Pagi-pagi sekali, Haechan sudah terbangun dari tidurnya. Ia berjalan keluar kamarnya menuju ruang makan. Di sana dapat ia lihat Tenny yang tengah sibuk memasukkan beberapa makanan ke dalam wadah tertutup.
"Pagi maa..." Sapa Haechan yang diakhiri dengan kecupan pada pipi Tenny.
Tenny tersenyum. Ini sudah jadi hal biasa sebelumnya, namun entah kenapa kali ini kecupan yang ia dapatkan dari putra bungsunya terasa agak menyesakkan. Mungkin hanya perasaan Tenny saja, wanita cantik itu berusaha menepisnya.
"Belum mandi?" Tanya Tenny dengan fokusnya kembali pada wadah-wadah berisi makanan yang sudah ditutup, siap untuk di letakkan di dalam tas khusus.
Haechan sendiri mendudukkan dirinya di kursi meja makan, ia menggeleng pelan sembari menarik selembar roti gandum beserta margarin. Ia mengoleskan dengan telaten di atas rotinya.
"Selai Chan?"Tenny menunjuk keranjang kecil berisi toples-tolpes selai berbagai rasa yang diletakkan di atas meja makan.
"Lagi gak pengen maa..." Jawab Haechan sebelum menyiapkan potongan rotinya ke dalam mulutnya.
Tenny mengangguk, kini tangannya sibuk memasukkan botol-botol berisi air mineral dan juga susu ke dalam cooler bag. Setelah memastikan semuanya sudah siap, Tenny langsung duduk di kursi sebelah Haechan. Niatnya, menemani putra bungsunya yang tengah sarapan itu.
Haechan sendiri hanya tersenyum menatap Tenny, ia merapatkan kursinya agar memisahkan jarak. Ingin bermanja dengan mama nya sebelum sang ayah dengan posesif memonopoli mama nya.
"Mama aaaa..." Ucap Haechan, tangannya menyodorkan sobekan roti miliknya ke depan mulut Tenny.
Tenny dengan cepat membuka mulutnya, menuruti kemauan putra bungsunya. Entah kenapa, hatinya selalu terenyuh tiap kali matanya bersibobrok dengan tatapan Haechan. Seperti, sebuah hal besar akan terjadi. Tenny tak mau memikirkannya lebih dalam, pasti akan sangat ketara.
"Oh iya Chan, mama bangunin ayah sama Abang mu dulu ya. Biar gak telat kita berangkatnya, kamu habisin rotinya terus minum obatnya. Baru boleh mandi, oke sayang?" Titah Tenny yang di angguki Haechan.
Tenny tersenyum, mengecup sebentar kepala si bungsu sebelum berlalu menaiki tangga. Melakukan misi membangunkan dua anggota keluarga lainnya.
Meninggalkan Haechan yang saat ini tengah membuang rotinya secara diam-diam. Ah jangan lupakan beberapa pil obat yang juga ikut terbuang secara tidan sengaja, atau sengaja? Mungkin....
----------------------------------------------------------------------------------------------------
Bagaimana bayangan kalian tentang piknik keluarga? Menghabiskan seharian dengan bercengkrama bersama keluarga yang jarang terjadi. Dan, menikmati sisa hari dibawah sinar bulan di sebuah pantai dengan deru ombak yang membawa ketenangan jiwa?
Haechan sangat menikmati hal tersebut. Duduk bersama dengan keluarga nya sembari menyantap makanan malam yang sudah di siapkan oleh Tenny tadi di rumah. Dengan angin semilir tenang berpayung langit malam, keempatnya makan dengan penuh khidmat.
Tidak sehening ketika makan di meja makan, kini tawa sering terdengar dari Haechan maupun Hendery kala mendengar lelucon yang dilontarkan oleh sang ayah.
"Eh tapi beneran deh, ayah pernah gitu. Typo di grup chat kantor sampe diledekin terus tiap inget. Kayak, pak meeting mau jam berapa? Jam setengah mateng mas. Terus pada ketawa semua satu ruangan." Ujar Johnny.
