Jika memang takdir sudah mengatakan kita adalah kita, maka tidak akan pernah ada satu orangpun yang akan berhasil memisahkan kita.***
Entah keajaiban darimana. Aku bisa bertemu dan mendapatkan seorang wanita yang berhati malaikat seperti dia. Seseorang yang berbanding terbalik dengan ku tentunya. Perilakunya yang ayu, tutur bahasanya yang lembut, hatinya yang baik.
Dia mampu mengimbangi segala sifat ke kanak-kanakanku yang kini mulai berangsur hilang. Ya, dia merubahku menjadi laki-laki yang mengenal arti tanggung jawab dan perjuangan.
Suara desing mobil terdengar jelas ditelinga mereka. Setelah sekian menit mereka terbenam dengan isi kepala mereka masing-masing, Tiara akhirnya memecahkan keheningan.
“Kamu hari ini pulang jam berapa?” Samuel melirik kearah kekasihnya.
“Sore sih, kemarin semua urusan sudah selesai soalnya. Kenapa?”
“Nggak kenapa-kenapa, sih”
“Kamu sore juga kan pulangnya?” Tiara hanya mengangguk.
“Aku jemput ya, nanti” Samuel tersenyum kearah Tiara.
“Boleh. Nanti aku kabari kamu ya, kalau aku sudah selesai praktek”
Samuel menghentikan mobilnya disalah satu rumah sakit umum tempat dimana kekasihnya bekerja.
“Semangat hari ini, sayangku” Samuel tersenyum manis kearah Tiara.
“Terima kasih, sayangku. Kamu juga ya” Tiara membalas senyuman Samuel tak kalah manis.
Lihat, betapa beruntungnya Samuel dapat memenangkan hati kekasihnya itu. Ia tau, banyak laki-laki yang mengincar Tiara untuk dijadikan pasangan. Namun Dewi Fortuna sedang berpihak padanya.
Sekali ia dapat, ia tidak akan pernah melepaskannya. Tidak akan pernah.***
“Hallo, dokter Tiara. Cerah sekali hari ini” Salah satu suster menyapanya ramah.
“Iya dong, Del, harus gitu” Tiara memamerkan gigi gingsulnya yang manis ke salah satu suster yang ia panggil, Del tadi.
“Saya mau ingatkan dokter, kalau hari ini kita ada dua jadwal operasi. Jam sembilan pagi dan jam tiga sore” Ujar Della
“Oke kalau begitu, saya keruangan saya dulu, ya”
Tiara memasuki ruang kerjanya. Fotonya terpampang nyata disana dengan Samuel, kekasihnya.
Jika Tiara ingat-ingat, hubungan mereka terjalin diawali dengan banyak permasalahan. Termasuk restu. Tapi keduanya berjuang. Bukan, Samuel yang berusaha meyakinkan Tiara bahwa semua permasalahan bisa mereka lewati berdua. Dan terbukti, kini mereka mengantongi restu dari masing-masing orang tua mereka.
Tiara mengirimkan pesan singkat ke ponsel Samuel.
Sam❤️
Kamu sudah sampai di kantor?
Sudah. Baru banget sampai
Aku habis ini ada operasi, doain, ya.
Semangat sayang operasinya. Semoga berhasil, luv.
Thankyou, luv. Kamu juga ya
See you❤️See you too, sayang❤️
“Dokter, pasien sudah siap” Tiara mengangguk dan bergegas keruang operasi.
***
Mahalini yang sedang pusing dengan pekerjaannya memutuskan untuk pergi ke coffeshop disebrang kantornya. Kebiasaan yang selalu ia lakukan ketika pekerjaan membuatnya penat.
Keadaan cafe ini cukup sepi karena memang sekarang masih memasuki jam kantor. Terlihat hilir mudik sesekali waiters yang mengantar pesanan dan lagu-lagu yang diputar oleh pemilik cafe dari speaker yang memang sudah disediakan untuk menghibur pengunjung yang datang.
