Seharian ini, Samuel sama sekali tidak ada kabar. Padahal, hari ini adalah hari ulang tahunnya. Hal itu membuat Tiara sendiri khawatir dan kesal. Sampai saat teman-temannya disanapun, ia hanya terfokus mencari kabar dari kekasihnya itu.
Mahalini dan Keisya yang melihat Tiara yang sedari tadi sibuk dengan ponselnya akhirnya angkat bicara.
“Lagi sibuk kali, Ti” Ujar Keisya menyeruput minumannya.
“Masa iya sih, Kei, dari pagi nggak ada kabar” Sungut Tiara.
Mahalini meraih ponsel Tiara “Nanti juga ada kabar, Ti. Santai aja kenapa sih? Lagi ulang tahun, nggak boleh ngomel-ngomel, ah”
“Lagian gue kesel. Udah tau gue orangnya panikan kalau nggak dikabari begini. Udah gitu, bisa-bisanya lupa sama ulang tahun gue”
Rumah Mahalini selalu mereka jadikan basecamp untuk sekedar bersantai ria dan mengobrol. Rooftops rumah Mahalini menjadi langganan mereka untuk berkumpul.
Sesaat kemudian, Aruni membawakan mereka minuman dan beberapa cemilan. Keisya dan Tiara yang menyadari kehadiran ibu dari sahabatnya itu langsung menegakkan tubuh.
“Aduh Tante, ngerepotin terus nih kita” Ujar Tiara tidak enak
Aruni hanya tersenyum dan duduk di sebelah Mahalini “Nggak apa-apa sayang, Tante senang kalau rumah ramai gini” Ujar Aruni dengan senyum yang melekat di bibirnya.
“Ziva belum mau diajak kumpul, ya?” Lanjut Aruni lagi yang dapat gelengan sedih dari mereka. Mengingat Aruni memang dekat dan sudah menganggap Ziva dan teman-teman Lini seperti anak sendiri, Aruni juga bersedih karena Ziva masih betah menyendiri.
“Nggak apa-apa. Ziva mungkin butuh waktu lebih lama lagi untuk sembuh”
“Kalau begitu, Tante masuk dulu, ya. Habiskan itu cemilan sama minumannya. Kalau habis, nanti Tante bawakan lagi” Ujar Aruni yang beranjak meninggalkan gadis-gadis itu.
“Makasih Tante” Tiara dan Keisya berterimakasih atas kebaikan Aruni. Setelah Aruni pergi, Tiara dan Keisya langsung menyantap cemilan yang disediakan oleh tuan rumah.
“Gue jadi kangen Ziva deh” Ujar Lini
“Video call coba, Lin” Usul Tiara yang sibuk mengunyah keripik kentangnya.
Mahalini mencoba untuk menghubungi gadis itu. Namun nihil, panggilannya tidak diangkat.“Masih pingin sendiri dia”
“Nanti malam gue pengen ajak kalian ke suatu tempat deh” Lini meletakkan ponselnya diatas meja
“Kemana?”
“Ada deh. Bentar” Jeda Lini yang berjalan menuju kamarnya. Keisya dan Tiara saling menoleh dang mengernyitkan dahi. Keisya hanya menggedikkan bahu dan kembali memakan cemilannya.
Lima menit kemudian, Mahalini menyerahkan kotak untuk Keisya dan Tiara.
“Apaan nih?” Tiara memperhatikan kotak yang diberi oleh Lini
“Perginya pakai baju itu”
Tiara membuka kotak pemberian Lini untuknya. Dress cantik selutut yang bagus untuknya “Dalam rangka apa nih, Lin?”
“Ya pakai aja. Nanti juga tau” Ujar Lini santai
“Punya lo nggak lo buka, Kei?” Tanya Tiara yang melihati Keisya masih asyik tanpa perduli kotak pemberian Lini.
“Gue percaya Lini, nggak usah dilihat juga pasti bagus kayak punya lo”
Lini yang mendengar penuturan Keisya barusan langsung tertawa dan mengajak Keisya tos. Tapi Keisya menolak dan mendapat ocehan dari Lini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dan Selesai [Completed]
General FictionBerjuang itu berdua, bukan sendiri. Jika hanya aku yang berjuang, maka hanya aku pula yang takut kehilangan dan kamu tidak.