Setelahnya, pria yang hampir memasuki usia 40 tahun itu menerima suapan nasi putih dengan lauknya yang disodorkan oleh Tenny. Begitupun Haechan, ia juga menerima suapan dari ibunya. Bedanya, Haechan memakan nasi merah dengan beberapa sayuran sehat.
"Kalo Abang si engga sampe diledekin. Cuma ya gitu, jempolnya disuruh diet sama anak-anak kantor." Balas Hendery santai.
Haechan sangat terhibur dengan ke random an keluarganya. Selalu ada saja yang membuatnya tertawa meskipun terkesan freak.
"Maa udah.." tolak Haechan ketika Tenny kembali menyodorkan sesendok nasi lagi.
Tenny mengangguk, kembali meletakkan sendok milik Haechan ke wadahnya dan merapikan bekal putra bungsunya. Lalu ia meletakkannya kembali pada tas khusus yang ada di sampingnya.
Johnny hanya menatap dalam diam. Putra bungsunya sangat jarang makan akhir-akhir ini. Jika makan, hanya menghabiskan tiga sampai lima sendok.
"Kamu baru makan tujuh sendok Chan. Kenapa? Gak enak badannya?" Tanya Johnny, tersirat nada khawatir yang tak pernah bisa Johnny tutupi.
Tolong, Johnny lemah jika sudah mengenai putra bungsunya. Bukannya pilih kasih, Johnny selalu menerapkan ketegasan pada Hendery karena putranya akan menjadi penerusnya suatu hari nanti. Tapi Haechan, ia akan membebaskan bayi kecilnya memilih langkah apapun yang ia inginkan.
Haechan menggelengkan kepalanya,"Echan gapapa yah...ini mau minum obat." Balas Haechan.
Terkadang, johnny meringis melihat putranya yang tak pernah lepas dari obat-obatan. Sejak Haechan kecil, Johnny selalu merasa berdosa karena putra kecilnya harus terbiasa menelan pil pahit yang akan menjadi teman hidupnya.
Setelah selesai meminum obatnya, Haechan merebahkan dirinya dalam dekapan sang ayah. Ia menarik tangan Tenny dan Hendery untuk mendekat kearahnya.
"Ayah, ayah makasih ya udah urus adek sampai sekarang. Ayah gapernah pergi dari adek, besok-besok ayah juga harus jagain Lia. Kalo perlu ajak Lia tinggal bareng sama ayah sama mama. Abang juga gak keberatan kan punya adik perempuan?"
Haechan menatap Hendery yang hanya diam dengan senyum tipisnya. Hendery mengangguk singkat, ia tak mungkin menolak ucapan adiknya. Meskipun dalam lubuk hatinya ia membenci Lia melebihi apapun, tapi yg sudah berlalu harus diterima dengan lapang dada kan?
"Makasih ayah sama mama udah jaga adek dari adek kecil. Makasih Abang udah selalu bantuin adek dan jadi tameng adek. Makasih buat semuanya, adek beruntung banget bisa tinggal dan jadi bagian dari kalian. Maaf juga adek gabisa ngebanggain mama sama ayah, adek belum bisa jadi yang terbaik buat mama sama ayah. Maafin adek ya maa, yah??" Penjelasan Haechan membuat Tenny dan Johnny menganggukkan kepala mereka.
Yah, mungkin hanya ini saja yang bisa Haechan sampaikan. Sepanjang apapun kata-kata yang akan ia ucapkan, itu tak akan mampu membalas bagaimana perjuangan kedua orang tuanya demi mempertahankan kebahagiaannya.
Misi ke empatnya selesai, Haechan berharap keluarga nya tetap diiringi dengan kebahagiaan meskipun tanpa kehadiran dirinya nanti.
Bombay ga? Maap ya klo ga nge feel
Stop? Atau lanjut? Votement juseyoo
© hellojeppo_
KAMU SEDANG MEMBACA
─𝙉𝙞𝙜𝙝𝙩 𝙧𝙞𝙙𝙚 [END]
FanficSemua berawal ketika Haechan terpaksa ikut dengan sahabatnya yang akan melakukan night ride bersama club kekasihnya. Haechan yang pada dasarnya kudet masalah motor alias tidak bisa mengendarai motor pun pada akhirnya di jemput oleh teman satu club r...