“Woy!” Seseorang datang mengagetkannya. Mata Lini mendelik melihat siapa yang tadi menganggetkannya.
“Lo ngapain disini?”
“Mampir aja, ngopi”
“Lo sendiri, Ziv?” Orang yang ia panggil Ziv tadi menggeleng.
“Nggak. Gue sama Biel”
“Bielnya mana?”
“Tuh” Ziva menunjuk kearah kekasihnya yang berjalan menuju mereka.
“Hai, Lin” Biel menyapa ramah sahabat dari kekasihnya itu.
“Lo berdua habis darimana?”
“Dari rumah. Ya gabut aja. Besok ditinggal lagi soalnya” Ziva menekuk bibirnya.
Mahalini langsung memutar bola matanya malas “Ish, males banget liat kelakuan lo”
“Biarin” Ziva mengeluarkan lidahnya guna meledek Mahalini. Biel yang melihat pertengkarang kecil itu hanya terkekeh. Begitulah mereka berdua jika sudah bertemu.
“Makanya punya pacar, Lin. Jangan mau digantung terus. Minta kepastian”
Mata Mahalini langsung membola. Bagaimana tidak, Ziva mengatakan semua kalimatnya dengan mudah.
“Bener-bener lo ya. Lo pikir gue mau digantungin”
“Ya itu buktinya, apa? Masih digantung kan? Nggak ada status. Nggak jelas” Ziva adalah satu temannya yang sering meledek Lini perihal pasangan
Bagaimana tidak, ia bersama Nuca sudah dekat setahun belakang, tapi tidak juga diberikan status.
“Udah, Ziv, nggak boleh gitu ah” Biel memperingatkan Ziva.
“Tau nih Biel, cewek lo. Mulutnya bener-bener”
Ziva sontak tertawa “Maaf ya, Lin. Habisan kasihan gue sama lo, digantungin terus sama Nuca”.
“Udah ah, gue balik ke kantor aja” Lini beranjak dari tempat duduknya. Sebelum beranjak, Lini menyempatkan untuk memeluk Ziva sekilas.
“Gue duluan ya, Ziv, Biel”
Ziva mengangguk “Iya, hati-hati, Lin. Jangan lupa minta kepastian”
“Sialan si Ziva” batinnya.
“Kamu nggak boleh gitu, Ziv, ke Lini. Kasihan”
“Ngga apa-apa, Bi. Kan bercanda”
Mahalini yang semula biasa saja dengan hubungannya tiba-tiba memiliki pikiran untuk bertanya perihal status kepada Nuca.Mahalini yang terpancing akan omongan Ziva akhirnya tersadar dari lamunannya “Ih kenapa sih gue. Gara-gara Ziva nih, gue jadi kepikiran. Awas aja”
***
Halo semua. Terimakasih sudah menunggu cerita ini update. Di bab awal-awal, nanti aku kenalin kalian sama tokoh-tokohnya dulu, hehe.
Kayak yang aku bilang, siapapun visual yang sudah aku tentukan di cerita ini, kalian boleh, kok, memvisualkan orang lain. Bebas!
Kalau mau tau langsung, aku sudah bikin trailer singkatnya di tiktok dengan username "itscayon", sekalian promosi akun, mwehehe. Kalau mau dilihat, monggo, kalau mau nunggu di bab-bab selanjutnya juga nggak apa-apa.
Happy reading, ya, semuanya. Kalian boleh kok, berkomentar kalau ada penggunaan bahasa yang salah, atau sekedar tipo, atau apa. Aku akan dengan senang hati menerima kritikan dari teman-teman semua.
Semoga suka sama bagian ini, guysnya. See ya..
Love, Cayon!
KAMU SEDANG MEMBACA
Dan Selesai [Completed]
General FictionBerjuang itu berdua, bukan sendiri. Jika hanya aku yang berjuang, maka hanya aku pula yang takut kehilangan dan kamu tidak.