan tertawa.
Tentu saja pelaku nya adalah-
"Macem macem kamu sama anak saya!" Tentu saja bapak Johnny yang entah kapan sudah berada ruangan Haechan.
"Aduh duh duh, ampun om iya engga. Tolong om lepas, telinga saya bisa putus..."
Bukannya melepas, Johnny makin mengencangkan jeweran nya. Semakin kuat pula rengekan Jaemin pada Haechan untuk menenangkan ayahnya. Sedangkan Haechan sendiri hanya mengacuhkan kedua lelaki berbeda usia itu, ia sibuk memeluki tubuh Tenny yang tengah menata buah di atas nakas.
"Mama..." Tenny berdehem menjawab panggilan putranya.
"Makasi ya udah mau terima papa, makasih juga udah mau terima abang dan adek di hidup mama. Love u mama.." Tenny meletakkan buah terakhir pada keranjang yang sudah penuh, tangannya langsung mengelus kepala Haechan dengan lembut.
"Iya, makasih juga udah terima mama di hidup kalian ya? Mama janji akan menjadi mama yang baik untuk kamu, abang, dan ayah kalian. Love u too sayang mama, cepet sembuh yaa..."tutur Tenny.
haechan tersenyum, semakin mengeratkan pelukannya. Misi pertamanya selesai, kini keluarganya kembali utuh. Meskipun bukan ibunya, tapi Haechan sangat beruntung mendapatkan Tenny sebagai pendamping ayahnya.
Jdi, aku abis ditelen megalodon guys!! Becanda, abis PAS loh:) kalian gimana? Ada yg udh kelar pas juga atau baru memulai? Semoga tetap semangat ya! Ingat, sekecil apapun nilai mu, jangan pernah merasa bahwa kamu bodoh. Kamu itu pintar dalam bidang mu! Luv u all & stay healthy key?!
Stop? Atau lanjut? Votement juseyoo
© hellojeppo_
KAMU SEDANG MEMBACA
─𝙉𝙞𝙜𝙝𝙩 𝙧𝙞𝙙𝙚 [END]
FanficSemua berawal ketika Haechan terpaksa ikut dengan sahabatnya yang akan melakukan night ride bersama club kekasihnya. Haechan yang pada dasarnya kudet masalah motor alias tidak bisa mengendarai motor pun pada akhirnya di jemput oleh teman satu club r...